Sosial
Gunakan Panel Surya Berharga Murah, Warga Padukuhan Ini Tak Lagi Kebingungan Saat Listrik Padam






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Listrik merupakan kebutuhan krusial bagi masyarakat. Pasalnya, jika listrik padam, sejumlah aktifitas dapat terganggu. Bahkan bagi para pegusaha industri yang notabene banyak mengandalkan peralatan elektronik yang membutuhkan aliran listrik, padamnya listrik dapat menyebabkan kerugian.
Namun padamnya aliran listrik dari PLN tak lagi menjadi kekawatiran warga di Padukuhan Ngemplek, Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari. Pasalnya, di wilayah tersebut masyarakat telah menggunakan panel surya sebagai sumber listrik mereka.
Seperti diungkapkan salah seorang warga, Ngadiyem (63), keberadaan listrik PLN bukan menjadi satu-satunya sumber listrik di rumahnya. Ia tidak merasa kebingungan ketika terjadi pemadaman dari PLN.
“Tidak masalah kalau listrik mati, lampu menyala seperti biasa. Kalau di rumah saya masih bisa digunakan untuk mengisi daya hp juga,” kata Ngadiyem, Kamis (08/08/2019).
Ia menceritakan, penggunaan tenaga surya di rumahnya ini sendiri sudah berjalan selama 3 tahun. Ia bersama puluhan warga lainnya mulai menggunakan panel surya sejak salah seorang tetangganya Muhammad Ahab mensosialisasikan penggunaan listrik tenaga surya.







“Untuk perawatannya cukup mudah kok,” ucapnya.
Sepengetahuannya, untuk perawatan cukup mudah karena hanya melihat ketinggian air dalam aki. Selain mengecek instalasi listrik sehingga tidak ada kesulitan yang berarti dalam penggunaan tenaga surya ini.
Setiap petang, ketika matahari mulai terbenam lampu penerangan jalan dan rumah mulai menyala. Sebagian besar lampu penerangan jalan ini merupakan hasil dari tenaga matahari selama 10 jam. Hampir semua barang yang digunakan merupakan produk daur ulang atau bekas. Aki hingga penyangga merupakan bahan daur ulang dari bahan bekas.
Dipaparkannya, lampu penerangan dan rumah dengan tenaga surya tidak dapat sewaktu-watu dinyalakan oleh masyarakat. Saat matahari masih ada dan terang, lampu penerangan itu tidak menyala. Namun setelah matahari perlahan tenggelam dan berganti malam, lampu penerangan itu mulai menyala menggantikan fungsi matahari.
“Kalau di rumah saya sudah disetting mulai hidup jam 6 sore (18.00) WIB, dan mati lagi jam 6 pagi,” imbuh dia.
Sementara itu, ditemui beberapa waktu lalu di hadapan awak media, Muhammad Ahab menceritakan, ide penggunaan panel surya sebagai salah satu sumber energi itu bermula saat gempa di Bantul 2006 lalu. Saat itu aliran listrik padam sehingga rumah-rumah nampak gelap. Akibatnya, sejumlah korban gempa kesulitan mendapatkan aliran listrik yang sekarang ini seakan sudah menjadi kebutuhan pokok.
Seiring waktu berjalan berkat ketekunannya dalam mempelajari segala hal yang berkaitan dengan panel surya, ia mulai bisa merangkai sendiri segala keperluan untuk membuat daya listrik dari tenaga surya di rumahnya di Ngemplak. Saat ini listrik rumahnya tidak ada yang berasal dari PLN, dia menikmati listrik bertenaga matahari, dan mengedukasi tetangganya untuk bagaimana cara memasang panel surya.
“Saya mengedukasi tetangga sekitar seperti tetangga saya pak Bagyo, saya ajari hingga bisa menjelaskan kepada masyarakat yang ingin belajar membuat tenaga listrik dari matahari,” terangnya.
“Adapun alat yang digunakan tergolong simpel yaitu panel tenaga surya, aki motor maupun mobil, kontroller, dan inventer. Jadi kampung ini melawan stigma jika memasang listrik tenaga surya itu mahal dan perawatannya sulit. Terbukti sejak dua tahun terakhir warga menggunakan tidak ada kendala,” pungkas dia.