Sosial
Transformasi Kuliner Ekstrim Gunungkidul, Dari Makanan Merakyat Jadi Komoditi Mahal Namun Tetap Diburu
Ngawen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Setiap daerah tentu memiliki makanan khas maupun makanan ekstrim tersendiri. Tak terkecuali di Gunungkidul, beberapa makanan ekstrim atau yang tak lazim hingga sekarang masih menjadi idola bagi masyarakat. Tak hanya lokal saja, melainkan orang luar pun juga tak sedikit yang ingin mencicipi kuliner ekstrim. Bisa ditebak, dengan tingginya permintaan semacam ini, maka berdampak pula pada melejitnya harga makanan yang semula hanya menjadi komoditi kalangan menengah ke bawah tersebut.
Harga yang sangat tinggi kemudian membuat akses masyarakat Gunungkidul secara umum untuk menikmati masakan berbahan serangga ini menjadi cukup terbatas. Jikapun mendapatkan buruan, maka warga lebih memilih untuk menjualnya daripada mengkonsumsinya untuk kebutuhan pribadi.
Meski harganya tergolong tinggi, namun berbagai kuliner ekstrim ini tak sepi peminat. Penggemar makanan ini baik dari dalam daerah maupun luar masih terus memburu untuk menikmati atau sekedar mencicipi. Tak main-main, kuliner asal bumi handayani ini bahkan bisa tembus ke pasaran luar negeri.
Sabtu ini, Pidjar.com akan sedikit mengulas mengenai makanan ekstrim dari Gunungkidul. Salah satunya yang saat ini sangat mahal adalah ungkrung (kepompong) jati. Jika biasanya masyarakat menganggap ungkrung ini tidak bermanfaat, akan tetapi di tangan warga Gunungkidul hewan ini dapat diolah menjadi makanan yang memiliki cita rasa tersendiri. Harganya pun tak main-main, bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilogramnya.
Salah seorang penjual makanan ekstrim, Sri Lestari, warga Padukuhan Gantiwarno, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen mengungkapkan, sejak belasan tahun lalu menjual kuliner ektrim khas Gunungkidul, olahan makanan ungkrung jati menjadi salah satu yang paling diminati oleh para pelanggannya. Bahkan lantaran tingginya permintaan di tengah terbatasnya bahan baku yang tersedia di Gunungkidul, ia sampai mendatangkan ungkrung dari wilayah Semarang, Solo.
“Banyak yang cari, kalau untuk makanan ini kan musiman. Jadi ya harus cari gimana caranya,” kata wanita yang akrab disapa Sri Hawa ini, Sabtu (24/11/2018).
Tak main-main olahan ungkrung ini, di tangan Sri Lestari bisa berubah makanan yang memiliki rasa tersendiri. Harganya pun juga fantastis, di mana beberapa waktu lalu bisa menembus diharga 400 ribu. Namun seiring berjalannya waktu dan naik turunnya harga, olahan ungkrung jati saat ini berada di kisaran harga 300 ribu perkilonya.
“Rasanya yang memang gurih dan lezat membuat ungkrung banyak menjadi idola dan dicari,” papar dia.
Ibu muda ini tidak hanya menyediakan olahan ungkrung saja, akan tetapi ada beberapa menu lain dari hewan yang tak lazim pula yang ia pasarkan. Olahan bekicot (keong) misalnya. Makanan ini juga menjadi favorit banyak orang dan terus dicari-cari setiap harinya. Bekicot menurutnya justru dipercaya untuk mengobati penyakit gatal-gatal dan beberapa penyakit lainnya.
“Kalau bekicot justru setiap harinya rame. Saya sediakan terus, karena banyak peminatnya. Ada yang buat obat, coba-coba tapi juga ada orang yang memang suka makan makanan ini,” imbuh dia.
Puluhan kilo olahan bekicot yang ia olah selalu habis dalam waktu yang tidaklah lama. Membludaknya permintaan warga lokal Gunungkidul atau daerah lain membuat dirinya harus terus menyetok bahan baku.
“5 kilo bekicot itu hanya laku berapa hari. Jadi saya harus berburu bekicot itu paling tidak 50kg itu langsung diolah dan dijual ada yang untuk stok,” tambah dia.
Sedikit tips dari Sri Lestari, jika memakan serangga atau makanan ekstrim lainnya jangan membayangkan bentuk hewannya, pasalnya tak sedikit bentuknya yang aneh dan terkesan menjijikkan. Namun dinikmati saat mengunyah kemudian rasanya, tentu tidak akan terbayang hal-hal yang aneh dan rasa dari olahan ini pun lebih dapat dirasakan beserta sensasinya.
“Kalau bekicot mateng 1 kg saya bandrol 120 ribu. Ada kok jangkrik, belalang dan beberapa olahan makanan ekstrim lainnya,” terang dia.
Untuk mempromosikan olahannya itu, ia memilih menggunakan media sosial karena dianggap yang lebih efektif dan efisien. Terbukti belum lama ia menerapkan sistem ini, banjir pesanan pun terus menghampirinya. Mulai dari DIY, luar Jawa bahkan hingga ke negara tetangga. Omzet yang ia dapatkan pun tak main-main, jika ramai pesanan 3 juta pun mampu ia kantongi.
Dengan usahanya ini diharapkan mampu mengenalkan atau mempromosikan Gunungkidul di daerah luar melalui ciri khas makanan ekstrim. Kemudian juga mampu mendongkrak pengemar makanan ekstrim, dan perekonomian dapat lebih meningkat kembali.
“Selain menyediakan outlet di rumah, saya juga membuka pesanan melalui media sosial atau WA di nomor 087785539856,” tutup dia.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kembali Beri Sanksi ke ASN, Satu Diantaranya Dipecat
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Habiskan Anggaran 41 Miliar, Puluhan Titik Ruas Jalan Gunungkidul Diperbaiki
-
Politik2 minggu yang lalu
Sunaryanta -Ardi Sisir Basis Muhammadiyah
-
Politik2 minggu yang lalu
Pecah Kongsi PKB-NU di Pilkada Gunungkidul, Ulama Kukuh Tetap Dukung Sunaryanta
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Kapasitas Mulai Penuh, Pemkab Gunungkidul Wacanakan Perluasan TPAS Wukirsari
-
Politik2 minggu yang lalu
Tim Sunaryanta-Ardi Dibentuk, Gabungkan Relawan dan Mesin Partai Langganan Pemenang Pilkada
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kecelakaan Tunggal, Sebuah Mobil Terpental Hingga Seberangi Sungai di Playen
-
Politik3 minggu yang lalu
Show Of Force Sunaryanta-Ardi, Lari ke KPU Bawa Ribuan Relawan
-
event4 minggu yang lalu
Tiang Senja Gelar Pameran Tunggal Bertajuk Api dalam Titik Perhatian
-
Uncategorized3 hari yang lalu
Tertabrak Fortuner, Pemotor di Gunungkidul Terseret 20 Meter Hingga Tewas
-
Pemerintahan2 hari yang lalu
Ratusan Kilometer Jalan Rusak, Pemerintah Usulkan Perubahan Status di Sejumlah Titik
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Rem Blong, Bus Pariwisata Tabrak Lapak Pedagang di JJLS