fbpx
Connect with us

Sosial

Kisah Perjuangan Astika, Putri Penjual Bakso Yang Berhasil Kuliah di Inggris

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Memiliki anak yang berprestasi dan dapat mengenyam pendidikan hingga ke tingkat tinggi nampaknya menjadi keinginan terbesar dari setiap orang tua. Sama halnya dengan pasangan suami istri Muniran (49) dan Suratmi (47) warga Padukuhan Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari ini. Di tengah perputaran roda perekonomian yang harus dilalui keluarga ini, sebuah prestasi membanggakan berhasil diukir oleh putri semata wayang mereka. Sang putri, di tengah keterbatasan yang ada dapat bersekolah hingga jenjang S2, benua Eropa.

Adalah Astika Nurwidyawati (24). Berhasil menunjukkan pada masyarakat jika berasal dari keluarga yang tidak bergelimang harta, dirinya mampu bersekolah hingga keluar negeri. Tak main-main perempuan ini dapat menembus di salah satu Universitas di Edinbrugh, Inggris. Universitas ini adalah yang terbaik peringkat 22 tingkat dunia dan menjadi favorit sejumlah artis Indonesia maupun anak konglomerat.

Siapa sangka jika di tengah status yang mentereng tersebut, latar belakang Astika sendiri sangatlah sederhana. Berasal dari daerah selatan di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, ayah Astika yaitu Muniran atau akrab dipanggil Pak Gote ini merupakan salah seorang pedagang mie ayam di Desa Mulo.

Kios milik Pak Gote ini bukan warung yang begitu besar layaknya tempat makan terkenal pada umumnya. Warung mie ayam ini hanyalah berukuran kurang lebih 3×4 meter. Namun dari warung ini ia mampu menyekolahkan putrinya hingga ke tingkatan tinggi layaknya orang bergelimang harta.

Berita Lainnya  Panen Melimpah, Desa Sumbergiri Surplus Padi

Raut bahagia tergambar jelas pada wajah pasangan suami istri ini. Segaris senyum keduanya telah mewakili perasaan mereka, setiap kali orang bertanya mengenai putrinya.

“Tidak menyangka. Atase anak bakul mie ayam tapi sekolah tekan Inggris (hanya anak seorang penjual mie ayam tapi bisa bersekolah sampai ke Inggris). Bahagia tentu iya, ini tidak lepas dari usaha kami dan campur tangan dari Gusti Allah, Yang Maha Kuasa,” kata Gote diamini istrinya, Jumat (07/09/2018).

Diceritakan Gote, putrinya itu memang sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak sudah menunjukkan prestasi dibidang akademik. Menginjak Sekolah Dasar, Astika terlihat begitu antusias jika belajar bahasa Inggris. Tidak ada yang mengajarinya, ia hanya belajar melalui kamus inggris kecil yang dibelikan orang tuanya. Duduk di bangku SMP bakat dalam bahasa Inggrisnya semakin muncul, beberapa perlombaan mulai diikutinya.

“Suka bahasa inggris memang, padahal saja dan ibunya tidak paham orang cuma lulusan SD. Pas SMK dia mulai menyukai debat bahasa Inggris beberapa wilayah di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur sudah pernah ia sambangi untuk ikut olimpiade debat Inggris,” imbuh dia.

Bakat itu terus dikembangkan oleh Astika hingga ia bersekolah di Universitas Negeri Yogyakarta. Perempuan yang dulunya tidak bisa bersepeda itu, terus belajar dan belajar dalam mendalami bahasa Inggris. Kala itu ia mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Berkat prestasi yang diukir dan bakat yang begitu luar biasa, Astika kemudian memberanikan diri untuk mengikuti seleksi program beasiswa S2 di Universitas Edinbrugh.

Berita Lainnya  Dituding Dukung Salah Satu Calon Kepala Desa, Begini Reaksi Camat Tanjungsari

Selama 3 bulan lamanya, Astika berusaha mengikuti tes dan pelatihan di Bandung agar dapat lolos bersekolah di Inggris. Siapa sangka, kecerdasan dan kepandaiannya memang tidak dapat diremehkan. Dari ratusan peserta, ia sendiri yang lolos dengan nilai 7,5 melebih ketentuan dari Universitas yang hanya mematok nilai 7. Dua minggu lalu, Astika diterbangkan ke Edinbrugh untuk mengenyam pendidikan S2.

“Bukan maksud sombong dengan kemampuan anak saya. Tapi kondisinya memang seperti itu, skripsi S1 ia selesaikan hanya dalam waktu 2 bulan. IPK yang didapat 3.78,” tambah dia.

Selama ini Gote dan Suratmi dalam mendidik anaknya terbilang keras. Tidak hanya akademik namun religi pun juga tak kalah pentingnya. Satu yang ia tekankan kepada Astika untuk selalu gemar membaca, dari membacalah segala sesuatu dapat diketahui. Pintar dan kesuksesan akan mengiringi jika seseorang gemar membaca.

Menyekolahkan putri semata wayangnya hingga ke tingkat sekarang ini tentunya tidak mudah. Kendala tentu terus dihadapi oleh orang tua, meski bersekolah di Inggris ini juga mendapat beasiswa. Gote dan Suratmi harus terus berputar otak dan banting tulang untuk dapat memenuhi kebutuhan. Segala macam pekerjaan telah pernah dijalani oleh Gote untuk menyambung hidup dan menyekolahkan putri kecilnya itu.

Berita Lainnya  Klaster Karangmojo, Tambahan 3 Kasus Positif dan Ratusan Kepala Keluarga Jalani Isolasi Mandiri

Siapa sangka jika Gote dulu pernah menjadi pekerja bangunan, tukang somay keliling di wilayah Mulo dan sekitarnya. Bahkan dulu ia juga pernah kerja di Malang hanya untuk sedekar meloper kerupuk ke wilayah lain. Sekitar beberapa tahun belakangan ini, barulah ia berupaya membuka kios kecil untuk berjualan bakso di jalan Baron, Desa Mulo.

Omset dari berjualan bakso itupun tidak tentu. Jika sepi untuk mendapat uang sekitar 200 ribu pun nampaknya sulit. Padahal ia harus memikirkan biaya sekolah anaknya dan dapur istri yang tetap harus ada aktifitas. Namun berkat usahanya yang gigih, hasilnya begitu luar biasa putri semata wayangnya yang ia perjuangkan dari 0 saat ini mampu menunjukkan jika keluarga ini bisa.

“Rasa rindu tentu ada ditinggal anak jauh, tapi kami menaruh harap yang tinggi pada dia. Setiap hari videocall, Alhamdulillah dia tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim,” ujar dia.

Ia berharap dengan capaian putrinya itu dapat menjadi motivasi anak muda saat ini. Tidak perlu minder jika berasal dari keluarga yang tidak mampu, bangkit dari rasa-rasa yang menghantui berusaha menunjukkan yang terbaik pasa semua orang. Tidak melulu yang dapat mengenyam pendidikan tingga adalah mereka yang berasal dari keluarga kaya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler