Sosial
Kekeringan Meluas di Kawasan Pesisir, Sejumlah Desa Sudah Mulai Ajukan Dropping Air Dari Pemerintah


Tanjungsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Masalah kelangkaan air bersih semakin meluas di wilayah Kabupaten Gunungkidul, utamanya bagi warga yang tinggal di bagian pesisir selatan. Selain tak adanya sumur, bak penampung air hujan (PAH) yang mereka miliki kini telah mengering karena tak turunnya hujan sejak 1 bulan terakhir. Masyarakat sendiri saat ini telah mulai menghubungi pihak kecamatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar segera memberikan droping air bersih.
Camat Tanjungsari Rakhmadian Wijayanto mengatakan, di Kecamatan Tanjungsari sendiri ada lima desa yang terpantau telah terdampak kekeringan. Menurut Rakhmadian, warga di Desa Kemiri, Desa Kemadang, Desa Banjarejo, Desa Ngestirejo, dan Desa Hargosari sebagian sudah mengalami kekurangan air bersih. Kesulitan warga dalam mengakses air bersih ini lantaran sudah keringnya tampungan air yang dimiliki warga dan tidak lancarnya suplai air bersih dari PDAM.
“Untuk Desa Ngestirejo sudah mengajukan permohonan droping air bersih,” ucap Rakhmadian saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (16/05/2019).
Ia menjelaskan, dalam penanganannya, pada tahun ini pihaknya menyiapkan 125 tangki air untuk keperluan droping air bersih. Selain itu, pihaknya juga dibantu oleh BPBD Gunungkidul dalam penanganan kekeringan di wilayah Tanjungsari.
“Kita mengampu 4 desa, untuk satu desa yakni Banjarejo diampu BPBD untuk droping air bersihnya,” terangnya.
Diakuinya untuk sumber air bersih kawasan Tanjungsari selama ini masih mengandalkan suplai dari sumber air sekitar Pantai Baron serta sebagian kecil dari sumber air bersih dari Bribin, Kecamatan Semanu. Namun demikian, suplai air yersebut belum bisa menjangkau dengan baik seluruh wilayah. Sering kali pasokan air tersendat karena lokasi wilayahnya berada di ketinggian.
“Untuk wilayah dekat sumber Baron seperti Desa Kemadang, dan Ngestirejo lancar pasokan airnya. Tetapi untuk dataran tinggi mungkin macet-macet,” ujarnya.
Sementara itu, hal tak jauh berbeda juga terjadi di wilayah Kecamatan Girisubo. Sampai dengan saat ini sudah ada dua desa yakni, Desa Pucung dan Balong mengajukan droping air.
“Delapan desa di kecamatan Girisubo adalah kawasan rawan kekeringan. Adapun desa-desa itu adalah Desa Balong, Jepitu, Karangawen, Jerukwudel, Tileng, Songanyu, Pucung dan Desa Nglindur. Ada dua yang sudah mengajukan permohonan droping air,” kata Sekretaris Kecamatan Girisubo Arif Yahya.
Ia menjelaskan, di wilayah Girisubo sendiri hanya ada tiga sumber mata air, yakni Sumber Sadeng, Pule Jajar, dan Kali Puring. Dari sumber tersebut hanya ada dua yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat karena debit airnya yang cukup besar.
“Hanya dua yang bisa dimanfaatkan untuk droping air karena debitnya besar. Sementara untuk Puring itu debitnya kecil hanya bisa diambil beberapa tangki,”ucapnya.
Tahun ini, pihak Kecamatan Girisubo, kata Arif, telah menyiapkan anggaran sebanyak 600 tangki untuk droping air. Kemudian bekerjasama dengan PDAM, pihaknya juga terus berupaya melakukan pemasangan instalasi baru untuk pelanggan.
“Termasuk nanti di dalamnya nanti pengaturan jam giliran supaya air menyala,” pungkas Arif.
-
event2 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
Uncategorized1 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
musik1 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya1 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Sosial16 jam yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara