Sosial
Demi Ladang Basah di Musim Kering, Inovasi Petani Sodo Patut Diacungi Jempol


Paliyan,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kekeringan melanda sebagian wilayah Kabupaten Gunungkidul di musim kemarau tahun ini. Dibalik bombastisnya masalah kekeringan, sekelompok petani di Desa Sodo, Kecamatan Paliyan berinovasi agar ladang milik mereka teraliri air. Mereka memanfaatkan potensi air yang masih ada di sekitar ladangnya.
Sunaryo (40), petani warga Padukuhan Jamburejo, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan menyatakan berbekal dari secuil ilmu pengetahuan yang ia dapat di internet, dirinya membuat pompa air dengan sistem hidram. Dengan memanfaatkan aliran Kali Gede, dirinya merangkai pompa tersebut dari beberapa bahan bekas yang ada disekitarnya.
Ia menceritakan, pembuatan pompa air tersebut bermula diperolehnya dari internet. Ia kemudian memanfaatkan sambungan pipa dan ban bekas untuk membuat klep atau katup. Saat ini pompa yang dipasang ditengah aliran sungai yang bening ini mampu mengairi beberapa petak ladang yang berada di sekitar sungai.
“Sebenarnya karena memanfaatkan aliran Kali Gede yang selalu mengalir saat musim kemarau. Dulu pernah buat kincir air dari bambu tapi hanya beberapa kali digunakan kemudian rusak,” ujar dia, Selasa (02/07/2019).
Pipa dengan diameter 2 inci dipasang di lokasi bendungan, disalurkan ke sebuah wadah kecil, dan dialirkan ke pompa hidram. Wadah kecil tersebut digunakan untuk menampung air dan menyaring sampah agar tidak menyumbat masuk ke dalam hidram.
Ia menjelaskan, proses dalam pompa sendiri air mengalir masuk ke dalam pipa, dan masuk ke pipa yang digunakan sebagai tabung udara. Setelah penuh air menekan katup, hingga kondisi tekanan air tidak mampu menekan udara dalam tabung. Nantinya katup akan bergerak turu dengan sendirinya menutup tabung udara.
“Air yang masuk ke tabung menekan katup ke atas dan otomatis air akan tersambung ke pipa suplai. Prosesnya sederhana, tetapi yang terpenting kita memanfaatkan potensi alam yang ada sehingga tidak lagi tergantung pada energi listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM)” ucapnya.
Ia menjelaskan, selain sangat murah, teknologi yang ia gunakan tersebut juga dapat menghemat penggunaan BBM. Meski demikian, pompa miliknya ini tidak bisa menghasilkan air sebanyak pompa dengan tenaga listrik atau BBM.
“Tetapi kedepan kita harus mulai berfikir untuk mencari sumber energi yang ada di sekitar kita,” kata dia.
Saat ini tanaman di ladangnya dan beberapa orang petani di sekitar sungai bisa memanfaatkan air dari pompa ini. Sehingga bisa ditanami saat musim kemarau tanpa mengeluarkan biaya penyedotan air.
“Dulu sebelum ada ini, para petani hanya bergantung pada mesin pompa air,” terang dia.
Namun begitu, masyarakat juga harus menambah biaya operasional karena harus menggunakan BBM atau listrik. Sementara dengan hidram ini, tidak diperlukan bahan bakar dan hanya memanfaatkan derasnya aliran air.
“Kedepan kalau ada waktu dan biaya akan saya tambah, sehingga jangkauannya bisa luas,” pungkas pria yang merupakan Kades Sodo tersebut.
-
Uncategorized2 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
event2 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik2 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Sosial18 jam yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
Budaya2 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara