fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Puluhan Merk Sarden Ditemukan Mengandung Cacing, Ini Himbauan Dinas Kesehatan

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI merilis 27 merek ikan makarel atau sarden yang mengandung cacing parasit spesies Anisakis sp. Jumlah ini merupakan hasil penelitian dari 541 sampel ikan kaleng dari 66 produk yang dijual di pasaran. Dalam pemeriksaan, ditemukan sebanyak 27 merek positif mengandung cacing parasit dimana dari jumlah tersebut, 16 produk merupakan impor dan 11 lainnya adalah produk dalam negeri.

Mengenai adanya temuan ini, Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka membeberkan efek samping yang dimungkinkan terjadi apabila sarden yang mengandung cacing tersebut dikonsumsi oleh manusia. Cacing jenis Anisakis sp adalah parasit yang dapat menimbulkan penyakit apabila dikonsumsi meski sudah dimasak.

Berita Lainnya  Mega Proyek SPAM IKK di Tanjungsari Sudah Masuk Tahap Lelang

“Efeknya bisa menyebabkan mual, muntah, sesak nafas, bahkan diare. Cukup berbahaya bagi manusia karena bisa jadi vektor penyakit,” katanya saat dihubungi pidjar.com, Jumat (30/03/2018).

Meski cacing yang berada di dalam ikan kaleng makarel tersebut ditemukan sudah dalam kondisi mati, namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa yang masih bertahan hidup. Pun begitu dengan telurnya. Mengingat terdapat jenis cacing tertentu dan telurnya mampu bertahan dalam suhu tinggi di atas 100 derajat celcius.

“Bisa jadi cacingnya sudah mati namun telurnya masih bisa bertahan. Dampaknya lebih berbahaya lagi tubuh manusia. Kalau mereka nyaman bersarang di dalam usus manusia, kemungkinan bisa berkembang biak di sana,” jelasnya.

Berita Lainnya  Injak Rem Penularan Covid19 di Gunungkidul, Pemerintahan Bahas Nasib Hajatan Hingga Pariwisata

Priyanta memprediksi, adanya cacing parasit pada ikan makarel ini sudah ada saat ikan tersebut masih ada dalam perairan, bukan karena kerusakan kemasan atau akibat kadaluwarsa. Dimungkinkan, saat masih di perairan tersebut, ikan makarel berkumpul di tempat yang terdapat banyak cacing parasit.

Oleh sebab itu, untuk lebih amannya ia menyarankan agar masyarakat Gunungkidul mengkonsumsi ikan segar lokal dibandingkan dengan ikan kaleng. Pasalnya, meski ada produk dalam negeri yang ditemukan mengandung cacing parasit, namun bahan baku keseluruhan berasal dari luar negeri.

Selain itu, ikan segar lebih terjamin mutu kesehatan dan kehigenisannya. Masyarakat pun bisa memantau langsung proses pengolahannya dan mengecek tingkat kesegarannya. Berbeda dengan ikan kaleng, di mana proses pengolahan dilakukan secara tertutup. Meski ada sterilisasi, ia tidak menjamin 100 persen produk instan memiliki kandungan gizi dan kebersihan yang bagus.

Berita Lainnya  Tahap Pertama Pemindahan Kantor Pemkab Gunungkidul ke Siraman, 3 Kantor OPD Dalam Proses Pembanguan

“Lagipula ketersediaan ikan di Gunungkidul kan melimpah, kita punya nelayan dan laut sendiri yang luas. Jadi saya rasa masyarakat Gunungkidul tidak perlu mengkonsumsi ikan kaleng. Karena hakikat sebenarnya ikan kaleng itu dijual untuk mengatasi ketidaktersediaan ikan segar. Di Indonesia ini kan sebenarnya melimpah, apalagi Gunungkidul,” papar Priyanta.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler