Sosial
Lahan Pertanian Sering Dijarah MEP, BKSDA Sarankan Petani Terapkan Beberapa Alternatif


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)– Penanganan konflik antara Monyet Ekor Panjang (MEP) di Gunungkidul masih menjadi permasalahan untuk ditangani. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta menilai gangguan MEP di lahan pertanian warga dipicu oleh terusiknya habitat MEP. BKSDA Yogyakarta beberapa waktu lalu menggelar forum peduli suaka margasatwa Paliyan dengan sejumlah instansi untuk membahas penanganan konflik MEP di Gunungkidul.
Kepala BKSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyudi, mengatakan munculnya gangguan MEP di lahan pertanian garapan warga dikarenakan terusiknya habitat MEP akibat adanya pengembangan wisata alam dan salah satunya melalui pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Gunungkidul.
“Pembangunan harus memperhatikan untuk koridor satwa agar tidak terganggu,” ujar Muhammad Wahyudi.
Ditambahkannya, petani di daerah rawan gangguan MEP disarankan menanam tanaman yang tidak disukai oleh MEP namun tanaman tersebut tetap memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu petani dapat juga menyiapkan lahan sebagai penyangga yang ditanami makanan MEP sehingga tidak mengganggu lahan pertanian warga.
“Alternatif lain petani bisa menyediakan buah-buahan atau pakan MEP di batas lahan masyarakat. Semua itu merupakan upaya untuk mencegah MEP masuk ke lahan masyarakat,” imbuhnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Konservasi Alam, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Fery Maryulianti, menyampaikan penanganan gangguan MEP di lahan pertanian warga menjadi kewajiban semua pihak. Ia berharap melalui forum seperti ini tercipta kolaborasi dan sinergitas untuk menangani konflik MEP.
“Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi konflik MEP dengan pembangunan demplot tanaman pakan MEP,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Sustiwiningsih mengatakan saat ini petani mulai memasuki musim panen jagung dan kacang tanah. Dari pengalamannya, saat musim menjelang panen seperti saat ini potensi gangguan monyet akan lebih besar sehingga petani diharapkan dapat mewaspadainya.
“Paling banyak diserang saat menjelang tanaman isi, ini kan sekitar dua minggu lagi masuk masa panen jagung dan kacang,” ungkapnya.
Ia pun tetap menghimbau agar petani di wilayah rawan gangguan MEP dapat mengusir dengan halus dan bisa mengenali jam-jam rawan gangguan MEP.
“Biasanya sekitar jam 10 pagi dan jam 2 sore itu jam rawannya, bisa diusir dengan suara atau dengan cara lainnya,” tutupnya.
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
Sosial2 minggu yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
event2 minggu yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
Budaya2 minggu yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
musik2 minggu yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Info Ringan1 minggu yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya
-
seni4 hari yang lalu
Asmatpro Tampilkan Showcase di Jogja Fashion Trend 2025
-
Uncategorized4 hari yang lalu
Komitmen Dukung Kopi Lokal, KAI Daop 6 Yogyakarta Bagikan 750 Gelas Kopi Gratis ke Penumpang
-
event3 hari yang lalu
Lewati Rute 6 Candi, Belasan Negara Bakal Ramaikan Sleman Temple Run 2025
-
Pendidikan3 hari yang lalu
UMY Punya Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA, Siap Lahirkan Atlet Muda
-
Sosial1 hari yang lalu
Kalijawi Disetujui Pemerintah Realisasikan Perumahan Gotong Royong Berbasis Koperasi, Kampung Notoyudan Akan Jadi Percontohan
-
bisnis2 hari yang lalu
Gandeng ATSIRI Rayakan Satu Dekade, Kopi Tuku Hadirkan Aroma dan Rasa