fbpx
Connect with us

Sosial

Kisah Perjuangan Sutrisno Rawat Manula Yang Stroke di Tengah Himpitan Jerat Rentenir

Diterbitkan

pada

BDG

Tepus,(pidjar.com)–Jeratan hutang rentenir yang melilit keluarga Sutrisno (60) tidak menyurutkan niatnya untuk terus merawat Tanem (75). Tanpa Sutrisno, wanita renta ini memang tak bisa berbuat apa-apa setelah mengalami stroke sejak lima tahun terakhir.

Dari kedua orang ini, kita bisa belajar banyak tentang pengorbanan. Dengan segala keterbatasan yang ada, Sutrisno bahkan rela melakukan apa saja demi bisa merawat Tanem yang hanya tergolek di tempat tidur. Bahkan akibatnya, setiap hari kehidupan Sutrisno harus berkutat dengan penagih hutang.

Mendatangi rumah Sutrisno yang berada tepat di depan Balai Padukuhan Regedeg, Desa Giripanggung, Kecamatan Tepus membuat orang tak bisa berkata-kata. Hanya ada jalan setapak penuh dengan batu menghiasi halaman rumahnya.

Saat itu, Sutrisno dengan celana pendek layaknya seorang petani menyambut baik kedatangan pidjar.com. Dirinya lantas mempersilakan wartawan untuk masuk ke dalam rumah.

Dari luar, memang sudah terlihat tak ada yang istimewa dari rumah Sutrisno dan Tanem. Dinding yang terbuat dari kayu beberapa telah jebol. Lantai yang terbuat dari batu putih pun sudah pecah dan beeganti tanah.

Berita Lainnya  Geopark Gunungkidul Divalidasi Ulang Oleh Tim Unesco

Ada tiga buah kursi tanpa meja yang digunakan untuk para tamu. Namun pada Jumat (09/11/2018) siang kemarin, tamu yang berkunjung adalah dua orang berpakaian sangar dengan menenteng buku serta tas.

Keduanya ternyata adalah penagih hutang yang ternyata rutin mendatangi rumahnya. Tanpa basa-basi, kedua orang tersebut kemudian melakukan penagihan. Memang tidak besar, hanya kisaran puluhan ribu saja.

Namun demikian, uang yang dianggap kecil untuk sebagian orang itu ternyata sangat susah didapatkan Sutrisno. Pasalnya dirinya sendiri tidak memiliki pekerjaan tetap, pun demikian dengan istrinya.

Hanya anak perempuannya yang bekerja menjadi seorang penjahit. Itu pun hasilnya tak seberapa tak kala uang yang diperoleh harus digunakan untuk biaya sekolah sang cucu.

“Tidak hanya ada ini (penagih hutang) saja, dalam satu minggu hampir setiap hari ada yang datang. Hanya dua hari yang kosong,” kata Sutrisno kecut.

Sutrisno bercerita, keluarganya lebih mengandalkan rentenir ini tidak semata-mata untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Hal ini terpaksa ia lakukan lantaran untuk membiayai perawatan Tanem, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Berita Lainnya  Polres Gunungkidul Tindak 700 Tilang dalam Operasi Zebra

“Sudah lima tahun simbah (Tanem) seperti ini. Jadi kita pinjam uang dari rentenir untuk biaya beli pampers dan membelikan roti regal kalau tidak ya sun (bubur bayi),” kata dia.

Ia mengaku tidak ada pilihan lain selain meminjam uang kepada rentenir. Pasalnya seluruh harta yang ia miliki telah habis dijual untuk biaya perawatan.

“Tiga ekor sapi sudah terjual. Ini tanah belakang dan samping rumah sedang dalam negosiasi mau dijual juga,” ucapnya.

Angsuran untuk melunasi hutangnya di rentenir diakuinya menambah beban yang harus ditanggung. Namun demi kelangsungan hidup Tanem pihak keluarga, ia mengaku tidak mempunyai jalan lain.

“Sudah banyak yang mengingatkan termasuk pak ustad untuk tidak hutang di rentenir. Tapi mau siapa lagi yang bisa membantu. Saya lebih dosa kalau membiarkan simbah tidak terawat,” kata dia.

Ia hanya berharap terus diberikan kesehatan oleh Tuhan. Sehingga dirinya masih bisa terus bekerja dan merawat Tanem.

Berita Lainnya  Polemik PIP Dipolitisasi Oleh Pasangan Calon Yang Biasa Beli Suara dan Tak Mampu Bikin Program

“Apapun yang terjadi simbah harus dirawat. Selagi saya masih kuat dan ada yang membutuhkan tenaga saya saya akan bekerja untuk kebutuhan simbah,” ucapnya.

Sementara itu, Dukuh Regedeg, Suranto mengatakan bahwa operasional rentenir memang merajalela di wilayahnya. Namun salah satu yang nampak jelas merasakan dampaknya adalah keluarga Sutrisno.

“Tidak hanya satu dua saja rentenir disini. Proses pencairan dana yang gampang tanpa jaminan itu menjadi solusi warga yang terhimpit ekonominya,” kata dia.

Namun demikian pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak dalam memberikan bantuan. Namun jika ada bantuan dari pemerintah, maka dari desa pun akan memprioritaskan warga yang benar-benar kurang mampun.

“Saya kasihan kepada keluarga mbah Tanem. Kondisi ekonominya seperti itu. Belum lagi kalau rumahnya kebanjiran seperti tahun lalu. Dulu sempat kami ungsikan di Balai Padukuhan,” kata dia.

 

 

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler