Pemerintahan
Cegah Penyebaran Antraks, Dinas Peternakan Gunungkidul Memvaksin Ribuan Ternak di Candirejo





Wonosari,(pidjar.com)– Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul telah melakukan vaksin terhadap ribuan ternak di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanusejak sepekan terakhir. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya antisipasi menyebarnya penyakit antraks. Masyarakat pun dihimbau untuk tetap tenang dan tidak perlu resah menyikapi kasus yang terjadi beberapa bulan terakhir ini.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti mengatakan, upaya penyuntikan vaksin sendiri dilakukan sejak beberapa pekan lalu dan telah selesai untuk tahap pertama. Hingga saat ini, pihaknya telah menyuntikan vaksin terhadap ribuan ternak di Padukuhan Jati. Vaksinasi menyasar pada sapi dan kambing sehat di wilayah tersebut.
“Ada 2.000 ekor ternak yang divaksin,” ucap Retno Widiastuti, Selasa (15/07/2023).
Ia menjelaskan, untuk pemberian vaksin ini tidak hanya di zona merah penemuan kasus antraks saja. Melainkan juga menyasar zona kuning yang berada tak jauh dari lokasi penemuan kasus. Mulanya, petugas mengawali dengan penyuntikan antibiotik kemudian berselang dua minggu petugas baru melakukan penyuntikan vaksin antraks.
“Untuk sasarannya adalah ternak-ternak yang sehat. Sedangkan untuk ternak yang sakit kami obati terlebih dahulu jika sudah sembuh baru akan divaksin, sedangkan ternak bunting juga tidam kami vaksin,”jelasnya.





Lebih lanjut Retno mengungkapkan, stok vaksin yang dimiliki oleh Pemkab Gunungkidul termasuk aman karena mendapatkan bantuan sebanyak 11.107 dosis dari Kementerian Pertanian. Rencananya vaksin diberikan setiap enam bulan sekali dan berlangsung selama sepuluh tahun.
“Setiap enam bulan akan ada penyuntikan vaksin ulang dan ini berlaku sampai 10 tahun lamanya,” katanya.
Upaya pencegahan penularan penyakit antraks tidak hanya melalui program vaksinasi. Namun ada juga upaya sosialisasi dan edukasi ke masyarakat, guna mengurangi risiko penularan. Pun demikian dengan budaya brandu perlahan diedukasikan ke masyarakat agar tidak dilakukan untuk mengantisipasi penularan penyakit.
“Kami mengimbau jika ada ternak mati mendadak lebih baik langsung dikubur. Jangan sampai ada kegiatan menyembelih atau bahkan sampai dikonsumsi, hal ini dilakukan untuk mengurangirisiko penyebaran penyakit dapat dicegah,” tutup dia.

-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Berduaan di Kamar Kost Hingga Open BO, Sejumlah Wanita Muda Digerebek Warga
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Laka Maut di Jalan Panggang Imogiri, Pemotor Meregang Nyawa
-
Sosial3 minggu yang lalu
Kisah Allin, Anak Guru PAUD Yang Terima Beasiswa Dari 7 Universitas Luar Negeri
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Laka Maut di Rongkop, Seorang Pelajar Tewas Usai Terlempar Sejauh 15 Meter di Jurang
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Banyak ASN dan Keluarga Mampu Masuk Daftar DTKS, Dinsos Gunungkidul Coret 30 Ribu Data
-
Pariwisata3 minggu yang lalu
Plesiran ke Obelix Sea View, Menikmati Sunset di Atas Tebing Pinggir Pantai Selatan Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Kisah Pilu Ratno, Pekerja Bangunan Yang Harus Kehilangan 2 Tangannya Karena Tersengat Listrik
-
Sosial1 minggu yang lalu
Menang Banding Usai Dipecat Karena Berselingkuh, Mantan ASN Minta Diaktifkan Bupati
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Pemerintah Gunungkidul Akan Buka Pendaftaran 439 Formasi PPPK
-
Sosial1 minggu yang lalu
Sosok Soleh Eko Wibowo, Rela Mulung Usai Pulang Sekolah Demi Bantu Ekonomi Keluarga
-
Hukum3 hari yang lalu
Tertangkap Basah Saat Beraksi Curi Kambing, Dua Pria Gunungkidul Babak Belur Diamuk Warga
-
Sosial2 hari yang lalu
Siswa Gunungkidul Yang Tak Malu Memulung Usai Pulang Sekolah Mendapat Perhatian Khalayak