Pemerintahan
Tak Kunjung Tetapkan Status Tanggap Darurat Meski Kekeringan Makin Meluas, Pemerintah Tunggu Hujan di Awal November






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pemerintah Kabupaten Gunungkidul masih menunggu sekitar satu minggu lagi untuk menentukan status tanggap darurat bencana kekeringan. Namun demikian, langkah antisipasi penyiapan dana tak terduga telah disiapkan oleh pemerintah.
Pelaksana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan bahwa hasil rapat koordinasi yang dilakukan pada Jumat (19/10/2018) kemarin belum menetapkan Gunungkidul tanggap darurat bencana. Pemerintah masih menunggu hingga awal November 2018 terkait keputusan tersebut.
“Jika awal November hujan tidak kunjung turun, kita akan tetapkan status tanggap darurat,” kata Edy Basuki, Sabtu (20/10/2018).
Pihaknya juga akan menggelar koordinasi dengan pemerintah kecamatan atas dampak kekeringan yang terjadi saat ini. Koordinasi yang dilakukan dengan kecamatan berupa pendataan bagaimana keadaan kekeringan di tempat masing-masing, lalu jumlah dana yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan tersebut.
“Setiap kecamatan punya anggaran dana untuk dropping air begitu pula BPBD, jika BPBD dan kecamatan telah kehabisan dana untuk dropping serta hujan tak kunjung datang bisa saja dinaikkan statusnya ke tanggap darurat,” paparnya.







Pemerintah saat ini telah berencana untuk menyiapkan dana tak terduga jika nantinya bencana kekeringan terus terjadi. Namun dalam perkiraannya dana yang dimiliki BPBD masih cukup hingga pertengahan November 2018 nanti.
“Kalau di kecamatan macam-macam, ada yang dananya habis akhir Oktober, ada juga yang habis pada awal atau pertengahan November,” papar Edy tanpa menyebutkan jumlah dana yang ada.
Hingga pertengahan bulan Oktober ini, kekeringan di Gunungkidul saat ini semakin meluas, total hingga pertengahan Oktober ada 15 kecamatan yang terdampak kekeringan dengan jumlah jiwa 122.100.
“Ada 15 kecamatan yaitu Girisubo, Nglipar, Paliyan, Panggang, Purwosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Saptosari, Semin, Semanu, Pathuk,” paparnya.
Sementara itu Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial, Kecamatan Tanjungsari Suwanto menuturkan, 125 tangki yang sudah dipersiapkan untuk menghadapi musim kemarau telah habis.
“Kami disarankan untuk membuat surat ke Bupati, selain dibantu dropping oleh pihak BPBD kami juga banyak menerima bantuan droping air dari pihak swasta,” ujarnya.
Suwanto menjelaskan bahwa saat ini beberapa wilayahnya sudah memiliki jaringan PDAM. Akan tetapi aliran PDAM di masyarakat yang di daerah tinggi perlu dibantu karena sering macet.
“Untuk telaga sudah kering, sudah sejak Agustus telaga kering, memang di Tanjungsari kekeringan di titik-titik tertentu, seperti di Dusun Kemiri, Wates, Panggang, Kelor Lor, Kanigoro, juga masih minta droping air,” ungkapnya.