Sosial
Imbas Temuan PMK di Jawa Timur, Harga Sapi di Gunungkidul Mulai Alami Penurunan






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di beberapa daerah menjadi perhatian bersama. Meski di Gunungkidul belum ada temuan terkait penyakit tersebut, namun ternyata hal ini telah mulai berdampak besar pada harga jual ternak. Saat ini, harga jual ternak telah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang pedagang ternak asal Nglipar, Sukamto. Menurutnya, beberapa waktu terakhir ini harga jual sapi mengalami penurunan hingga mencapai lebih dari 1 juta rupiah. Ia mencontohkan, harga sapi untuk pasaran normal biasanya adalah sebesar Rp 16 juta. Namun saat ini telah turun menjadi Rp 14,5 juta per ekornya.
“Iya ada penurunan harga sejak beberapa waktu terakhir,” kata Sukamto.
Ia menjelaskan, sebenarnya ia tidak terlalu khawatir soal PMK yang tengah merebak ini. Sebab menurutnya, penyakit ini sudah ada sejak lama dan diketahui oleh para peternak. Sebab Indonesia sempat terjadi wabah tersebut dan kemudian bebes dari penyakit tersebut. Tetapi baru akhir-akhir ini kembali muncul.
“Sedikit banyak mengetahui bagaimana ciri atau gejala ternak yang terpapar penyakit ini (PMK),” terangnya.







Ia justru jauh lebih khawatir dengan pergerakan harga ternak yang memang biasanya mengikuti terjadinya wabah. Apalagi saat ini, merupakan waktu krusial bagi para peternak di mana mulai mendekati hari raya Idul Adha. Sukamto mengkhawatirkan harga ternak pada masa Idul Adha jatuh sehingga tidak memberikan keuntungan yang maksimal bagi para peternak.
“Harapannya bisa segera diselesaikan sebelum hari raya. Ini yang sebenarnya kami khawatirkan,” lanjut dia.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Sih Supriyana memaparkan, sejak tahun 1986, Indonesia sebenarnya telah bebas dari PMK. Namun memang belum lama ini, penyakit tersebut kembali merebak. Penyakit ini memiliki ciri-ciri yaitu hewan ternak terlihat lemes dan napsu makan berkurang, mulut berbuih atau berbusa, gelisah, demam pada tubuh hewan. Parah lagi munculnya luka di daerah mulut (sariawan), dan luka pada kuku di kaki ternak yang menyebabkan kuku copot.
“Bisa sampai menyebabkan kematian, namun jika dilihat dari laporan daerah lain, angka kematiannya rendah,” paparnya.
Pengawasan terus dilakukan oleh pemerintah, terlebih saat ini sudah mendekati Idul Adha sehingga perlu pengawasan yang lebih ketat.
“Kita lakukan pemantauan di wilayah dengan melibatkan seluruh petugas di lapangan agar bisa segera dilakukan antisipasi jika memang ditemukan di Gunungkidul,” tutup dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks