Peristiwa
Serangan Kera Paling Parah Tahun Ini, Laporan Petani Tak Ditanggapi






Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kera ekor panjang terus menjadi masalah berat bagi petani selatan Gunungkidul. Serangan yang terus terjadi ini sendiri membuat para petani geram. Bahkan saat ini, serangan kera ekor panjang masih terus terjadi dan semakin banyak. Ratusan hektar lahan yang dibudidayakan oleh para petani selalu mengalami kerusakan setelah diserang oleh hewan liar tersebut. Tak hanya resah, para petani juga mengalami kerugian yang tak sedikit akibat permasalahan klasik ini. Aduan kepada pemerintah seakan tak ada penanganan berarti.
Salah satu petani di Padukuhan Kepek, Kalurahan Kepek, Kecamatan Saptosari, Putra menuturkan, hama kera ekor panjang memang sangat meresahkan warga di Kapanewon Saptosari. Menurutnya sebagian besar wilayah ini sudah diserang hama kera ekor panjang.
Tanaman palawija mulai dari kacang tanah, jagung, dan juga keledai yang dibudidayakan petani sebagian besar mengalami kerusakan akibat dimakan oleh kera ekor panjang. Tanaman yang seharusnya bisa dipanen ternyata tak bisa lagi diharapkan hasil panennya. Tanaman sudah rusak akibat serangan masif dari kera ekor panjang.
“Kami sudah angkat tangan. Sudah sejak Januari lalu kami ribut soal monyet ini, kini terjadi lagi,” jelasnya, Jumat (26/06/2020).
Menurutnya, serangan kera ekor panjang sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun lalu. Kini jumlah monyet yang menyerang ke lahan mereka justru kian banyak. Wargapun sudah tak bisa berbuat banyak untuk menghalau monyet-monyet tersebut. Satu-satunya cara yang mereka gunakan adalah hanyalah berjaga di ladang untuk meredam serangan kera.







“Kera ekor panjang menjadi musuh para petani yang terus menyerang ke lahan pertanian milik warga, kami sudah merasa kewalahan,” imbuh dia.
Agar sekedar bisa panen, para petani terpaksa harus sepanjang hari menunggui tanaman-tanaman mereka. Sebenarnya, pihaknya telah melapor kepada instansi terkait, dalam hal ini adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Namun sejak laporan ini dibuat dan memberikan jawaban, hingga saat ini tak ada tindakan riil dari BKSDA.
“Jawabannya akan kita tangani, tapi sampai sekarang belum ada tindakan. Para petani sendiri tetap menanam karena ini adalah sumber kehidupan kami,” ujarnya.
Konsekuensi tetap nekat menanam memang akan mendapat serangan kera ekor panjang. Petanipun terpaksa harus berjaga di lahan mereka agar tanaman yang mereka budidayakan tidak habis diserang kera ekor panjang tersebut.
Putra menyebut, jika serangan hama kera ekor panjang tersebut sudah berlangsung dalam 3 tahun terakhir. Dan tahun ini merupakan tahun yang terparah dampaknya karena serangan kera ekor panjang semakin masif dan luasannya pun semakin bertambah.
Pada musim kemarau yang lalu, bahkan sebagian besar rumput-rumput yang dibudidayakan oleh petani untuk pakan ternak juga dirusak oleh kera kera ekor panjang tersebut. Dan kini memasuki musim penghujan ternyata serangan kera ekor panjang tersebut beralih ke tanaman palawija yang dibudidayakan oleh para petani.
“Pemerintah ini bagaimana. Petani mau makan apa kalau hal semacam ini terus dibiarkan,” katanya.
Monyet ekor panjang tidak hanya meresahkan masyarakat di Kalurahan Kepek, Kepanewonan Saptosari. Tetapi, warga dan para petani di Kepanewonan Girisubo juga dibuat resah. Pasalnya, lahan-lahan pertanian kerap kali diganggu oleh hewan yang memiliki nama latin Macaca Fascicularis itu.
Salah seorang petani, Bambang Untoro mengungkapkan, serangan-serangan monyet ekor panjang tersebut selalu memanfaatkan kelengahan para petani. Kawanan monyet tersebut seringkali turun dari perbukitan merusak tanaman para petani saat lahan sudah tak terjaga.
“Kalau petani sudah pulang ke rumah baru monyet-monyet itu turun merusak tanaman petani, jadi petani juga cukup kewalahan. Serangan kera itu tidak menentu, bisa pagi, siang dan sore,” kata Bambang.
Saat ini, petani hanya bisa mengandalkan peralatan sederhana seperti ketapel untuk mengusir serangan monyet-monyet tersebut. Ia mengungkapkan gangguan tersebut dirasakan hingga menyeluruh dikawasan pertanian di Desa Pucung. para petani merasa trauma untuk menanam tanaman seperti padi dan palawija.
Ia menuturkan serangan, gangguan tersebut tidak memandang waktu. Saat petani lengah, kawanan monyet tersebut lantas menyerang mengganggu tanaman. Sehingga para petani sangat kewalahan mengantisipasinya.
“Kami mohon kepada dinas terkait untuk solusinya agar lahan kami tidak diganggu terus,” tandas dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks