Sosial
Cerita Susanto, Sopir Truk Yang Berani Taklukan Medan Ekstrim Gedangsari Demi Pasok Air






Gedangsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Wilayah Gedangsari saat ini dilanda kekeringan yang cukup luar biasa. Tidak adanya sumber air membuat masyarakat hanya bisa mengandalkan membeli air dari tangki swasta. Namun itu juga cukup sulit lantaran tidak semua sopir mau dan mampu melewati medan di Gedangsari yang cukup terjal dan sulit.
Susanto Waris Utama warga Bandung, Kecamatan Playen dapat disebut menjadi sopir pemberani yang menjadi andalan masyarakat Gedangsari. Saat ditemui pidjar-com-525357.hostingersite.com di wilayah Padukuhan Manggung, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, ia menceritakan bahwa di wilayah itu merupakan wilayah tersulit untuk dilalui.
Padukuhan Manggung sendiri berada di balik Gunung Gentong. Letaknya berada di puncak tertinggi Gedangsari. Tidak adanya jalan aspal sendiri menjadi tantangan bagi dirinya untuk mengirim air di Padukuhan Manggung.
“Tidak semua sopir berani ke sini. Setahu saya paling hanya ada sekitar 5 sopir yang mau mengirim air ke wilayah ini,” ujar Susanto, Senin (16/09/2019).
Ia mengatakan, hal terberat ketika mengirim air ke wilayah Gedangsari adalah sempitnya jalan serta kondisi geografis jalan yang naik turun. Hal itu turut membuat harga air di Gedangsari berbeda dengan di wilayah lain.







“Jelas beda harga, karena jalannya sulit. Karena kalau sopir tangki itu berpacu dengan waktu,” terang dia.
Ditambahkannya, dalam satu hari, ia bisa 5 kali mengirim air ke rumah warga. Menurutnya setiap tangki memiliki harga yang bervariatif sehingga pendapatannya pun tidak menentu.
“Kalau di Gedangsari kisaran Rp 200 sampai Rp 250 ribu. Kalau bisa lima kali itu pun sampai tengah malam,” terang dia.
Susanto yang sudah menjalani profesi sebagai sopir tangki air selama 5 tahun terakhir ini pun menjelaskan, kendala lain yang ia hadapi yakni ketika dalam perjalanan. Ia merasakan perasaan sebal ketika melintasi jalan sulit. Namun ketika sampai di lokasi, ia kembali merasa trenyuh ketika warga merasa berbahagia mendapatkan air darinya.
“Kadang di hati itu ndongkol, ingin menaikan harga karena susah jalannya tetapi sampai lokasi, duh saya nggak tega karena warga di sini memang sangat butuh air,” ucap dia.
Sementara itu, salah seorang warga Manggung, Maryono mengatakan, untuk membeli satu tangki air dirinya harus bekerja keras membuat arang untuk nantinya dijual. Hal ini sudah ia lakukan selama 5 bulan terakhir.
“Kalau mau jual ternak tidak punya, jadi harus buat arang dulu dan dijual,” kata Maryono.
Air di sumber atau belik di sekitar rumahnya pun telah mulai surut. Selama ini pula dirinya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Ada bantuan dari DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia ini sangat membantu, karena pemerintah tidak memberikan bantuan,” ungkap dia.
Sementara itu, koordinator DPC HPI Gunungkidul, Subadri memaparkan, pihaknya sengaja menyasar wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh tangki biasa. Dalam kesempatan ini, pihaknya mengirimkan 4 tangki air yang harapannya dapat dimanfaatkan oleh sejumlah warga.
“Kita sengaja menyasar wilayah yang tidak biasa di jangkau tangki. Kebetulan kita dapat sopir pemberani dan kita dapat membantu warga,” pungkas dia.