fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Jumlah Penderita HIV/AIDS di Gunungkidul Terus Meningkat, 337 Orang Terjangkit

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Jumlah penderita HIV / AIDS di Kabupaten Gunungkidul terus mengalami peningkatan. Hal ini tentunya menimbulkan keprihatinan tersendiri mengingat betapa mematikannya penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia ini. Untuk itu pemerintah ke depan bakal lebih gencar melakukan sosialisasi sebagai upaya pencegahan serta menekan terus meningginya angka kasus HIV di Gunungkidul.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, per Juni 2018 jumlah kasus HIV di Gunungkidul mencapai 36 kasus. Angka tersebut diperkirakan akan masih bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan.

“Dibanding tahun lalu kemungkinan meningkat, karena tahun lalu sampai akhir tahun ada 48 kasus,” kata Priyanta Madya Satmaka, Jumat (30/11/2018) sore kemarin.

Ia menjelaskan, dari tahun 2006 hingga saat ini, pihaknya telah mencatat adanya 337 kasus HIV di Gunungkidul. Sebagian besar diderita lelaki dengan jumlah 186 orang. Sedangkan untuk perempuan sendiri tipis di bawahnya yakni pada angka 151.

“Kalau dilihat dari segi usia, penderita HIV di sini (Gunungkidul) kebanyakan masih berusia produktif,” kata dia.

Masih merujuk data dari Dinkes Gunungkidul, untuk penyebabnya sendiri sebagian besar melalui hubungan intim. Sebab disinyalir sebagian pria penderita HIV itu bekerja di luar daerah.

Berita Lainnya  Meski Lahan Minim, Disperindag Terus Kaji Rencana Perluasan Kembali Taman Kuliner

“Saat bekerja itu mulai tertular, hal itu terjadi karena yang bersangkutan tidak mengetahui dirinya terjangkit penyakit HIV, tanpa sadar yang bersangkutan menularkan virus tersebut kepada orang lain,” kata Priyanta.

Dia mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya penyakit tersebut. Selain itu menumbuhkan pengetahuan kepada masyarakat terkait penanganan HIV/AIDS. Sebab, pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS masih rendah.

“Salah satu contoh, penanganan orang meninggal karenna AIDS warga tidak berani memandikan, karena takut menular, itu salah satu contoh yang saat ini perlu kita luruskan,” kata dia.

Padahal, jika hanya bersentuhan tidak akan tertular. Sehingga masyarakat dinilai tidak perlu takut secara berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan diskriminasi terhadap penderita.

Berita Lainnya  Skema Penerimaan Bantuan Program Keluarga Harapan Kini Jadi Non Flat, Berikut Penjelasannya

“Pernah ada kasus di Ponjong dan Wonosari, jadi ada yang meninggal karena kena HIV AIDS, dan saat meninggal tidak ada yang mau memandikan jenazah karena takut tertular,”ujarnya.

Sementara itu, Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Gunungkidul Triwahyu Ariningsih mengatakan, dalam penanganan HIV/AIDS di Gunungkidul, pihaknya tak hanya sebatas melakukan upaya sosialisasi saja, namund pendampingan terhadap penderita HIV AIDS. Harapannya, penularan HIV AIDS tidak semudah yang dikhawatirkan oleh orang awam. Oleh sebab itu, sosialisasi mengenai hal itu terus dilakukan dengan harapan agar penderita tidak dikucilkan.

“Terutama memberi semangat kepada penderita dan membantu mengurangsi stigma diskriminasi dari lingkungan,” katanya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler