Sosial
Ratusan Ribu Warga Gunungkidul Telah Kekurangan Air, Kecamatan Girisubo dan Paliyan Paling Menderita






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dampak kekeringan di Kabupaten Gunungkidul nampaknya semakin meluas. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mencatat bahwa saat ini ada lebih dari 100 ribu jiwa telah mengalami kesulitan air bersih.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan, data yang masuk pada awal bulan Juli ini, ada 18 kecamatan yang artinya adalah meliputi seluruh kecamatan di Gunungkidul sudah mulai terdampak kekeringan. Mengantisipasi dampak kekeringan terhadap masyarakat, saat ini proses dropping air bersih telah dilakukan baik dari BPBD maupun pihak kecamatan.
“Yang mulai parah ada 14 kecamatan. Total jiwa yang terdampak kekeringan dari 14 kecamatan itu ada 105.234 jiwa,” ujar Edy, Rabu (03/07/2019) pagi.
Ia menjelaskan, rincian jumlah jiwa yang terdampak kekeringan yakni di Kecamatan Girisubo 21.592 jiwa, Paliyan 16.978 jiwa, Purwosari 4032 jiwa, Rongkop 9902 jiwa, Tepus 12.441 jiwa, Ngawen 3032, Ponjong 2411 jiwa, Semin 1192 jiwa, Patuk 2962 jiwa, Semanu 1968 jiwa, Panggang 8986 jiwa, Gedangsari 3448 jiwa, Tanjungsari 11.186 jiwa, dan kecamatan Nglipar 5100 jiwa.
“Untuk Kecamatan Saptosari, Playen, Wonosari, dan Karangmojo ada beberapa RT yang terkena dampak kekeringan. Misalnya di Wonosari di Desa Wunung di sana Spamdes nya bermasalah jadi membutuhkan bantuan air bersih,” ucapnya.







Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, tidak semua wilayah terdampak kekeringan bantuan air bersih didroping dari BPBD. Hanya ada enam kecamatan yakni, Purwosari, Girisubo, Rongkop, Tepus, Paliyan dan Panggang yang diberikan bantuan air bersih. Kemudian sisanya masih bisa dicukupi oleh masing-masing kecamatan.
“Untuk sementara droping air bersih dilakukan dari kecamatan, jika anggaran mereka habis mungkin mengajukan ke kami. Selain itu banyaknya bantuan dari pihak ketiga mengurangi droping air dari pemerintah,” imbuhnya.
Ia menghimbau, kepada pihak-pihak yang ingin melakukan dropping air agar melakukan koordinasi. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya penumpukan air di satu titik.
“Kalau menumpuk nanti tidak merata, akan kurang maksimal dropping yang dilakukan,” terang Edy.