Pemerintahan
Cerita Kesibukan Baru Para Pamong Kalurahan, Stand By 24 Jam Jadi Relawan Pemakaman






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pemakaman dengan menerapkan protap covid19 saat ini banyak dilakukan seiring dengan meningkatnya pasien covid dan suspect yang meninggal dunia. Penanganan jenazah ini tentu tidak mungkin dilakukan hanya oleh PMI ataupun RSUD saja lantaran keterbatasan personel. Saat ini, sejumlah kalurahan membentuk tim pemakaman dan pemulasaran untuk turut dalam penanganan jenazah. Mayoritas tim pemakaman sendiri berasal dari pamong dan lurah sebab kurangnya minat masyarakat umum untuk menjadi relawan.
Salah seorang tim pemulasaran dan pemakaman dari Kalurahan Semanu, Susti Wulandari menceritakan awal mula dirinya turun langsung sebagai anggota relawan tim pemakaman bersama dengan beberapa pamong di Kalurahan Semanu. Tim ini melakukan pemakaman jenazah suspect dan positif covid19 di wilayah Semanu karena sejak beberapa waktu terakhir ini, hampir setiap hari ada warga yang meninggal dan harus dimakamkan dengan protap covid19.
Di Kalurahan Semanu sendiri, ada sekitar 6 atau 7 pamong yang bertugas menjadi tim pemakaman. Hal ini terpaksa dilakukan lantaran ketika ditawarkan ke warga, banyak yang tidak berani. Mau tidak mau lantaran situasi darurat, akhirnya tim relawan kalurahan ini diisi oleh pamong. Hal ini tentunya membuat aktifitas pamong menjadi semakin sibuk. Di tengah padatnya urusan pemerintahan, pamong-pamong ini tetap harus melayani urusan kemanusiaan yaitu pemakaman dengan protap covid19.
“Suka dukanya banyak sekali. Ya memang ada yang memandang sebelah mata, tapi ini demi kemanusiaan. Jadi bismillah kami ikut terjun dalam penanganan,” papar Susti Wulandari yang menjabat sebagai Kamituwo Kalurahan Semanu.
Berbagai pengalaman dirasakan oleh dia dan tim selama bergerak menjadi relawan pemakaman. Dalam sehari, tim bisa memakamkan jenazah suspect dan positif sebanyak tiga titik. Para relawan sendiri harus menggunakan alat pelindung diri selama 1 hingga 2 jam, membawa dekontaminasi dan peralatan lainnya. Jam pemakaman sendiri tentunya tidak pasti, ada yang pagi hari, siang, malam bahkan dini hari.







“Pengalaman menjadi tim pemakaman ini luar biasa. Edukasi kepada masyarakat itu juga sangat penting,” jelas dia.
Dukungan dari keluarga dan masyarakat umum sangat dibutuhkan termasuk kerjasama yang baik. Sebab terjun sebagai tim pemakaman harus harus mengorbankan waktu untuk keluarga, begitu pula kesehatan dan keselamatan mereka.
Selain menjadi tim pemakaman di Kalurahan Semanu, Susti beberapa kali membantu pemulasaran jenazah di Kalurahan lain. Sebab masih banyak warga yang merasa takut dan perlu adanya penanganan khusus dalam pemulasaran jenazah perempuan.
“Saya dua kali dimintai tolong untuk pemulasaran yaitu di Dadapayu dan Karangayu,” imbuh dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lurah Semin, Tri Sutrisno. Menjadi tim pemakaman covid menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa. Jika biasanya pemakaman umum dilakukan pada siang atau sore hari, untuk covid19 ini begitu jenazah datang harus segera dimakamkan.
Sempat selama 3 hari terakhir, ada 5 jenazah kiriman dan warga setempat yang harus dimakamkan dengan protokol kesehatan. Jam pemakaman sendiri tidak menentu, dini hari dan tengah malam pun tim harus siap siaga.
“Untuk tim kami semua dari pamong. Karena masih banyak warga yang belum berani untuk ikut jadi tim,” ucap Tri Sutrisno.
“Kami mengapresiasi relawan dari PMI dan lainnya yang turut dalam penanganan covid19. Begitu pula dengan tim Kalurahan, kita harus jaga selalu semangatnya dan tentunya meyakinkan keluarga agar tenang,” imbuh dia.
Sementara itu, Ketua PMI Gunungkidul, Iswandoyo mengatakan selama pandemi terjadi di Gunungkidul sudah ratusan jenazah yang dimakamkan dengan protap covid19. Selain melakukan pemakaman, PMI juga mendorong dan memberikan pelatihan bagi tim-tim penanganan serta pemakaman di setiap Kalurahan.
“Alhamdulillah sekarang mulai banyak yang ikut dalam penanganan. Pamong-pamong banyak yang masuk menjadi tim pemakaman covid19,” tutup Iswandoyo.