fbpx
Connect with us

Peristiwa

Film Eksperimen Penyaringan Air Kapur Produksi Santri Gunungkidul ini Terbaik Nasional

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kamis (22/10/2020) bertepatan dengan lima tahun sudah Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres untuk menetapkan setiap tanggal 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional. Pendidikan di pesantren bisa dibilang menjadi awal tonggaknya pendidikan di Nusantara.

Di tengah Pandemi Covid19 seperti saat ini, peringatan hari santri tak seperti biasanya. Tidak ada pawai ataupun pengajian akbar yang diselenggarakan lantaran pembatasan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Bahkan saat ini belum semua santri telah kembali nyantri.

Namun begitu, peringatan hari santri kali ini menjadi sesuatu yang berbeda bagi Njawa Zahratul Amallya, santri Muhammadiyah Boarding School Al Mujahidin. Sebab belum lama ini mendapatkan juara satu dalam produksi film pendek pada kompetisi Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) Ki Hajar yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Najwa, begitu santri ini dipanggil mulai menerima informasi lomba pada awal Agustus lalu dari sekolahnya. Ia lantas dipandu gurunya untuk mempersiapkan seleksi dari tingkat kecamatan. Kala itu terdapat 64.505 peserta yang turut dalam seleksi teoritis.

Berita Lainnya  Sakit Kambuh, Kakek Renta Ambruk dan Meninggal Saat Pamit Merumput

“Seleksinya online, di rumah saya susah sinyal kemudian saya ke rumah saudara yang punya jaringan wifi,” tutur putri bungsu pasangan Sugiarto dan Eka Suryanti warga Keruk I (67/19), Kalurahan Banjarejo, Kapanewon Tanjungsari, Kamis siang.

Awal mengikuti lomba, Najwa hanya berniat mengisi waktu kosong. Menurutnya, menjadi santri daring sangat berbeda saat berada di pesantren dimana intensitas mendapatkan materi keagamaan lebih longgar.

“Kami masih dipantau sama musyrifah yang di pondok, tapi lebih longgar di rumah untuk jadwalnya, saya merasa kurang kegiatan,” kata Najwa.

Ia mengaku tidak memasang target untuk menang, namun setelah berselang mengikuti tes di tingkat kapanewon, hingga provinsi ia masuk 276 semua jenjang.

Saat itu ia lantas dimintai untuk membuat sebuah karya video yang berkaitan dengan Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) di era new normal. Dalan petunjuk teknis, Najwa juga diminta mengangkat permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat sekitar.

“Warga di Kalurahan Banjarejo selama ini menemui masalah dengan tingkat kejernihan air,” jelas gadis kelahiran 13 tahun lalu ini.

Tema tersebut lantas ia diskusikan dengan orangtua dan juga gurunya. Selama tiga hari ia lantas mulai mengikuti proses produksi film pendek dengan judul penyaringan air kapur.

Berita Lainnya  Telah Akui Kesalahan, 2 Petugas Kejaksaan Yang Diduga Ngamar Bersama Tahanan Wanita Diberi Sanksi

“Seperti yang sudah diajarkan di film tersebut saya menyiapkan penyaringan air kapur, lokasinya di rumah kerabat disini,” kata Najwa.

Mulanya ia menyiapkan biji daun kelor, arang aktif, ijuk, batu kelor, pasir pantai, zeolit dan air yang mengandung kapur. Seperti yang diketahui, air kapur jika dikonsumsi secara berlebih akan menyebabkan penyakit ginjal dan penyakit lainnya.

“Berawal dari keprihatinan saya ini lantas membuat penyaringan air kapur yang dikemas dalam film pendek,” ujarnya.

Film yang ia produksi lantas masuk dalam 80 besar. Hingga awal Oktober lalu, ia dinobatkan sebagai 5 besar. Ia juga mengikuti webinar yang diselenggarakan Kemendikbud sekaligus diwawancarai dalam jaringan terkait proses produksi film tersebut.

Berita Lainnya  Kecelakaan di Playen, Wanita Tewas Usai Tabrak Pohon di Pinggir Jalan

“Kemudian saat pengumuman ternyata film ini juara satu nasional, saat ini masih proses konfirmasi pengiriman hadiah,” papar dia.

Kedepan, Najwa menyimpan harapan, eksperimennya ini dapat menjadi terobosan warga di lingkungan rumahnya. Selama ini, warga sekitar rumahnya hanya menggunakan kain putih untuk melakukan penyaringan air.

“Saya lihat masih ada kerak di tempat penampungan air matang,” kata Najwa.

Selama menjadi santri online, ia mengaku tetap mengikuti jadwal seperti kesehariannya di pesantren. Ia mulai bangun pukul 03.30 WIB untuk melaksanakan Sholat Tahajud, kemudian diteruskan mengaji hingga pagi berlanjut dengan Sholat Dhuha dan baru mengikuti pelajaran.

“Harapan saya di hari santri ini, kendati di tengah pandemi dan banyak waktu luang, kita harus semangat berkarya dan menorehkan prestasi,” tutup dia.

 

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler