Sosial
Separuh Peternak Telur Lokal Gunungkidul Gulung Tikar
Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Beberapa waktu belakangan ini, harga pakan ayam petelur mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Adanya peningkatan pakan ayam petelur menyulitkan peternak lantaran menambahkan beban biaya produksi.
Ketua Paguyuban Ayam Petelur Gunungkidul, Subandi, saat dikonfirmasi membenarkan adanya kenaikan harga pakan ternak. Naiknya harga terjadi secara bertahap sejak akhir tahun 2021 lalu hingga saat ini. Kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi pada komponen pakan konsentrat yang mengalami kenaikan hingga sebesar 40%. Sedangkan komponen pakan lainnya cenderung masih stabil meskipun sempat mengalami kenaikan harga juga.
“Naiknya itu bertahap sejak akhir tahun kemarin, ya semenjak puncak pandemi. Komponen pakan ayam petelur itu ada tiga macam yaitu katul, jagung, dan konsentrat, nah yang banyak naiknya itu pakan konsentratnya,” ucapnya Rabu (15/06/2022).
Menurutnya, harga pakan konsentrat yang mengalami kenaikan tak hanya terjadi di Gunungkidul saja namun juga skala nasional. Hal ini karena bahan baku pembuat konsentrat diperoleh dari import juga mengalami kenaikan. Harga pakan konsentrat kini mencapai Rp. 500 ribu per 50 kilogramnya. Padahal sebelumnya hanya sebesar Rp. 350 ribu. Untuk komponen pakan lain seperti katul dan jagung sejauh ini harganya cenderung stabil sehingga masih cukup terjangkau.
“Jagung juga sempat naik di harga yang menurut kami mahal yakni Rp. 6 ribu per kilogram, tapi sekarang sudah turun karena ada program jagung bersubsidi dari pemerintah,” imbuhnya.
Kenaikan harga komponen pakan otomatis juga berdampak pada bertambahnya biaya produksi para peternak. Keadaan itu diperparah dengan harga telur yang berada di bawah harga produksinya. Hal ini membuat potensi merugi semakin besar.
“Dampaknya tentu biaya operasional semakin tinggi karena 70% biaya peternak ayam petelur itu di pakannya, sisanya untuk operasional yang lain. Kemarin paling parah harga pakan mahal tapi harga telur murah,” jelasnya.
Selain itu, dampak yang cukup dirasakan ialah banyaknya peternak skala menengah ke bawah yang gulung tikar. Ia mencontohkan, sekitar 300 peternak ayam petelur di Gunungkidul telah bergabung dalam paguyuban. Namun karena adanya kenaikan harga pakan sejak akhir tahun lalu menyebabkan hampir 40% peternak berhenti produksi.
“Peternak skala menengah atau dengan modal yang pas-pasan terancam gunung tikar, ini kan yang naik bahan baku pembuat konsentrat kalau dari sana tidak turun ya sulit turun harganya,” ujar Subandi.
Ia berharap, agar pemerintah dapat mengambil peran untuk menstabilkan harga pakan ayam petelur dan dapat menstabilkan harga telur di pasaran agar sesuai biaya produksi peternak.
“Harapannya pemerintah bisa ikut andil menstabilkan harga telur supaya bisa mengikuti biaya operasional, kalau harganya di bawah biaya operasional ya bisa bangkrut,” tutupnya.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Habiskan Anggaran 41 Miliar, Puluhan Titik Ruas Jalan Gunungkidul Diperbaiki
-
Olahraga2 minggu yang lalu
PON XXI Aceh, PDBI Gunungkidul Sabet Juara Umum 2
-
Politik4 minggu yang lalu
Sunaryanta -Ardi Sisir Basis Muhammadiyah
-
Olahraga2 minggu yang lalu
Kejurkab Gunungkidul, Ganeksa Bhumikarta Rebut Gelar Juara Putra
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Tertabrak Fortuner, Pemotor di Gunungkidul Terseret 20 Meter Hingga Tewas
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Kapasitas Mulai Penuh, Pemkab Gunungkidul Wacanakan Perluasan TPAS Wukirsari
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Ratusan Kilometer Jalan Rusak, Pemerintah Usulkan Perubahan Status di Sejumlah Titik
-
Hukum3 minggu yang lalu
Ngaku Bisa Gandakan Uang, Dukun di Gunungkidul Diringkus Polisi
-
Politik4 minggu yang lalu
Benyamin Sudarmaji Deklarasikan Dukungan Untuk Sunaryanta-Ardi
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Rem Blong, Bus Pariwisata Tabrak Lapak Pedagang di JJLS
-
Sosial3 minggu yang lalu
Ardi di Depan Umat Katholik: Hanya di Era Sunaryanta Insiden SARA Tak Pernah Terjadi
-
Hukum2 minggu yang lalu
Sempat Disekap di Rumah Kosong, Siswi 11 Tahun Dicabuli Pemuda Bejat