fbpx
Connect with us

Peristiwa

Positif Anthraks, Sapi Milik Warga Gombang Kembali Ditemukan Mati Mendadak

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Penanganan di dua zona merah anthraks terus dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul. Pada Jumat (04/02/2022) kemarin, sapi mati di kalurahan Gombang Kapanewon Ponjong kembali ditemukan.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh Retno Widyastuti mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi perihal adanya sapi mati di Kalurahan Gombang. Petugas kemudian bergerak untuk melakukan pengecekan dan penanganan. Dari hasil pengecekan pada sampel tanah, ternyata didapati bahwa positif anthraks. Sedangkan untuk sampel darahnya baru dikirim ke Balai BesR Veteriner (BBVet) Wates untuk uji laboratorium.

“Sampel darah sudah diambil dan dikirimkan ke BBVet Wates, kalau tanahnya memang positif anthraks. Sedangkan sapi langsung dikubur,” papar Retno Widyastuti, Sabtu (05/02/2022).

Jumlah sementara ternak yang mati di Kalurahan Gombang ada 6 sapi dan 2 kambing. Sementara di Padukuhan Jetis, Kalurahan Hargomulyo Kapanewon Gedangsari ada 6 sapi dan 2 ekor kambing yang juga mati karena antraks.

Berita Lainnya  Upaya Peningkatan Literasi Anak Oleh TBM Gubug Pintar

Dalam penanganan yang dilakukan, saat ini pemerintah masih rutin menyiramkan cairan formalin pada tanah serta kandang ternak yang diketahui positif anthraks. Jika beberapa kali disiram cairan tersebut dan diuji sampelnya sudah negatif anthraks, maka pemerintah akan melakukan pengecoran atau penutupan kandang dengan cara disemen.

“Untuk sekarang masih tahap penyiraman formalin dan vaksin-vaksin pada hewan ternak di sekitar zona merah,” jelas dia.

Disinggung mengenai kompensasi pada peternak, ia mengungkapkan jika sampai dengan sekarang belum ada kebijakan semacam itu. Untuk asuransi ternak pun juga ada kriterianya dan tidak sembarang pemilik ternak bisa ikut di dalamnya.

“Sejauh ini belum ada (kompensasi), mungkin pemangku kebijakan yaitu atasan kami nanti yang lebih tepat menyampaikan ini. Tapi kalau untuk di sebelumnya itu tidak ada kompensasi. Sempat diusulkan, tapi belum ada payung hukumnya,” kata dia.

Persoalan anthraks akan selesai jika hewan yang mati tersebut langsung dikubur. Karena penyakit tersebut akan terputus penyebarannya ketika sudah dikubur di dalam tanah. Hanya saja yang terjadi di daerah, ternak mati justru disembelih dan dikonsumsi bersama-sama oleh warga.

“Ternak ini harus dikubur, tapi budaya masyarakat kalau sapi mati atau sakit langsung dijual atau dibrandu bareng-bareng, kan jadi pemilik mendapatkan uang. Kami berikan edukasi ke masyarakat jika ada ternak mati langsung lapor petugas, jangan justru di sembelih dan dibrandu atau dijual,” imbuh Retno.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty menambahkan, saat ini ada 26 warga Gunungkidul yang mengalami gejala anthraks. Masing-masing 13 orang dari Gombang, Kapanewon Ponjong dan 13 dari Hargomulyo Gedangsari. Mereka yang bergejala tersebut masih terus dilakukan pemantauan selama 2 kali masa inkubasi atau selama 60 hari.

Berita Lainnya  Dinas Akhirnya Buka Data, 23 Anggota Paskibra Positif Corona

Berkaitan dengan aktifitas para orang bergejala tersebut tidak ada pembatasan. Karena anthraks tidak menular manusia ke manusia, tetapi menular dari hewan ke manusia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler