Sosial
Jeritan Para Tenaga Medis Klinik di Tengah Kelangkaan Alat Pelindung Diri






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Karakter virus corona yang sangat mudah menular membuat Alat Pelindung Diri (APD) menjadi salah satu hal mutlak untuk menghindari penularan. APD khususnya menjadi piranti untuk para tenaga medis yang memang sangat rentan terpapar lantaran tugas dan pekerjaannya. Namun di tengah virus berbahaya yang mengancam, APD menjadi barang yang sangat langka saat ini. Hal itu pun menimbulkan keresahan tersendiri bagi kalangan petugas medis yang berada di klinik pengobatan. Pasalnya, saat ini mulai muncul temuan pasien positif dengan tanpa gejala.
Ketua Asosiasi Klinik (Asklin) DIY, dr Ari Hermawan mengungkapkan, sejak wabah corona mulai mewabah, tepatnya sekitar bulan awal bulan Maret, APD menjadi barang yang sangat langka dan mahal. Seperti misalnya masker, satu box isi 50 dapat dibeli dengan harga Rp 25 ribu. Namun saat ini harganya mencapai Rp 200 ribu per box. Selain itu, klinik juga kesulitan untuk mendapatkannya lantaran ketersediaan barang tersebut juga saat ini lebih diprioritaskan kepada Puskesmas dan Rumah Sakit.
“Untuk saat ini kami teman-teman di klinik menggunakan APD yang sederhana dan tidak memenuhi standar,” ujar Ari, Sabtu (28/03/2020).
Diungkapkannya, di tengah resiko yang besar ini, pihaknya terpaksa hanya menggunakam masker yang hanya terbuat dari kain. Ia menyebut bahwa dalam kondisi sekarang ini, kebutuhan tersebut sangat urget karena di sebuah klinik terdapat bermacam profesi mulai dari dokter, perawat, bidan, apoteker, analis laborat, asisten apoteke, ahli gizi dan non kesehatan.
“Kita buat sendiri dari kain, temen-temen di Yogya bisa dapat masker tapi sehari hanya bisa dapat 10 buah, padahal di klinik terdapat berbagai macam profesi kesehatan,” ungkap dia.







Masker yang berbahan kain biasa tersebut tidak bisa menahan partikel berukuran nano seperti virus dan bakteri. Hal ini tentu menambah skala resiko yang harus dihadapi oleh para pekerja di klinik-klinik. Sebab virus ini menyebar dengan cara droplet melalui percikan liur pada saat batuk ataupun bersin.
“Kita nekat karena sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Kami tidak bisa menutup pelayanan di klinik karena tanggungjawab kami terhadap pilihan profesi yang kami emban,” beber Ari.
Klinik sendiri, kata Ari, juga menjadi garda terdepan dalam melayani pasien. Dengan tidak adanya APD standar menjadi kegelisahan sendiri bagi para petugas medis. Sebab saat ini klinik juga menerima pasien-pasien yang ditetapkan sebagai Orang Dalam Pantauan (ODP).
“Kami menerima pasien-pasien yang ODP juga, apalagi sekarang banyak kasus OTG (orang tanpa gejala) . Untuk saat ini, di saat Pandemi seperti ini kita tidak akan tahu dan bisa memilih mana pasien yang tidak terjangkit dan pasien yang terjangkit,” sambungnya.
“Kami tidak meminta gratis APD, tapi kami meminta kemudahan akses untuk mendapatkan APD , tentunya dengan harga yang wajar terjangkau,” imbuh dia.
Ia menambahkan, masyarakat juga harus paham terhadap penggunaan masker. Menurutnya, masker hanya bisa digunakan sekali dengan durasi waktu 1 kali 24 jam.
“Masker yang terstandar hanya 1 kali pemakaian tidak bisa digunakan berulangkali. Apalagi ada yang memvideo masker terstandar setelah dipakai terus dicuci dengan klorin kemudian dijemur lalu bisa digunakan lagi, secara teori belum ada yang bisa membenarkan hal tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengakui bahwa stok APD yang dimiliki dinas memang sudah menipis. Beberapa barang yang ada kini sebenarnya adalah sisa dari bantuan pemerintah pusat untuk penanganan wabah anthraks beberapa bulan lalu. Sehingga pengadaan APD memang perlu segera dilakukan.
Hanya saja, saat ini anggaran belum bisa dicairkan karena belum disetujui oleh legislatif. Jika anggaran sudah diketok, maka APD segera bisa dipesan karena kini pihaknya sudah memiliki link atau chanel dari distributor berkaitan APD tersebut. Sehingga ia berharap agar anggaran tersebut segera dicairkan karena kebutuhan mendesak.
“Kami berharap agar segera disetujui sehingga bisa langsung eksekusi,” tandas Dewi.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks