fbpx
Connect with us

Sosial

Hidup Miskin, Ribuan Perempuan Gunungkidul Jadi Tulang Punggung Utama Keluarga

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Pendataan dan penanganan terhadap penyandang masalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul. Hal ini perlu dilakukan agar para perempuan, khususnya yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu dapat memiliki sumber ekomoni secara mandiri. Tercatat saat ini ada ribuan PRSE di Gunungkidul yang telah mendapatkan penanganan dari pemerintah.

Sekretaris Dinas Sosial Gunungkidul, Wijang Eka Aswana mengungkapkan, tahun 2020 ini, tercatat masih ada 3948 perempuan yang masuk kategori rawan sosial ekonomi. Bedasarkan kriteria yang ada, seorang perempuan masuk dalam kategori ini lantaran mereka menjadi satu-satunya orang tua yang mengurus keluarganya. Mereka menjadi tulang punggung keluarga dengan keterbatasan ekonomi yang ada.

Berita Lainnya  Usai Rapat Paripurna, Ketua DPRD Ungkapkan Kekecewaanya Kepada Para Kepala Dinas

“Mayoritas adalah single parent dengan kondisi ekonomi yang kurang kecukupan atau miskin,” ujar Wijang, Selasa (25/02/2020).

Dinas Sosial sendiri memberikan program pendampingan pada mereka yang masuk dalam kategori ini. Mulai dari pemberian permodalan, bimbingan usaha ekonomi produktif sampai dengan pembentukan kelompok usaha ekonomi produktif keluarga miskin.

Terbukti dengan adanya program-program ini, para perempuan mampu berdiri mandiri dengan usaha mereka yang berkecimpung di bidang olahan makanan, kerajinan dan beberapa jenis pemberdayaan lainnya.

“Bantuan terus kami upayakan. Pendataan pun juga jadi mereka yang sudah mandiri terus dipantau dan diarahkan untuk memberikan pekerjaan bagi PRSE yang lainnya,” imbuh dia.

Harapannya, dengan program pemberdayaan ini dapat meningkatkan perekonomian, di sisi lain juga membantu pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan yang ada di wilayah Gunungkidul. Untuk PRSE ini pemerintah juga berupaya terus menguranginya.

Berita Lainnya  Tawaran Pembelian Ditolak, Pria Ini Putuskan Curi Pohon Jati Incarannya

Beberapa dari kelompok ini telah bekerjasama dengan instansi lainnya untuk mengembangkan kemampuan mereka. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah perempuan kepala keluarga (Pekka). Mereka memiliki komunitas sendiri dan memiliki usaha ataupun kegiatan bersama.

“Ndak perlu minder toh mereka mendapatkan uang dari jerih payah mereka sendiri. Yang sudah aktif yakni kelompok di Karangmojo dan Nglipar. Berbagai kegiatan dan pelatihan terus diikuti,” pungkasnya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler