fbpx
Connect with us

Sosial

Kisah Hanna, Mantan TKW Yang Bangkit Kembali Usai Terserang Kelumpuhan Saat Bekerja di Taiwan

Diterbitkan

pada

BDG

Patuk,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Jalan hidup orang memang tidak ada yang mengetahui secara pasti. Roda kehidupan selalu mewarnai kehidupan dari masing-masing orang. Pada suatu waktu, manusia berada di titik kejayaan, namun di suatu waktu pula, ada yang sampai mengalami kepada fase titik terendah. Namun dengan perjuangan serta niat yang keras, fase-fase tak mengenakkan ini bisa menjadi jalan hidup lain bagi sebagian orang.

Hanna Yulianingsih (29) warga Padukuhan Gedoro, Desa Nglegi, Kecamatan Patuk pernah mengalami fase terendah dalam kehidupannya. Hanna yang sempat berusaha meraup pundi-pundi uang dengan bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan. Kesejahteraan dengan hasil dari bekerja di luar negeri tentunya menjadi cita-cita Hanna sehingga berani memutuskan untuk pergi jauh dari kampung halaman. Namun mimpi yang ia renda secara susah payah tersebut sekejap langsung sirna setelah tiba-tiba ia terserang penyakit ketika berada di Taiwan.

“Setelah 5 tahun bekerja di Taiwan sebagai pengasuh lansia, pada awal 2016, saya mendadak merasakan nyeri di pundak yang kemudian disusul dengan ¾ bagian tubuh mati rasa,” ungkap Hanna ketika ditemui di rumahnya, Jumat (31/08/2018) siang.

Rupanya Hanna menderita pecah pembuluh darah. Dokter juga menyebut bahwa Hanna mengalami cedera punggung yang dampaknya lebih parah dari serangan stoke. Ia pun harus mendapatkan perawatan selama 2 bulan di Taiwan. Ia cukup beruntung lantaran majikannya di Taiwan berkenan mengurusnya di saat paling sulit tersebut. Selepas kondisinya membaik, ia pun lantas pulang ke Indonesia. Namun akibat penyakit tersebut, Hanna harus rela menghadapi mimpi buruk lainnya yaitu kelumpuhan. Akibat kelumpuhan tersebut tentunya ia tak lagi bisa meneruskan pekerjaannya di Taiwan.

“Dengan kondisi seperti ini, pertama kali sampai rumah saya tak bersemangat dalam menjalani hidup,” tutur dia lirih.

Berita Lainnya  Idaman, Calon Lurah Ini Pilih Konsep Kampanye Sembari Berbagi Kepada Masyarakat

Pasca serangan penyakit tersebut, Hanna memang mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Tangan kirinya pun sedikit sudah untuk digerakkan. Sepulang dari Taiwan, sebenarnya keluarganya sudah menempuh berbagai macam pengobatan untuk kesembuhannya. Baik pengobatan alternatif, herbal maupun dokter spesialis sudah disambangi guna kesembuhannya. Namun upaya tersebut tak sepenuhnya berhasil, Hanna harus rela beraktifitas menggunakan kursi roda.

Namun dari sinilah kemudian jalan hidup yang kedua Hanna dimulai. Untuk melatih syaraf motoriknya, dia belajar membuat kerajinan tangan. Dengan dibantu oleh keluarganya, Hanna mulai membuat hiasan bunga plastik dari botol-botol bekas. Seiring berjalannya waktu, ketrampilan Hanna mulai terasah. Meski harus bekerja di atas kursi roda, tangan-tangannya mulai sangat terampil dalam memotong dan merangkai potongan botol bekas tersebut menjadi bunga-bunga yang cantik dan menawan.

Berita Lainnya  Solidaritas Tinggi Warga Gadungsari, Gotong Royong Berikan Bantuan Untuk Pasien Positif Corona

Berbagai kerajinan yang berbahan dasar dari botol plastik bekas air mineral, kain perca mampu dibuat oleh Hanna. Ia bahkan dapat membuat berbagai jenis bunga dari bahan botol plastik, tempat tisu dari bahan plastik bekas minuman, dan bross dari kain, maupun dari bahan sutera emas. Kemampuan Hanna tersebut berbekal dari ketekunannya belajar secara otodidak melalui Youtube. Berbagai contoh kerajinan tangan ia pelajari dari gawai miliknya.

“Saat ini sudah mulai laku dijual. Lumayan untuk membantu perekonomian, meski belum maksimal," imbuhnya

Segala sesuatu terkait hasil kerajinan tangan yang ia produksi ditangani sendiri oleh Hanna. Tak hanya dalam proses pembuatan saja, dalam proses penjualan pun juga dilakukan sendiri oleh Hanna yang nampak telah memiliki kembali semangat hidup yang pernah pudar. Dengan gawainya pula ia melakukan penjualan secara online hasil-hasil produksinya yang cantik tersebut. Lantaran memang unik dan menarik, produknya mulai mendapatkan pelanggan. Tak hanya dari wilayah Gunungkidul dan DIY saja, namun hasil produksi Hanna sudah merambah ke luar daerah.

“Kemarin saya mengirim sampai ke Semarang untuk produk bros. Semoga bisa lebih luas lagi pemasarannya,” kata dia.

Semangat hidup Hanna kembali nampak kental berkat kerajinan tersebut. Di sela-sela kesibukannya berurusan dengan perkakas kerajinan, Hanna mulai rutin berlatih meski dengan peralatan seadanya.

Berita Lainnya  Telan Dana 10 Miliar, RS Nur Rohmah Bangun Gedung Rawat Inap 2 Lantai

Untuk melatih kaki-kakinya, setiap pagi ia menggunakan kayu yang dipasang di tanah belakang rumahnya dan bambu memanjang empat meteran sebagai pegangan penganti parallel bars, sebagai alat latihan berjalan.

Perkembangan positif Hanna ini membuat bahagia keluarganya yang beberapa waktu lalu khawatir dengan keadaan Hanna. Kakak Hanna, Sutrini mengaku senang adiknya mulai bangkit dan kembali beraktifitas meski dengan keterbatasan. Ia berharap adiknya bisa mendapatkan mukjizat dan diberi kesembuhan.

Ia dan keluarga bertekad untuk terus membantu Hanna melalui masa sulitnya.

“Kita berusaha menguatkan dan memberinya pengertian agar tetap tegar menjalani hidup,” ucap Sutrini.

Sementara itu, Ketua Forum Kaum Difabel Gunungkidul (FKDG) Mujiono mengapresiasi kegigihan Hanna untuk sembuh. Hanna disebutnya sangat cepat beradaptasi dengan kondisinya pasca sakit yang menyerang. Untuk itu, ia menilai Hanna dinilai layak menjadi motivator disabilitas Gunungkidul. Ini sangat penting agar kaum disabilitas Gunungkidul bisa terinspirasi kisah hidup Hanna yang berhasil berangsur-angsur bangkit dari keterpurukan.

"Harapannya para difabel tidak hanya berdiam diri di rumah dan pasrah terhadap keadaan. Mereka dapat berkarya dengan kemampuan yang ada. Tidak bergantung kepada orang lain," ucapnya

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler