Pemerintahan
Kasus HIV/AIDS di Gunungkidul Didominasi Perantau


Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Gunungkidul dalam tiga tahun terakhir tercatat terus mengalami penurunan. Kasus HIV/AIDS di Gunungkidul sendiri didominasi oleh perantau yang pulang setelah tertular. Meskipun terjadi penurunan, namun bayang-bayang penularan virus HIV dan AIDS masih berpeluang terjadi jika masyarakat tak menjaga gaya hidup yang sehat. Stigma buruk yang melekat pada ODHA menjadi tantangan tersendiri supaya ODHA dapat diterima bersosialisasi dengan masyarakat.
Tenaga Teknis Program HIV, Seksi Penyakit Menular Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ayu Mursidi, menyampaikan, di Gunungkidul, pada tahun 2019 tecatat sebanyak 77 penderita HIV dan 4 penderita AIDS. Kemudian pada tahun 2020 menurun sebanyak 56 penyandang HIV dan 17 penyandang AIDS dan tahun 2021 hingga bulan September ini tercatat 21 penyandang HIV dan 8 Penyandang AIDS.
“Trendnya terus mengalami penurunan,” beber Ayu, Sabtu (30/10/2021) siang.
Ia mengungkapkan, secara keseluruhan, kasus HIV/AID di Gunungkidul sendiri hampir seluruhnya terjadi pada orang yang merantau dan terkena HIV kemudian kembali ke Gunungkidul. Pihaknya terus melakukan pemantauan berkaitan dengan penularan HIV/AIDS di Gunungkidul ini.
“Kalau September kemarin dominannya dari pasangan HIV/AIDS yang cerai terus menikah lagi. Anaknya juga bisa tertular dari masa kehamilan maupun proses persalinan. Tapi hal ini bisa diminimalisir kalau ibunya sering minum obat,” ungkapnya.
Dalam penjangkauan dan pendekatan terhadap ODHA, Dinas Kesehatan sendiri bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada isu HIV/AIDS. Menurutnya, penyandang HIV masih dapat berkegiatan seperti biasanya. Namun tak jarang dalam kegiatannya, masih terkendala stigma yang melekat pada ODHA di masyarakat.
“Penularannya kan tidak segampang seperti covid19. Untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya itu, biasanya mengkonsumsi obat ARV biar tidak drop,” ucap Ayu.
Lebih lanjut, ia menambahkan, untuk memberikan dukungan dan motivasi terhadap ODHA sudah terdapat komunitas-komunitas khusus untuk ODHA sebagai wadah berbagi cerita. Sehingga ODHA tak merasa sendiri dan dapat beraktifitas seperti biasa.
“Belum banyak yang mengerti tentang penularan HIV/AIDS jadi tantangan tersendiri dalam penanganan ODHA. Kadang bikin takut bersosialisasi. Padahal orang dengan HIV masih bisa bekerja dengan syarat-syarat tertentu. Tapi sayangnya masih banyak diskriminasi yang terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Gunungkidul, Winarto, mengungkapkan jika fenomena ODHA seperti gunung es yang permasalahannya hanya tampak di permukaan. Namun di dalamnya terdapat berbagai permasalahan yang kompleks. Ia menyampaikan, jika di Gunungkidul sendiri belum terdapat panti ataupun tempat khusus untuk menangani ODHA.
“Kalau di Gunungkidul belum ada ya (panti) yang khusus ODHA, tapi kalau ada yang mau buat ya silahkan. Tapi sekarang wewenang panti itu kan sekarang di provinsi,” jelas Winarto.
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
Sosial1 minggu yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
event1 minggu yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik1 minggu yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya1 minggu yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan6 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya
-
Uncategorized1 hari yang lalu
Komitmen Dukung Kopi Lokal, KAI Daop 6 Yogyakarta Bagikan 750 Gelas Kopi Gratis ke Penumpang
-
seni23 jam yang lalu
Asmatpro Tampilkan Showcase di Jogja Fashion Trend 2025