Sosial
Dunia Campursari Gunungkidul Berduka, Yunianto Adik Manthous Meninggal Dunia Karena Sakit






Playen, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kabar dukacita terdengar dari kalangan dunia seni dan budaya Kabupaten Gunungkidul. Yunianto (58), sesepuh CSGK (Campur Sari Gunung Kidul) meninggal dunia. Adik kandung Sang Maestro Campursari Manthous ini meninggal lantaran sakit. Saat ini, jenazahnya disemayamkan di rumah duka di Padukuhan Playen 1, Desa Playen, Kecamatan Playen.
Kabar meninggalnya Yunianto ini dibenarkan kakak kandungnya, Harjono, yang juga sesama penerus CSGK sepeninggal Manthous.
“Benar Yunianto telah dipanggil menghadap Sang Maha Kuasa sore tadi pukul 17.15 WIB di rumahnya. Dia meninggal akibat menderita penyakit tumor ganas di tenggorokan, sudah diupayakan pengobatan maksimal namun Tuhan berkehendak lain,” jelas Harjono, Senin sore (11/03/2019).
Sebelum meninggal sore tadi, Yunianto oleh keluarganya sempat dibawa berobat ke RSUD Wonosari lantas pulang ke Playen. Berhubung kondisinya kian memburuk, dia kembali dibawa berobat ke Puskesmas Playen. Dari Puskesmas lantas dibawa kembali pulang. Kondisi Yuni sendiri terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia menjelang Maghrib.
“Almarhum mendahului saya dan juga kedua anaknya serta dua orang cucu. Rencananya akan dimakamkan besok siang di TPU Duwet Playen,” pungkasnya.








Yunianto yang piawai memainkan alat musik keyboard
Kabar dukacita ini jelas membuat kaget kalangan seniman seniwati Gunungkidul. Joni Gunawan, penggiat seni asal Ngunut, Playen mengaku terkejut mendengar informasi ini.
“Benar-benar tidak menyangka Mas Yunianto akan meninggal secepat ini. Saya pun baru saja dikabari dari keluarganya via telepon. Rencananya sehabis pertemuan dengan teman-teman Forum Kethoprak Gunungkidul malam ini, kita akan segera melayat ke sana,” katanya.
Tak hanya Joni Gunawan, Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, CB Supriyanto juga mengaku kaget mendengar kabar ini. Menurutnya Yunianto bersama dengan Manthous dan CSGK telah berjasa besar mempopulerkan campursari hingga ke kancah nasional.
“Kolaborasi antara alat musik pentatonik dan diatonik membuat campursari kondang. Yunianto turut berjasa membesarkan nama CSGK bersama Manthous. Setahu saya, dahulu almarhum ini megang keyboard di group CSGK,” terang CB Supriyanto.
Selama hidupnya Yunianto bersama Harjono, Lasmini, Minul dan banyak seniman campursari lainnya telah bahu membahu dengan Manthous membesarkan nama CSGK. Dalam perkembangannya nama CSGK Gunungkidul sempat tenar hingga se Nusantara. Tembang Gethuk, langgan Ngidamsari hingga Cintaku Jauh di Lampung bisa tenar lantaran besutan tangan dingin Manthous bersama seniman CSGK termasuk Yunianto. Puncak ketenaran itu membuat personel-personel CSGK hidup layak dari dunia seni di tahun 1990 hingga awal tahun 2000.
Namun seiring dengan mangkatnya Manthous, ketenaran CSGK sedikit demi sedikit kian memudar ditelan dengan munculnya group-group campursari dari berbagai daerah. Kakak beradik Yunianto dan Harjono berupaya melestarikan CSGK. Namun seiring dengan kemajuan zaman, organ tunggal menggusur ketenaran CSGK.