Sosial
Bantah Tak Layani Pasien Dengan Baik, RSUD Wonosari Klaim Sebut Lakukan Penanganan Sesuai SOP



Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Keluhan Ngadiyono, warga Selang I, Selang, Wonosari yang mengaku tidak mendapatkan pelayanan baik oleh petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Wonosari langsung dibantah. Jajaran management rumah sakit plat merah ini mengaku telah memberikan pelayanan sesuai SOP (Standart Operaisonal Prosedur) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan.
Menurut dr Tri Heny PL, Kabag Pelayanan Medis RSUD Wonosari, membenarkan perihal masuknya pasien atas nama Ngadiyono yang berobat ke IGD RSUD Wonosari pada Minggu malam pukul 21.00 WIB dan Selasa dinihari. Namun menurut dr Tri, saat datang, berdasarkan rekam medis petugas, suhu tubuh Ngadiyono saat datang berobat pertamakali adalah 37,50 C dan tensi 110/60. Ia membantah pengakuan Ngadiyono dalam pemberitaan sebelumnya yang menyebut suhu tubuhnya di atas 40 derajat Celcius. Dalam analisa petugas IGD, kondisi yang dialami oleh Ngadiyono tersebut tidak masuk kategori panas tinggi dan hanya diberikan obat Paracetamol untuk menurunkan panas tubuh yang dialami pasien.
“Saat datang pun, kondisi pasien masih bisa berjalan, duduk dan komunikasi dengan baik. Jadi tidak benar jika tensi 80/60 seperti dalam berita, sebab jika tensi sampai angka segitu, orang sudah tidak bisa berbuat apa-apa. ” kata dr Heny.

Kabid Pelayanan RSUD Wonosari. dr Try Heni
Dalam hal ini, sambung Heny, dokter pun lantas memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya bahwa sakit yang diderita masih belum masuk kategori gawat. Maka Ngadiyono dipersilahkan pulang sembari diberi pesan jika dalam 3 hari sejak menderita panas suhu tubuhnya tak kunjung turun, dipersilahkan datang lagi untuk kontrol dan diperiksa lebih lanjut.
“Pada Selasa dinihari Ngadiyono datang lagi, dengan keluhan yang sama plus batuk disertai sesak nafas. Dari hasil ukur tensi yang dilakukan petugas, angkanya sudah 130/90, suhu tubuh 37,80 C. Dia juga sudah cek darah di laboratorium,”tambahnya.
Kesimpulan dokter berdasarkan hasil laboratorium, pasien atas nama Ngadiyono tidak memerlukan penanganan lebih lanjut alias rawat inap. Maka yang bersangkutan kemudian diberikan obat plus obat batuk lantas dipersilahkan pulang. Namun setelah pulang, ternyata kondisi Ngadiyono tak kunjung membaik hingga akhirnya kemudian yang bersangkutan dilarikan ke rumah sakit swasta di hari selanjutnya. Di rumah sakit tersebut Ngadiyono divonis menderita typus sehingga harus dirawat inap.
Sementara menurut Sucipto, Kepala Perawat Jaga IGD RSUD Wonosari, pada saat pasien atas nama Ngadiyono datang, kondisi IGD sedang ramai pasien. Ada beberapa pasien ditangani akibat mengalami kecelakaan lalu lintas, bahkan juga ada pasien yang meninggal dunia akibat penyakit jantung. Hal ini kemudian membuat para petugas IGD RSUD Wonsosari lebih memprioritaskan untuk menangani pasien-pasien yang dianggap lebih gawat keadaannya.
“Sesuai dengan SOP yang ada, semua pasien yang datang pasti kami tangani. Namun tentunya lebih mengutamakan yang gawat darurat. Jika yang bersangkutan kurang puas, itu kemungkinan lantaran lama menunggu munculnya hasil lab yang memang memakan waktu. Prosedur di IGD ya memang seperti itu,” jelas Cipto.

Ngadiyono yang saat ini menjalani rawat inap di RS Nurokhmah
Membahas tentang pasien gawat darurat, sambung Cipto, adalah pasien dengan gangguan kardiovaskuler (jantung), pasien tidak sadarkan diri dan beberapa penyakit berat lainnya. Otomatis lantaran kondisi pasien atas nama Ngadiyono masih memungkinkan, sehingga petugas lebih fokus menangani pasien dengan kegawat daruratan yang butuh penanganan intensif.
Direktur RSUD Wonosari, dr Heru Sulistyawati menambahkan, adanya keluhan yang viral ini diharapkan bisa membuat masyarakat bisa lebih mengetahui SOP yang berlaku di rumah sakit. Disampaikan Heru, masyarakat perlu mendapatkan edukasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan sesuai peraturan yang ada. Artinya, walaupun pasien menilai kondisinya sakit berat, namun bisa berbeda dengan penilaian dokter. Sebab dokter memiliki tahapan-tahapan untuk menentukan jenis penyakit pasien yang ditangani.
Untuk penyakit semacam tifoid (typus) seperti yang diidap Ngadiyono, semestinya bisa ditangani petugas FKTP (Fasilitator Kesehatan Tingkat Pertama) seperti Puskesmas atau klinik kesehatan swasta. Dan untuk menentukan pasien dinyatakan mengidap penyakit typus, dokter membutuhkan waktu satu minggu. Sebab ada tahapan-tahapan penderita sejak menderita demam tinggi hingga akhirnya divonis mengidap typus.
“Jadi apapun yang terjadi kami tetap akan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Gunungkidul. Terimakasih atas masukannya untuk memperbaiki pelayanan kami menuju lebih baik,” pungkasnya.
-
Sosial3 minggu yang lalu
Gilang dan Salma Dinobatkan Sebagai Dimas Diajeng Gunungkidul 2025
-
Sosial4 minggu yang lalu
Berkenalan dengan Ekawati Rahayu Putri, Calon Ketum HIPMI DIY yang Visioner
-
Sosial3 minggu yang lalu
Festival Umuk Kampung, Merayakan Kelestarian Kota dengan Merawat Tradisi
-
Sosial4 minggu yang lalu
Kasus Kesehatan Mental Tinggi, Gunungkidul Kolaborasi dengan IPI untuk Penanganan dan Antisipasi
-
film3 minggu yang lalu
LSB PP Muhammadiyah Luncurkan Film “Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia”
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Kasus Antraks Kembali Ditemukan di Gunungkidul
-
Sosial2 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum1 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Tinjau Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Pemerintahan1 hari yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan