fbpx
Connect with us

bisnis

Buah Ketelatenan Suyono Taklukan Rumitnya Beternak Branjangan, Omset Capai Puluhan Juta Per Bulan

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar.com)–Selain dijadikan hobi bagi para sobat kicau mania, bisnis dunia perburungan juga mampu meraup omzet penghasilan yang cukup menjanjikan. Salah seorang penghobi sekaligus peternak yang telah mereguk madu bisnis ini adalah Suyono. Peternak Burung Branjangan warga Padukuhan Gading V, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen ini bahkan mampu meraih omzet puluhan juta setiap bulannya.

Kepada pidjar.com, Suyono (29), mengatakan,  dirinya sudah mulai menggeluti usahanya dalam bidang ternak burung Branjangan ini baru sejak 2019 silam.

“Mulai ternak itu 2019, sengaja pilih Branjangan karena peluang pasar yang cukup meyakinkan, harganya juga mahal, dan belum banyak yang ternak juga,” ucap Yono sapaan akrabnya, saat ditemui, Senin (27/12/2021).

Mirafra Javanica dari beberapa jenis Branjangan yang dipilih Yono untuk dibudidayakan. Yang menonjol dari burung jenis ini selain harganya mahal, juga membutuhkan perawatan yang cukup rumit. Apalagi, peminatnya juga sudah cukup banyak.

Dari situ ia mulai belajar seluk beluk mengenai burung branjangan. Ilmu ia peroleh dari internet maupun juga sharring-sharring dengan kawan komunitas.

Berita Lainnya  Jeritan Pelaku UMKM di Masa Pandemi, dari Penurunan Omzet Hingga Pengurangan Upah Karyawan

“Dari awal sudah ikut komunitas terutama di Jogja dan luar kota kemudian tahu jenis-jenis Branjangan dan ternyata yang paling mahal dan memiliki peluang usaha yang lumayan Mirafra Javanica itu,” jelasnya.

Yono mengungkapkan hingga saat ini ia memiliki 12 betina Branjangan dan 8 Branjangan Jantan. Adapun burung tersebut setiap bulannya menetaskan anakan 10 sampai 12 ekor. Adapun harga burung tersebut pada kisaran harga Rp 8 Juta untuk burung jantan dan Rp 4 Juta untuk betina perekor anakan yang berusia 25 hari sampai 1 bulan. Tak heran apabila kemudian setiap bulannua, Suyono bisa mengantongi omset hingga mencapai 40 juta rupiah.

” Ya Alhamdulillah lumayan untuk biaya operasional dan sehari-hari, dari panennya sendiri saja misalnya 10 ada 5 jantan dengan harga per ekor segitu ya bisa dikalikan sendiri sudah berapa,” ucap Yono.

Dirinya menjelaskan, kendala yang dihadapi dari proses penjodohan hingga penetasan memang pasti ada dan beragam. Karakter burung Branjangan yang paling khas adalah tidak sembarang bisa dijodohkan. Dalam proses penjodohan, peternak harus memahami karakter dari masing-masing burung.

Berita Lainnya  Menikmati Lezatnya Apem Mas Brow, Makanan Khas Gunungkidul yang Kini Diburu Milinial

“Untuk proses pengeraman indukan tidak mau angrem, bertelur sembarangan tidak disarang, juga pergantian musim akan sangat mempengaruhi” tutur Yono.

Adapun lama pengeraman telur adalah selama 14 hari. Setelah menetas, anakan burunh kemudian dimasukkan ke dalam inkubator. Baru setelah itu masuk ke fase pembesaran. Pada burung-burung itu, juga dilakukan pemasangan ring Identitas Peternak dan ring Komunitas dari Pelestari Burung Indonesia (PBI). Ring sendiri dipasang selain untuk identitas peternak juga untuk memonitor jumlah anakan yang dihasilkan dan untuk membedakan indukan karena dilakukan pendataan.

Yono menambahkan, dirinya baru mulai berani menjual burung hasil ternaknya setelah keluar hasil Tes DNA yaitu kisaran usia 20 hari. Di mana Burung Branjangan termasuk Monomorfik yang sulit dibedakan secara fisik sehingga perlu dilakukan DNA. Dirinya mulai mengambil Sempel darah sejak usia anak Branjangan 10 hari untuk di kirim ke Surabaya.

Berita Lainnya  Larangan Mudik Mulai Berlaku Tanpa Solusi, PO Maju Lancar Pilih Beroperasi

“Usia 10 hari baru ambil sempel darah untuk DNA supaya tahu jantan atau betina. Biasanya menggunakan jasa Biotech Kimming House Surabaya, hasilnya jadi sekitar 10 sampai 14 hari,” jelas Yono.

Adapun Yono juga mengungkapkan untuk Burung Branjangan yang sudah mengikuti lomba dan juara l, maka harga jualnya akan semakin tinggi.

“Yang sudah lomba dan juara harganya bisa 15 sampai 20 juta per ekor,” tambahnya.

Adapun di Gunungkidul sendiri belum ada peternak yang berhasil membudidayakan Burung Branjangan tersebut. Di mana memang dalam  merawatnya butuh ketelitian, keuletan dan kesabaran.

“Sebenarnya ada beberapa peternak di Gunungkidul, tapi mungkin yang lain ada beberapa kendala yang menghambat” ucap Yono.

Mengingat populasi Burung Branjangan yang semakin langka ini, Yono berharap Branjangan semakin banyak yang melestarikan sehingga populasinya terus terjaga. Dengan demikian para pencinta Burung Branjangan diharapkan mencari para peternak Branjangan sehingga tidak melakukan pemburuan liar yang dapat merusak ekosistem lainnya.

(Melania Wulan)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler