Sosial
Heboh Pembina Pramuka Gunungkidul Ajarkan Yel-yel Berbau SARA Kepada Anak Didik






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dunia pramuka Gunungkidul saat ini menjadi sorotan. Setelah sebelumnya pembina Pramuka di salah satu SMP di Gedangsari ditangkap lantaran kasus asusila terhadap para siswinya, saat ini giliran salah satu pembina Pramuka yang berasal dari Gunungkidul disoroti atas yel-yel yang diajarkan. Pada Jumat (10/01/2020) kemarin, salah seorang pembina Pramuka asal Gunungkidul kedapatan mengajarkan yel-yel yang berbau SARA pada peserta didik yang tengah mengikuti rangkaian Kursus Mahir Lanju (KML). Acara tersebut digelar oleh Kwarcab Kota Yogyakarta di SDN Timuran, Prawirotaman, Brontokusuman, Yogyakarta.
Informasi yang berhasil dihimpun, salah seorang orang tua murid yakni K mendengar secara langsung kejadian tersebut. Ia sendiri mendengar saat tengah menunggu untuk menjemput anaknya. Ia yang mendengar salah seorang pembina melontarkan yel-yel berbau SARA yang menyebut kafir no, kemudian langsung mendatangi kelas dan memprotes pembina pramuka tersebut.
K juga menyampaikan kekesalan atas tingkah laku SARA pembina pramuka tersebut ke media sosial (medsos) di Whatsapp (WA) Story. Dalam WA Story tersebut dia mempertanyakan perbuatan salah satu pembina pramuka tersebut yang bisa memicu perpecahan. Padahal pramuka justru mengajarkan kebhinekaan Indonesia.
“Jadi waktu hari Jumat saya jemput anak ke sekolah, karena anak belum keluar kelas saya nunggu sambil lihat praktik pembinaan dari kwarcab. Yang dibina adalah kelas atas,” ucap K.
Menurut dia, awalnya semua bernyanyi normal aja, lalu tiba-tiba ada salah satu pembina putri masuk dan ngajak anak-anak tepuk Islam yang diakhir tepuk kok ada yel-yel Islam Islam yes Kafir Kafir No. Adanya kejadian itu, ia merasa keberatan dimana tidak ingin kebhinekaan Pramuka dicemari isu-isu rasis dari pengajar. Adanya protes dari wali murid tersebut, seketika pembina senior yang berada di sekolah menyampaikan permintaan maaf dan berjanji menyelesaikan dengan pembina terkait.







“Sekolah hanya ketempatan aja untuk praktik. SDN Timuran sendiri termasuk open dengan keberagaman,” paparnya.
Diketahui, pembina perempuan yang mengajarkan yel-yel mengarah pada SARA tersebut adalah warga Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.
Sementara Kepala SDN Timuran, Esti Kartini mengakui mendapatkan laporan atas kasus tersebut. Esti yang juga merupakan Sekretaris 2 Kwarda DIY itu meyatakan tidak mengetahui kejadiannya. Selama ini sekolah yang pernah meraih Juara II Nasional (gugus depan) Gudep Unggul tersebut tidak pernah mengajarkan hal-hal yang berbau SARA kepada para siswanya. Namun sebagai sekolah yang berkali-kali meraih prestasi di bidang kepramukaan, SDN Timuran sering dipakai kegiatan oleh Kwarcab Kota Yogyakarta.
“Ada laporan mengenai kejadian tersebut, namun kami pastikan kasus ini tidak ada kaitan dengan sekolah. Kami hanya ketempatan acara Kwarcab untuk KML,” ujar Esti.
Dalam KML yang digelar itu, sejumlah peserta pembina pramuka berasal dari berbagai daerah. KML digelar setelah Kwarcab mengirim surat ijin penyelenggaraan kursus dua hari sebelumnya.
“Karenanya pihak sekolah tidak mengetahui latar belakang peserta,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rasyid mengaku belum menerima laporan terkait kejadian tersebut. Meski begitu, lantaran kabar terkait hal ini sudah mengemuka bahkan hingga tingkat nasional, pihaknya akan melakukan penelusuran. Bahron sendiri menampik jika tepuk Pramuka yang tersemat yel-yel rasis berasal dari Kwarcab Gunungkidul. Menurutnya, di Kwarcab yang ia pimpin tidak pernah mengajarkan tepuk tersebut.
“Saya belum tahu detailnya, nanti saya cek dulu. Klarifikasi tentu akan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kronologi dan kejelasannya,” terang Bahron Rasyid.
Ia mengungkapkan jika tepuk Pramuka yang selalu di ajarkan oleh para pembina adalah tepuk pramuka sebagaimana mestinya. Tidak ada yang berkaitan dengan yel-yel rasis ataupun lainnya. Tidak semestinya memang kejadian ini terjadi. Pramuka merupakan sebuah wadah untuk mengajarkan solidaritas, toleransi dan keberagaman.
Berkaitan dengan sanksi terhadap oknum pembina Pramuka yang menyematkan tepuk Pramuka dengan yel-yel rasis, Bahron mengaku belum menentukannya. Mengingat saat ini pihaknya masih mencari identitas pembina tersebut.
“Ya kita klarifikasi dulu, kejadiannya seperti apa karena kita belum dapat informasi yang utuh. Kalau ada hal yang tidak semestinya ya bisa teguran dan pembinaan. Jadi tidak hanya masalah tepuk (dengan yel-yel rasis), kalau ada yang tidak sesuai harus kita luruskan,” katanya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks