Connect with us

Sosial

Trend Mulai Berubah, 30 Kasus Bunuh Diri Terjadi di Gunungkidul Sepanjang 2020

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Angka kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul dalam tiga tahun terakhir ini tergolong cukup tinggi. Bahkan yang ironis, dari tahun ke tahun menunjukan trend kenaikan. Berdasarkan hal ini, pemerintah dinilai lupa memiliki kewajiban untuk membangun jiwa dan raga masyarakat.

Aktivis Yayasan Inti Mata Jiwa (IMAJI), Sigit Purnomo menuturkan, pada tahun 2020 ini pihaknya mencatat masih adanya 30 kasus bunuh diri yang terjadi di Gunungkidul. Data tersebut diperoleh dari pengumpulan informasi di setiap kejadian yang ada.

“Data kami kroscek dengan yang tercatat pihak kepolisian, sampai saat ini sudah terjadi 30 kasus bunuh diri di Gunungkidul,” ungkap dia, Senin (28/12/2020).

Ia mengatakan, dari puluhan kasus yang terjadi didominasi dengan praktik gantung diri yakni ada 27 orang. Sedangkan 3 lainnya dengan cara meminum racun. Dirinya mengamati bahwa selama ini gantung diri menjadi populer karena adanya ketersediaan alat yang memudahkan untuk melancarkan aksi tersebut.

Berita Lainnya  Demo Panas di Umbulrejo, Dipicu Dukuh Tuduh Warganya Pelihara Pesugihan

“Gantung diri dipilih karena mudah, meskipun banyak racun dan lainnya. Tapi bunuh diri dengan gantung diri itu dipilih karena ada alat, tali misalnya yang mudah didapat,” jelas dia.

Ia menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini ada sedikit perubahan trend terkait dengan usia pelaku bunuh diri. Di mana beberapa dari mereka berada di usia remaja.

“Memang ada perubahan trend, tapi sebenarnya dulu juga ada anak usia SD bunuh diri sekitar tahun 2000an. Ini juga harus menjadi perhatian banyak pihak, bahwa yang perlu mendapat perhatian bukan hanya lansia yang sendiri, tapi anak-anak juga berisiko karena mereka sedang mencari jati diri dan butuh teman di luar keluarga,” kata dia.

Untuk itu, peran dari pemerintah kalurahan menjadi sangat krusial. Pembentukan kader sampai di tingkat RT diharapkan mampu menjadi solusi. Selain dari program-program pemberdayaan masyarakat yang ada di kalurahan tersebut tentunya.

Berita Lainnya  Antisipasi Masuknya Virus Corona, Pemerintah Siagakan Tenaga Medis dan Siapkan 2 RS Rujukan

“Lingkup terkecil, kalurahan harus punya wadah bagi para remaja ini untuk memudahkan monitoring. Karena mereka sebenarnya mencari sosok orang yang akan dijadikan panutan selain keluarga,” lanjut dia.

Wage nama populer pria yang juga menjabat Lurah Karangasem itu juga menyinggung terkait dengan belum maksimalnya pemerintah menangani bunuh diri di Gunungkidul. Pemerintah dinilai lupa memliki kewajiban untuk membangun jiwa dan raga masyarakat sebagai pondasi kekuatan mental.

“Pemerintah sepertinya lupa dengan lirik Indonesia raya, lupa esensinya bangunlah jiwanya bangunlah raganya untuk Indonesia Raya. Bagaimana pemerintah membangun jiwa masyarakat apakah sudah dilakukan,” ucap dia.

Di tengah masa pandemi ini, menurutnya menjadi momen yang pas untuk berbenah. Pihaknya berharap, kader serta relawan covid juga bergerak dalam membangun jiwa dan menguatkan jiwa masyarakat agar terhindar dari depresi.

“Untuk pengadaan tenaga medis psikolog terutama, nampaknya akan menjadi berat di tengah pandemi ini, tetapi ini momen yang pas agar bergerak menguatkan jiwa,” ungkap dia.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, Heri Nugroho juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya pemerintah harus serius dalam menangani kesehatan jiwa masyarakatnya. Sehingga risiko terbesar dari rusaknya kesehatan mental yakni bunuh diri tidak ada lagi di Bumi Handayani.

Berita Lainnya  Mengenal Mina Mulya Maju Mandiri, Koperasi Peternak Lele Yang Dapat Apresiasi Dari Menteri KKP

“Satgas penanggulangan tidak berjalan baik. Pemerintah dalam hal ini sampai dusun RT harus peka terhadap anggota masyarakat, sambangi warga, silaturahmi dan sebagainya. Sehingga bisa dekat dengan masyarakat,” terang Heri.

Ia mengaku kerap kali memberikan masukan kepada birokrat terkait pembangunan jiwa dan raga masyarakat. Kendati demikian hal ini masih menjadi catatan untuk terus diperjuangkan.

“Lihat secara baik kondisi warga, bilamana ada sesuatu yang kurang baik, disambangi berikan motivasi semangat. Sakit menahun tidak punya biaya, ayolah kita bantu komunikasi dengan lembaga kesehatan pemerintah. Saya berkali-kali katakan bahwa bangunlah jiwanya baru bangunlah badannya,” pungkas Heri.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler