Connect with us

Pemerintahan

Ditetapkan Sebagai Hama, Monyet Ekor Panjang Akan Ditangkap dan Diekspor ke China dan Amerika

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Serangan Monyet Ekor Panjang (MEP) di sejumlah wilayah yang tersebar di Gunungkidul terus meresahkan dan membuat kerugian bagi para petani. Beberapa cara sebenarnya telah dilakukan oleh petani untuk mengusir kawanan monyet liar tersebut. Namun upaya ini gagal lantaran jumlah kawanan monyet yang cukup banyak. Sehingga kemudian, serangan monyet-monyet ini terus terjadi dan merusak lahan pertanian milik warga. Mengatasi masalah yang terus terjadi ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY bersama dengan instansi lainnya akan melakukan terobosan baru agar serangan monyet ekor panjang tidak meresahkan dan merugikan para petani. Yang saat ini terus dikaji adalah, penangkapan monyet-monyet tersebut dan nantinya akan diekspor ke China dan Amerika sebagai bahan obat-obatan.

Kepala BKSDA DIY, Junita menjelaskan, pihaknya telah melakukan identifikasi dan pemetaan lokasi persebaran monyet ekor panjang di Gunungkidul. Adapun hasilnya diperoleh, gangguan monyet saat ini tersebar di 25 titik dan terdapat 25 kelompok MEP. Masing-masing kelompok terdapat 50 hingga ratusan ekor monyet yang turun dan melakukan serangan ke lahan para petani.

Berita Lainnya  Pengambilan Swab Segera Bisa Dilakukan di Tiap Puskesmas

“Ada di beberapa lokasi. Pemetaan sebenarnya tidak hanya kami lakukan di Gunungkidul saja, melainkan daerah lain yang sekiranya terdapat gangguan atau konflik monyet ekor panjang,” kata Junita, Sabtu (03/08/2019).

Lebih lanjut ia mengungkapkan, selepas adanya pemetaan kawasan dan mengetahui jumlah monyet liar, nantinya akan dilakukan pengusulan penangkapan hewan tersebut. Selanjutnya, monyet-monyet ekor panjang yang ditangkap ini akan dimanfaatkan sebagai bahan ekspor untuk kepentingan biofarma atau biomedis.

“Yang berlu diketahui oleh masyarakat yakni perbedaan antara monyet ekor panjang dengan kera ekor panjang. Itu berbeda, mungkin selama ini masyarakat berpersepsi sama,” imbuh dia.

Untuk pemanfaatan kebutuhan ini sendiri, nantinya kuota akan disesuaikan dan dilakukan kajian oleh LIPI yang telah ditetapkan oleh Dirjen KSDAE. Bedasarkan surat edaran yang ada, hewan yang melakukan serangan pada lahan pertanian masyarakat ini ditetapkan menjadi hama dan mengganggu para petani. Kemudian juga bukan termasuk hewan yang dilindungi oleh negara.

Berita Lainnya  Edukasi Reproduksi bagi Remaja Tangkal Perilaku Menyimpang

Nantinya jika program tangkap MEP sebagai kebutuhan ekspor ini terealisasi, tidak menutup kemungkinan masyarakat terdampak atau pemerintah setempat akan mendapatkan benefit. Rencananya hasil tangkap alam ini akan diekspor ke negara China dan Amerika.

Sebagaimana diketahui, persebaran monyet ekor panjang di kawasan Gunungkidul cukuplah luas. Belum lama ini, sejumlah tokoh dan masyarakat umum mengeluhkan adanya serangan MEP yang membuat petani gagal panen dari lahan yang berada di kawasan pegunungan. Pasalnya hasil pertanian seringkali dirusak oleh kawasan monyet ekor panjang.

Bahkan di Desa Pundungsari dan Karangsari terdapat masyarakat yang enggan bercocok tanam di lahan yang berada di kawasan gunung. Pasalnya setiap kali ditanami palawija, buah-buahan atau tanaman lain selalu diserang dan habis tak tersisa. Hingga akhirnya lahan tersebut dibiarkan begitu saja oleh para petani.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto menambahkan, kemunculan monyet ekor panjang sendiri terdapat di beberapa kecamatan diantaranya Semin, Paliyan, Patuk dan Tepus. Kawanan ini seringkali merusak tumbuhan milik petani. Kendati demikian dari pemerintah sendiri tidak bisa melakukan banyak hal, lantaran dalam melakukan antisipasi atau upaya lain merupakan kewenangan dari BKSDA.

Berita Lainnya  Pamor Anthurium Meredup, Komunitas Gaet Peminat Dengan Pameran Dan Kontes

“Laporan kerugian atau secara resmi belum ada. Tapi kalau masyarakat berkeluh kesah mengenai serangan hewan tersebut memang selalu kita dengar,” kata Bambang Wisnu Broto.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler