bisnis
Dinas Sebut Tanah di Gunungkidul Cocok untuk Budidaya Kelengkeng


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Meski dikenal sebagai daerah yang tandus, tanah di Gunungkidul nyatanya mampu membuat berbagai tanaman tumbuh subur di Kabupaten Gunungkidul. Bahkan para petani juga telah berani mengembangkan tanaman buah. Seperti terlihat dalam 3 tahun terakhir ini, budidaya kelengkeng semakin banyak diminati.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan tanaman hortikultura sekarang ini juga banyak diminati oleh petani di Gunungkidul. Karakter tanah dan air yang ada ternyata cocok untuk budidaya sejumlah jenis kelengkeng.
“Salah satu yang sekarang unggul di Gunungkidul adalah kelengkeng. Kita memiliki beberapa kelompok tani yang membudidayakan kelengkeng dan hasilnya sudah bisa dinikmati,” terang Bambang Wisnu Broto, Sabtu (27/03/2021).
Ia menjelaskan 2020 lalu lahan budidaya kelengkeng hanya 20 hektar. Tahun ini kembali ditambah menjadi 40 hektare karena minat petani yang semakin meluas. Diantara di Kapanewon Patuk, Semanu, dan Tanjungsari yang sudah berproduksi sedangkan di Semin masih dalam proses pengembangan.
“Untuk jenis kelengkeng ada beragam Kateki, Itoh, dan Super Sleman. Tamanan ini sangat menjanjikan kalau berhasil dalam budidayanya,” jelasnya.
Dicontohkan, petani di 3 Kapanewon telah bisa merasakan keuntungan dari menanam kelengkeng. Laporan dari petani di Padukuhan Gunungkunir, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu 1 pohon kelengkeng bisa menghasilkan 2 kwintal buah.
Perkilonya dijual seharga Rp 35.000. Penjualannya sendiri tidak hanya lokal Gunungkidul melainkan juga sudah ke luar daerah seperti Sleman, Magelang, dan Jawa Timur.
“Peluang semacam ini bisa dimanfaatkan petani untuk berinovasi. Kelengkeng sekarang menjadi sangat potensial di Gunungkidul, dengan memanfaatkan lahan yang ada,” paparnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, untuk penanamannya lahan pertanian harus dipersiapkan terlebih dahulu. Dimana batang pohon satu dengan yang lainnya berjarak 3 meter x 4 meter. Kemudian di tahap awal penyiraman dan pemupukan harus benar-benar diperhatikan. Pada tahap awal ini yang sangat penting.
Selanjutnya dari pembibitan sampai dengan berbuah membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun. Buah ke panen membutuhkan waktu 1 bulan dengan perhatian dan teknik perawatan khusus.
Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Pangan selain mensuplay bibit dari Kementerian Pertanian juga melakukan pendampingan. Hal ini dimaksudkan agar semakin terarah dan kendala yang dihadapi oleh petani bisa terselesaikan dengan teknik pertanian yang baik.
-
Sosial4 hari yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
Uncategorized5 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
event5 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik5 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya5 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan2 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya