Connect with us

Pemerintahan

Perhatian Pemerintah Untuk Lansia Gunungkidul Masih Belum Maksimal

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Badan Pusat Statistik menyebut jumlah warga lanjut usia (lansia) di DIY adalah yang paling tinggi di Indonesia. Prosentase dari BPS, DIY menduduki peringkat pertama dengan presentase 12,37%. Jumlah lanjut usia (lansia) di Kabupaten Gunungkidul berjumlah belasan ribu. Setiap tahunnya, jumlah lansia ini terus meningkat.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul pada 2015 ada 13.249 orang lansia di Gunungkidul. Jumlah ini bertambah drastis pada tahun 2016 yang mencapai 18.366 orang. Sedangkan pada 2017, tercatat ada 18.420 orang lansia, dan pada 2018 terdapat 16.992 orang.

Dengan jumlah yang cukup besar, di Kabupaten Gunungkidul para lansia ini belum mendapat perhatian serius. Hingga kini, masih belum terdapat program kreatif dari pemerintah kabupaten Gunungkidul. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat dari pemerintah pusat, sebenarnya sudah ada cukup banyak program untuk lansia. Diantaranya adalah paket layanan lansia dalam jaminan kesehatan nasional, Posyandu Lansia, jaminan hari tua dan jaminan pensiun berbasis kontribusi dan perlindungan bagi lansia rentan yang terintegerasi dengan bantuan sosial lainnya.

Berita Lainnya  Saat Anggota Geng Klithih Menangis di Lapas Anak Gunungkidul

“Mereka (para lansia) di Gunungkidul dalam kondisi sangat pas-pasan dari sisi ekonomi. Ada perubahan dari keluarga extended menjadi nuclear family, maka lansia hanya hidup berdua atau seorang diri, bisa dikatakan mereka hidup terasingkan,” kata Sekretaris Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Gunungkidul, Wijang Eka Aswarna kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Senin (02/08/2019).

Saat ini, kepada para lansia tersebut, pihaknya sudah memberikan perhatian berupa bantuan. Akan tetapi, bantuan yang diberikan oleh pemerintah Gunungkidul ini adalah sekedar bantuan secara ekonomi dan sosial semata. Sedangkan untuk program untuk membuat lansia produktif dan kreatif baru menjadi wacana ke depan.

“Produktif dalam artian berbeda dengan saat mereka masih berada di usia produktif. Program ini diberikan ketika mereka sudah mampu melakukan aktifitas secara mandiri sesuai dengan kapasitasnya,” jelas Wijang.

Adapun program kreatif untuk lansia didasari pada persoalan yang dihadapi para lansia. Terutama untuk lansia yang teralienasi, tidak beraktivitas, dan tergantung secara fisik serta ekonomi.

Berita Lainnya  Besaran UMK 2024 Telah Disepakati, Gunungkidul Menjadi Yang Terendah se-DIY

“Itu yang menjadi pertimbangan kami, tergantung persoalan yang dihadapi,” ujar Wijang.

Terpisah, anggota DPRD Gunungkidul, Heri Nugroho, menanggapi, program kreatif untuk warga lansia saat ini harus mulai dipersiapkan. Jika tidak dipersiapkan sejak dini, dikhawatirkan akan menambah beban anggaran bantuan sosial.

“Lansia berisiko terhadap penyakit degeneratif, produktivitas rendah, dan tidak punya jaminan hari tua. Hal tersebut bisa membebani generasi produktif yang pasti anak cucu mereka,” tandasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler