Connect with us

Sosial

Warga Takut, Jenazah Lansia 95 Tahun Sempat Terkatung-katung Hingga Siang Hari

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pandemi covid-19 nampaknya mulai berpengaruh terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan. Pemakaman jenazah yang biasanya banyak atau bahkan sepenuhnya dibantu oleh tetangga sekitar rumah duka, saat ini mulai hilang karena ketakutan terhadap penyebaran virus corona. Seperti yang terjadi di wilayah Padukuhan Plembutan Timur, Desa Plembutan, Kecamatan Playen pagi tadi. Jenazah Somo Wiyono (95) yang meninggal dunia sempat terkatung-katung karena tidak ada yang berani mengurus jenazah tersebut.

Kasi Kesejahteraan Pemerintah Desa Plembutan, Margiyanto menceritakan, sebenarnya, petugas kesehatan telah melakukan pemeriksaan terhadap kematian Sumo Wiyono. Dari hasil pemeriksaan tersebut, petugas kesehatan menyimpulkan bahwa kematian yang bersangkutan bukan dikarenakan covid-19.

“Sebenarnya petugas dari Puskesmas sudah memeriksa, dan tidak ada mengarah ke Covid-19, tapi kondisi seperti ini warga kami tetap ketakutan,” kata Margiyanto, Selasa sore.

Ia menjelaskan, berdasarkan perkiraan petugas medis, mendiang Sumo sudah meninggal dunia sejak tadi malam. Namun karena hanya tinggal berdua dengan istrinya yang sudah tua, kematian Sumo tak disadari.

Berita Lainnya  Hasil Swab Negatif, Warga Nglipar Ucap Syukur dengan Cukur Gundul

Baru kemudian pada Selasa pagi tadi pasca mendapatkan laporan warga, pihak Pemerintah Desa Plembutan berinisiatif untuk membuat laporan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul. Ia melanjutkan, kemudian prosedur pelaporan diarahkan ke Puskesmas.

“Setelah Puskesmas, kami diarahkan ke RSUD Wonosari,” paparnya.

Namun begitu, sampai dengan siang hari tidak ada tindak lanjut terhadap laporan tersebut. Kemudian, pihak pemerintah desa kemudian kembali berinisiatif untuk menghubungi relawan penanganan Covid-19. Langkah itu akhirnya membuahkan hasil dan dimakamkan dengan petugas menggunakan APD lengkap.

“Jika ada kasus seperti kami, ada tindakan secepatnya dari instansi terkait, kalau ada relawan seperti relawan Gunungkidul seperti ini tadi dihubungi tidak sampai 1 jam sudah datang. Ke depan jika bisa ada prosedur yang memudahkan,” imbuh Yanto.

Atas pemakaman tersebut, pihaknya mengucapkan terimakasih terhadap Relawan Gunungkidul.

“Kami selaku keluarga dan Pemerintah Desa mengucapkan terimakasih,” ucap dia.

Sementara itu, salah satu relawan Gunungkidul, Agus Fitrianto menambahkan, dalam pemakaman tersebut, dilakukan bersama 6 orang relawan. Setelah ditutup separuh dan diberikan disinfektan kemudian diserahkan ke warga.

Berita Lainnya  Mesin Mati di Tanjakan, Mobil Pengangkut Wisatawan Terjun ke Jurang

“Tinggal sedikit sudah kita tutup semua dan disinfektan, warga melanjutkan,” ujar Agus.

Terpisah, Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Immawan Wahyudi mengaku berterima kasih respon cepat dari Relawan Gunungkidul. Hal ini mampu mengurangi rasa kekhawatiran warga sekitar. Relawan Gunungkidul sendiri sudah dibekali sertifikat penanganan Covid-19 dan sudah dilatih untuk penanganan jenazah. Bahkan, yang pertama kali melakukan pemakaman dengan prosedur Covid-19 adalah relawan Gunungkidul.

“Ketakutan jangan dianggap remeh menurunkan imunitas kalau resah,” ucap Immawan.

Wakil Bupati mengakui bahwa saat ini personil PMI sangat terbatas sehingga belum semua terjangkau. Sebab, jika menguburkan dengan prosedur Covid-19, relawan harus istirahat selama 12 jam dan mobil pun diistirahatkan selama 24 jam. Termasuk terbatasnya sarana pendukung seperti kendaraan.

Berita Lainnya  Tambahan 5 Kasus Pada Hari Ini, 1 Tenaga Kesehatan Kembali Dinyatakan Positif Corona

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler