Pemerintahan
DLH Sebut Masih Banyak Penambangan Liar di Gunungkidul






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul menyebut bahwa saat ini masih banyak aksi penambangan liar yang terjadi di Gunungkidul. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi banyak pihak lantaran tak bisa dipungkiri, aktifitas ilegal ini memicu terjadinya kerusakan lingkungan.
Sekretaris DLH Gunungkidul, Aris Suryanto mengatakan, belum lama ini diperingati Hari Lingkungan Hidup Internasional. Meski tidak ada kegiatan khusus dalam peringatan tersebut, namun hal ini menjadi evaluasi kondisi lingkungan di Gunungkidul.
Adanya Perda Tata Ruang yang memperbolehkan pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan usaha, membuat banyak lokasi perbukitan di Gunungkidul yang telah dikepras. Baik untuk kepentingan penggunaan lahannya, maupun hanya untuk perdagangan batu. Namun bagi beberapa usaha yang memiliki izin, kegiatan tersebut masih bisa dipantau oleh pihaknya.
“Perda tata ruang kita memang membolehkan pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan usaha dan itu syaratnya harus ada Amdal (Analisis Dampak Lingkungan). Kalau usaha atau kegiatan yang sudah ada Amdal, kita bisa awasi dengan laporan per semester dari kegiatan itu,” ucap Aris, Rabu (10/06/2020).
Sayangnya, tak hanya untuk kegiatan usaha saja, namun ada eksploitasi secara liar terhadap batuan kapur di Gunungkidul. Hal ini menjadi permasalahan serius dan pihaknya berharap penegakan Perda bisa dilakukan secara tegas oleh pihak berwenang. Jika dibiarkan secara terus menerus, dampaknya akan terjadi kerusakan lingkungan yang cukup serius.







“Yang menjadi masalah adalah banyak keguatan yang tanpa ijin. Sehingga tidak bisa kami pantau dan awasi karena ini pada ranah penegakan Perda, karena ada pelanggaran tata ruang,” ungkap dia.
Dengan adanya kerusakan alam ini, pihaknya turut mengamati terjadinya fenomena alam yang mengarah kepada kebencanaan. Seperti beberapa waktu lalu, mulai banyak terlihat genangan air atau banjir saat hujan deras mengguyur wilayah Gunungkidul. Menurut analisa yang dilakukan pihaknya, fenomena ini terjadi akibat kerusakan lingkungan.
“Salah satunya adalah penambangan liar yang diketahui saat ini semakin banyak dan baru terasa dampaknya,” paparnya.
Ia menjelaskan, dengan adanya pertambangan juga berdampak pada berkurangnya jumlah pohon. Sehingga ketika hujan deras, air banyak yang tidak terserap dan bahkan mengakibatkan banjir dan tanah longsor.
“Karena tidak banyak pohon air tidak bisa tertahan, jadi longsor air kan tidak bisa diserap sehingga banjir atau menggenang,” terang dia.
Di sisi lain, dalam peringatan hari lingkungan hidup ini, pihaknya juga menyoroti adanya sisi baik dampak covid-19 bagi lingkungan. Minimnya aktifitas masyarakat serta aktifitas pabrik membuat kualitas udara di Gunungkidul semakin membaik.
“Dengan banyaknya industri yang off selama pandemi, baku mutu kualitas udara semakin baik,” jelasnya.