Connect with us

Peristiwa

Bunuh Diri Lagi, Sudarsi Ditemukan Tewas Tergantung di Gudang Rumahnya

Diterbitkan

pada

BDG

Ngawen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Tak berselang lama dari kejadian pertama pada 1 Januari 2019 lalu, kasus gantung diri kedua kembali terjadi di Gunungkidul. Kali ini giliran Sudarsi (44) warga Padukuhan Sambirejo RT 02 RW 02, Desa Watusigar, Kecamatan Ngawen yang ditemukan tewas tergantung di dalam gudang rumahnya pada Jumat (04/01/2018) siang tadi. Diduga, alasan himpitan ekonomi yang ia rasakan menjadi latar belakang kasus tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun, peristiwa tersebut diketahui pertama kali oleh suami Sudarsi, Sumardi (50) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu, sepulang dari ladang Sumardi terheran-heran karena tak biasanya, sang istri tak terlihat. Beberapa kali sudah ia memanggil istrinya namun tak kunjung ada jawaban. Hal ini kemudian memunculkan rasa curiga di benak Sumardi yang lantas memutuskan untuk mencari istrinya ke sekeliling rumah.

Setelah sempat melakukan pencarian tanpa membuahkan hasil di seluruh penjuru rumahnya, titik terang keberadaan Sudarsi mulai terlihat ketika pencarian sampai ke bagian gudang. Namun hasil pencarian tersebut justru membuat getir Sumardi yang menyaksikan sang istri sudah tergantung kaku dalam kondisi meninggal dunia. Sudarsi gantung diri dengan menggunakan kain yang ditalikan ke blandar di sudut ruangan. Seketika itu juga Sumardi langsung berlari keluar rumah meminta pertolongan kepada tetangga sekitar.

Berita Lainnya  Selama 2018, Ganasnya Ombak Pantai Selatan Telan 11 Korban Jiwa

“Ketika kita menerima informasi kemudian menuju lokasi dan melakukan pemeriksaan,” ujar Kanit Reskrim Polsek Ngawen, Iptu Suryanto, Jumat siang.

Sesampainya di lokasi, pihaknya mendapati korban tergantung menggunakan kain jarit berwarna biru. Kedatangan pihak kepolisian bersama petugas Puskesmas kemudian melakukan pemeriksaan terhadap tubuh Sudarsi.

“Kondisinya lidah korban menjulur menggigit, terlihat ada bekas jeratan pada leher, duburnya mengeluarkan kotoran dan keluar cairan dari kemaluan,” terang dia.

Menurut Suryanto, ciri-ciri yang ditemukan di tubuh korban sendiri memang sangat identik dengan para pelaku gantung diri. Dugaan ini juga dikuatkan dengan tidak ditemukannya adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Polisi menduga kuat bahwa kematian Sudarsi ini memang murni karena aksi bunuh diri.

Ia menambahkan, dari hasil peemriksaan para saksi, dugaan Sudarsi nekat melakukan aksi itu lantaran himpitan ekonomi di keluarganya. Atas hal ini, pihak keluarga juga sudah menerima dengan ikhlas kejadian tersebut.

Berita Lainnya  Berkeliaran di Pasar di Jam Kerja, PNS dan Pelajar Terjaring Operasi Sat Pol PP

“Sudah kami serahkan (jenazah) korban kepada keluarga untuk dimakamkan secara layak,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji) Joko Yunu Widiasta mengatakan bahwa permasalahan ekonomi memang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya bunuh diri di Gunungkidul. Pihaknya juga sempat melakukan penelitian terhadap kasus bunuh diri dengan motif tersebut memang terjadi pada bulan-bulan dengan tingkat kebutuhan ekonomi tinggi.

“Januari ya termasuk, selain Juni dan Juli. Banyak kasus terjadi pada bulan-bulan itu,” kata Joko.

Ia menambahkan, selain masalah ekonomi. Faktor risiko terbesar kasus bunuh diri di Gunungkidul adalah masalah kesehatan jiwa. Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk memberikan perhatian serius terhadap masalah ini.

Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, persoalan bunuh diri di Gunungkidul selama ini terjadi lantaran faktor depresi. Terkait layanan kesehatan untuk mengantisipasi kasus bunuh diri ini sebenarnya sudah dilakukan melalui penekanan pelayanan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan Permenkes no 43 tahun 17 tentang SPM bidang kesehatan.

Berita Lainnya  Pingsan Usai Bermain Air di Pantai Sepanjang, Bocah 12 Tahun Meninggal Dunia

“Ada 12 point SPM, salah satunya tentang gangguan jiwa yaitu setiap orang dengan gangguan jiwa mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar,” kata Priyanta.

Implementasinya di lapangan adalah saat ini, Puskesmas sudah memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Standar pelayanan kesehatan jiwa yakni pelayanan diberikan oleh perawat dan dokter Puskesmas dan mencegah kekambuhan serta pemasungan.

“Untuk kasus penyakit menahun sepanjang yang bersangkutan punya kartu BPJS akan dilayani di Puskesmas sampai paripurna kalau tidak sembuh akan dirujuk pada rumah sakit sesuai prosrdur,” lanjut dia.

Ditambahkan Priyanto, pada dasarnya penyebab depresi sendiri faktornya kompleks. Justru lebih banyak di luar aspek kesehatan (sosial dan ekonomi). Artinya persoalan bunuh diri bukan semata mata tanggung jawab kesehatan saja tetapi melibatkan banyak pihak.

“Kita sudah menyediakan layanan secara maksimal. Tinggal bagaimana kesadaran masyarakat terhadap kesehatan pribadi maupun keluarganya. Jangan sampai hanya dibiarkan saja tanpa ada tindakan pengobatan atau pencegahan lainnya,” tutup Priyanta.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler