fbpx
Connect with us

Sosial

Petani Bulak Waung Sukses Panen Padi Jagung Kedelai Dalam Satu Masa Tanam

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Kabupaten Gunungkidul terus berusaha menjadi daerah swasembada tanaman pangan jenis padi, jagung, dan kedelai. Selama ini, daerah yang dianggap kering ini terus berusaha mengembangkan sektor pertanian agar mampu mencukupi kebutuhan masyarakat maupun permintaan pasar. Para petani di Bumi Handayani terus berinovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan sektor pertanian.

Meski pada musim tanam kedua di mana kondisi daerah cenderung kering, namun para petani tetap gigih bercocok tanam. Hal ini membuktikan kesiapan petani daerah untuk menjadi daerah swasembada padi, jagung, dan kedelai (pajale). Selain itu, didukung dengan teknologi dari.proses awal penggarapan lahan, perawatan sampai pada tahapan panen dan pengolahan.

“Di lahan kering pun masih tetap panen dengan hasil panen yang melimpah. Tentu dengan capaian seperti ini kami opimis bahwa daerah Gunungkidul dan DIY bisa mewujudkan swasembada pajale,” kata Tim Supervisi Kostratani DIY Indarto Suharsono, Sabtu (11/07/2020).

Sebagai contohnya, beberapa waktu lalu petani di Bulak Waung, Padukuhan Wiyoko Utara, Kalurahan Plembutan, Kapanewon Playen, dapat menanam padi jagung kedelai pada satu musim tanam yang sama. Bahkan petani juga menanam sayuran (sawi, kangkung, selada) di sela tanaman jagung setelah kedelai dipanen.

Mereka menerapkan sistem turiman pajale saat musim kemarau seperti sekarang ini. Dari sistem yang diterapkan ini, padi varietas Situ Bagendit bisa menghasikan 7,48 ton per hektare, Inpari 42 menghasilkan 7,39 ton per hektar, Inpari 24 menghasilkan 6,61 ton per hektare, dan Inpari 63 dengan 6,82 ton per hektare.

Berita Lainnya  Relokasi SD N Sawahan Yang "Tergusur" JJLS Tunggu Usulan Lahan

Kemudian Kedelai Dega-1 menghasilkan 1,7 ton per hektare sedangkan hasil tongkol jagung belum siap panen. Potensi pakan hijauan jagung bisi 2 menghasilkan 7.8 ton per hektare, P36 8.80 ton per hektare, sedangkan NK 212 9.6 ton per hektare. Jumlah ini hanya pada satu tempat saja, di wilayah Gunungkidul lainnya pun juga beragam hasil panennya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan pemilihan komoditas varietas, pengelolaan air, serta pemilihan teknologi budidaya yang tepat mampu meningkatkan produktivitas. Sehingga petani di lahan kering tetap bisa produksi dan meningkatkan pendapatan petani.

“Petani kita sudah modern. Di mana mereka mulai berinovasi dalam segala hal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas panen. Didukung dengan peralatan mereka,” jelas Bambang.

Model turiman pajale surjan dengan memanfaatkan sumur pompa dan DAM parit yang telah dibangun. Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman yang berbeda maka padi ditanam pada lahan yang lebih rendah sedangkan kedelai dan jagung ditanam lahan yang lebih tinggi.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler