fbpx
Connect with us

Sosial

Jadi Korban “Raja Totok”, Mantan Danramil Wonosari Terpaksa Sampai Jual Sawah

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar.com)–Jagad media sosial saat ini dihebohkan dengan kemunculan Totok Santoso yang mengaku sebagai raja dari Keraton Sejagat yang berdomisili di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Warga sendiri dihebohkan dengan parade Totok serta ratusan pengikutnya dengan seragam kerajaan. Rupanya, aktifitas dari kelompok ini telah sampai ke Kabupaten Gunungkidul. Sejumlah orang sempat menjadi korban dari Totok yang mengaku bisa mendatangkan dana besar dari luar negeri untuk pengikut maupun untuk membangun Gunungkidul.

Salah satu yang sempat menjadi korban adalah, Hadi Suroso, warga Padukuhan Tumpak, Desa Ngawu, Kecamatan Playen. Pensiunan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat ini bahkan sempat menjual sawahnya demi mengikuti Totok.

Diceritakan Hadi Suroso (74), awal mula bertemu Totok Santosa adalah ketika beberapa tahun silam dia didatangi oleh salah seorang warga Kecamatan Wonosari bernama Retno. Hadi sendiri cukup mengenal kawasan Kota Wonosari lantaran sempat menjadi Danramil di wilayah tersebut. Singkat kata pada pertemuan itu, Retno mengungkapkan niatnya untuk mengajak Hadi bergabung dengan organisasi bernama Gunungkidul Development Comitee (DEC).

Berita Lainnya  Antisipasi Macet Libur Akhir Tahun, Pemerintah Wacanakan Pelarangan Kendaraan Berat Beroperasi

“Retno itu menjabat sebagai Sekretaris wilayah Gunungkidul dalam organisasi DEC,” beber Hadi Suroso, Rabu siang.

Dalam pertemuan itu sendiri, turut hadir Totok yang memperkenalkan dirinya sebagai pendiri organisasi dan sekaligus juga penanggung jawab area DIY dan Jateng. Secara terang-terangan, Totok langsung menunjuk Hadi untuk menjadi Ketua atau Koordinator DEC untuk wilayah Gunungkidul. Hadi sendiri sempat menanyakan mengapa kemudian ia yang dipilih. Oleh Retno dan Totok, Hadi dinilai merupakan tokoh terkenal dan bisa memiliki pengaruh kuat untuk merekrut anggota.

“Saya itu kenal Bu Retno dan Totok ya saat datang ke sini,” ungkap pensiunan yang terakhir berpangkat Kapten ini.

Kepadanya, Totok memaparkan bahwa ia akan mendapatkan dana besar dari luar negeri untuk berbagai kegiatan organisasi. Dana ini nantinya akan dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh anggota DEC serta juga membangun Gunungkidul.

Berita Lainnya  Target 2020 Mulai Difungsikan, RSUD Saptosari Hingga Kini Belum Punya Tenaga Medis

“Katanya dananya dari Turki,” imbuh Hadi.

Tak hanya itu, jika berkenan menjadi Ketua, Hadi juga dijanjikan akan mendapatkan tunjangan sebesar USD 500 per bulannya. Tunjangan tersebut memang sudah dipersiapkan untuk diberikan kepada seseorang yang menjabat sebagai Koordinator atau Ketua untuk wilayah Kabupaten. Tunjangan tersebut diberikan berbeda tergantung tingkatan di kepengurusan.

Dengan berbagai bujuk rayu serta iming-iming itu, beberapa waktu kemudian akhirnya Hadi memutuskan bersedia untuk ditunjuk menjadi Ketua Wilayah Gunungkidul. Jabatan itu sendiri ia pegang selama 3 tahun sebelum akhirnya memutuskan mengundurkan diri di akhir tahun 2018 lalu. Ia mengundurkan diri karena semua janji manis Totok tak pernah terealisasi.

“Janjinya cuma ndobos, ngoyo-woro (bohong, tidak masuk akal),” katanya geram.

Ia pun sadar, ternyata ia tertipu oleh Totok Santosa. Ia sendiri sudah cukup banyak berjuang untuk organisasi Totok. Bahkan, ia juga rela merogoh koceknya sendiri yang dipergunakan sebagai biaya operasional. Selama berkegiatan di organisasi, Hadi menyebut bahwa tak sekalipun Totok mengeluarkan biaya.

Berita Lainnya  Veda Ega Pratama, Pembalap 10 Tahun Asal Gunungkidul Ditawari Ikuti PON di Papua

“Saya bersama-sama anggota yang lain setiap minggunya harus mengadakan rapat di Jogja. Untuk bensin terus konsumsi njajake (traktir) anggota, sudah berapa itu,” jelasnya.

Duduk sebagai ketua tentu bukan hal yang mudah. Ia harus bertanggung jawab kepada para anggota Gunungkidul DEC. Bahkan suatu saat, ia terpaksa menjual sawahnya di Kecamatan Patuk untuk tombokan biaya operasial. Tanah tersebut bernilai puluhan juta. Biaya tersebut, lanjut Roso untuk biaya operasional sekaligus iuran yang harus diberikan kepada Totok.

“Iurannya itu macem-macem saja alasannya, saya juga manut-manut saja, tapi lama lama saya sadar dan akhirnya memilih mengundurkan diri,” tandas Hadi.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler