Connect with us

Sosial

Berkah Awal Penghujan, Nelayan Pantai Drini Panen Lobster

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Memasuki awal musim penghujan, nelayan Pantai Drini panen lobster. Mulai dari Senin, (02/11/2020) kemarin, hasil tangkapan lobster dari perairan laut selatan Gunungkidul mencapai 200 Kg. Jenis lobster kebanyakan adalah merah batu, hijau pasir, dan bambu.

Pada awal November ini nelayan Pantai Drini pantas berbahagia dengan mulai banyaknya tangkapan lobster. Hasil tangkapan beberapa waktu terakhir cukup melimpah, sebelumnya juga sempat memanen ikan layur.

“Bulan Oktober kemarin musim layur, terakhir itu tanggal 31. Kalau tanggal 1 kemarin udah gak ada sama sekali” tutur petugas pelelangan ikan Pantai Drini, Budianto, Jumat (06/11/2020).

Ia mengatakan bahwa musim lobster dapat ditandai jika hujan sangat lebat hingga menyebabkan sungai yang ada di Pantai Baron banjir. Karena lobster adalah hewan yang hidup di antara sela batu karang, jika terkena air tawar mereka akan keluar dan mencari tempat tinggal baru.

Berita Lainnya  Kasus OTG Meningkat, Isolasi Mandiri Dilakukan Untuk Efisiensi Biaya dan Jaga Kesehatan Petugas Medis

“Kalau hujan lebat sampai sungai Pantai Baron itu banjir, itulah tandanya mulai masuk musim lobster. Mereka (lobster) kan ada di batu karang dan gak suka air tawar, jadi kalau kena banjir ya mereka bubar” ujarnya.

Lobster memiliki daya jual yang tinggi karena masa penangkapan tertentu dan membutuhkan alat khusus. Harga jual lobster ke pengepul berbeda sesuai jenisnya, seperti jenis merah batu mencapai Rp 180.000/kg sedangkan jenis hijau pasir dapat mencapai Rp 270.000/kg menyesuaikan harga ekspor. Lobster tersebut biasanya dibeli oleh pengepul yang datang langsung ke TPI. Untuk hasil setiap harinya paling tidak setiap kapal dapat memperoleh setidaknya 20 kg lobster berbagai jenis.

Berita Lainnya  Dipicu Hamil di Luar Nikah, Ratusan Anak di Gunungkidul Ajukan Dispensasi Nikah

“Beda-beda tiap jenisnya, kita sesuaikan dengan harga ekspor juga. Kalau merah batu itu 180 kalau hijau pasir bisa sampai 270. Biasanya mutiara paling mahal tapi belum ada kalau sekarang” ujar Budi.

Ia berharap agar seperti ini kedepannya karena musim lobster hanya berlangsung satu bulan, setelah itu maka nelayan akan libur melaut untuk waktu yang cukup lama dikarenakan cuaca berangin. Siklus yang selalu berulang setiap tahun bahwa setelah memasuki musim hujan maka cuaca akan buruk.

“Selalu berulang setiap tahun, menurut penanggalan jawa ini bulan delapan. Harusnya Agustus kemarin musim angin. Bulan Oktober sudah layur, bulan ini lobster. Selesai lobster ya pasti berangin dan nelayan gak ada yang berani melaut” tutup Budi.  (Dina Kamila)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler