fbpx
Connect with us

Sosial

Sudah 1 Warga Gombang Meninggal Dunia Diduga Akibat Anthraks, 1 Lainnya Kritis

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong,(pidjar.com)–Dugaan temuan penyakit anthraks di Padukuhan Ngrejek Wetan dan Ngrejek Kulon, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong membawa korban. Tak hanya hewan ternak saja, akan tetapi penyakit berbahaya ini juga telah membawa korban jiwa. Saat ini, sudah 1 orang meninggal dunia yang diduga disebabkan oleh penyakit ini, sementara 1 orang lainnya dalam kondisi kritis.

Penyakit anthrax (penyakit sapi gila) sendiri adalah infeksi bakteri serius yang disebabkan bakteri Bacillus Anthracis. Dalam keadaan normal, bakteri menghasilkan spora yang tidak aktif (dorman) dan hidup di tanah. Saat spora masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia, spora menjadi aktif. Spora aktif tersebut lalu mulai membelah diri, menghasilkan racun, menyebarkannya ke seluruh tubuh dan menyebabkan penyakit yang berat. Penyakit sapi gila ini dapat mengenai kulit, paru-paru dan sangat cepat menyebar hingga bisa mengakibatkan korbannya meninggal dunia.

Satu orang korban yang meninggal yakni Sukirat. Meski hingga saat ini hasil pemeriksaan laboratorium dari pria malang ini belum keluar, namun kuat dugaan bahwa kematian yang bersangkutan ini adalah disebabkan oleh anthraks. Sukirat sendiri adalah pemilik sapi yang mati mendadak yang diduga terpapar anthraks. Diperoleh informasi, Sukirat sempat mengkonsumsi daging sapi miliknya yang mati mendadak tersebut.

Kepala Desa Gombang, Supriyanto memaparkan, pasca kematian mendadak sapi milik Sukirat, oleh korban, sapi tersebut kemudian dibrandu (dibagikan ramai-ramai ke warga).

“Mbrandu itu seperti sudah tradisi di sini memang,” terang Supriyanto, Kamis (09/01/2020).

Lebih lanjut Supriyanto, menceritakan, awal mula merebaknya anthrax di desanya berawal tanggal 16 Desember 2019 tepat pada pasaran Minggu Kliwon. Saat itu salah seorang warga di Padukuhan Ngrejek Wetan yang berprofesi blantik (pedagang hewan ternak) membeli dagangan seekor kambing.

Berita Lainnya  Polemik Peternakan Ayam Raksasa, GKR Hemas Larang PT WMU Beroperasi Sebelum Izin Terbit

“Kliwon dibeli, sehari selanjutnya kambing itu sakit. Oleh pemiliknya, kambing itu kemudian disembelih dan dagingnya dibrandu ramai-ramai. Dua hari selanjutnya, pada 19 Desember 2020, giliran sapi milik Sukirat tetangganya yang mati mendadak. Sapi itu kemudian juga dibrandu warga sekitar,” lanjutnya.

Setelah tanggal 19 Desember 2019 itulah kemudian mulai berjatuhan korban manusia yang terdiri dari warga sekitar. Total hingga saat ini ada enam orang yang terdiri satu balita, satu siswa SMA dan empat dewasa yang diduga terserang penyakit anthrax.

“Mulanya hanya Sukirat yang dilarikan ke RSUD Wonosari karena tiba-tiba jatuh sakit. Lalu disusul Wastinah yang mendadak pingsan saat bekerja di ladang. Berturut-turut disusul Iis, Riko dan seorang balita. Semua korban itu mengkonsumsi daging sapi milik Sukirat yang tiba-tiba mati itu,” tambah Supriyanto.

Seminggu yang lalu, giliran Paitem warga Ngrejek Kulon terpaksa dilarikan ke RSUD Wonosari lantaran penyakit misterius yang juga diduga anthrax. Kasus ini pun terjadi setelah Paitem turut serta menyantap daging sapi yang tiba-tiba mati mendadak. Seusai makan, Paitem mengalami penyakit gatas seperti alergi. Kulitnya melepuh seperti terbakar mirip terserang dompo dan kondisinya makin drop. Bagian kaki dan perut juga mengalami bengkak. Urat syarafnya sudah tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Paitem tak lagi bisa berbicara. Ia hanya tergolek lemas di atas ranjang. Beberapa waktu dirawat, kondisi Paitem semakin parah. Paitem sendiri saat ini sudah dibawa pulang ke rumah.

Berita Lainnya  Gelaran Dangdut Berujung Kisruh, 1 Pemuda Tewas Tertembak Senjata Laras Panjang

“Karena kondisinya kritis, keluarga Paitem bahkan menggelar Yasinan dan doa bersama untuk memohon hal terbaik dari Allah SWT,” beber Supriyanto.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari, dr. Triyani Heni Astuti membenarkan adanya satu orang pasiennya atas nama Sukirat yang meninggal dunia. Ia mengatakan, saat ini pihaknya belum bisa mengatakan secara penyebab kematian warga Gombang tersebut. Ia beralasan, pihaknya masih menunggu kabar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul terkait dengan hasil tes laboratorium dari yang bersangkutan.

“Kemarin yang ambil sampel darahnya itu pihak Dinas Kesehatan, sampai saat ini kita belum mendapat kabar terkait dengan hasilnya. Kan masih dilab di Bogor,” kata Heni.

Ia menjelaskan, korban saat ini baru dapat disebut suspec antraks. Hal itu dikaitkan dengan kejadian serta wilayah di mana ada temuan dugaan antraks yang menyerang ternak warga yang meninggal dunia tersebut.

Berita Lainnya  Malam Perayaan Tahun Baru, Ini Rekayasa Lalu Lintas Yang Akan Diberlakukan di Pusat Kota Wonosari

“Kan saling berkaitan, di sana ada dugaan kasus dan ciri-ciri atau gejalanya mengarah ke sana (antraks),” paparnya.

Sementara terkait dengan kabar warga yang diizinkan pulang tersebut, Heni mengatakan bahwa korban masuk di IGD RSUD pada tanggal 3 Januari 2020. Kemudian dari IGD korban langsung di rawat inap di bangsal Bakung selama beberapa hari.

“Dari hasil pemeriksaan laboratorium dokter penanggung jawab pasien (DPJP) merujuk pasien ke RS Sarjito pada tanggal 6 Januari 2020, tetapi keluarga tidak bersedia kalau harus dirujuk ke Sarjito dan tanggal 7 Januari 2020 pasien pulang APS (atas permintaan sendiri),” terang dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty menjelaskan hingga saat ini hasil lab terkait dengan kasus tersebut belum keluar. Pihaknya sendiri masih menunggu hasil resmi dari tes lab yang bersangkutan.

“Masih menunggu hasil dari Bogor. Kalau di lapangan status quo,” pungkasnya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler