fbpx
Connect with us

Pendidikan

Menengok Kegiatan Belajar Mengajar Jarak Jauh di SLB Wonosari

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Kegiatan belajar di rumah telah berjalan hampir enam bulan lamanya. Seluruh siswa dan guru bisa menggunakan metode dalam jaringan maupun luar jaringan untuk melanjutkan materi per materi maupun kompetensi dasar sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Pelajaran jarak jauh, bagi siswa normal saja menetaskan sejumlah persoalan berarti. Baik ketersediaan sarana handphone maupun sinyal membuat metode ini sulit dilewati tanpa masalah. Lalu seperti apa kondisi pelajaran jarak jauh bagi siswa-siswi Sekolah Luar Biasa?

Kepala SLB Wonosari, Widi Pranyata kepada pidjar.com menceritakan, siswanya saat ini berjumlah 174 anak. Dari jumlah tersebut, terbagi menjadi beberapa jurusan di antaranya, jurusan autis, tunanetra, tunagrahita, tuna rungu dan jurusan ganda yang bisa dikatakan satu anak memiliki dua keterbekalangan.

Berita Lainnya  Pemerintah Sediakan Masker Gratis di Tiap Puskesmas

Berbagai upaya ia lakukan, lantaran menjadi guru di SLB bukanlah hal sederhana dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Tenaga pendidik yang berjumlah 31 guru dengan perhitungan satu guru memegang empat hingga lima anak harus dengan telaten membantu para siswa difabel dalam belajar.

Ngajarnya memang beda, kami punya kompetensi dasar tapi harus dilihat detail progres masing-masing anak,” ungkap Widi, Minggu (23/08/2020).

Sejauh ini, ia menggunakan dua metode sekaligus. Dalam jaringan dan luar jaringan dengan diberikan tugas lembar kerja siswa yang dikumpulkan tiap Minggu.

Orang tua mau tidak mau kami ajak kerjasama,” imbuh Widi.

Setiap Minggunya, ia mengumpulkan orang tua siswa-siswinya untuk diberi pengarahan. Ia meminta kerjasama kepada orangtua untuk mencatat detail perkembangan peserta didik.

Berita Lainnya  Penjagaan Perbatasan Diperketat, Tak Pakai Masker Diminta Putar Balik

Karena tidak memungkinkan anak-anak dipantau langsung oleh guru,” ujarnya.

Kegiatan pembelajaran daring pun dibuat dengan menggunakan dua handphone. Ia memberikan contoh, bagi siswa tunarungu. Ketika diberi arahan harus melihat contoh dari layar handphone. Kemudian orangtuanya merekam.

Treatnya berbeda ya dengan siswa normal, yangmana dikasih tugas tertulis saja bisa dikerjakan mandiri dengan atau tanpa bimbingan orang tua,” papar Widi.

Dalam kompetensi dasar, Widi pun juga menyisipkan materi perubahan perilaku bagi siswa. Pada tahap ini, Widi mengaku banyak orang tua yang merasa kesulitan dalam mengatur pola putra-putri yang memiliki cacat fisik maupun mental.

Misalnya kamu memberi tugas menyapu, harus direkam, tapi anak-anak tidak manut kalau sama orangtuanya,” jelas dia.

Selain itu, pembelajaran jarak jauh bagi siswa SLB memang lebih boros quota. Widi menambahkan, jatah kuota per siswa dari dana BOS hanya 6,5 GB per bulan.

Berita Lainnya  Kemenag: Sudah Dikaji MUI, Tarawih di Rumah Tak Akan Kurangi Ketaatan Ibadah

Kami kan lebih sering menggunakan media vidio untuk komunikasi, mengirimkan contoh agar mereka tonton, kemudian mereka tiru dan divideokan yang kemudian dikirim lagi ke kami,” papar Widi.

Sehingga, besaran kuota 6,5 GB yang diberikan sekolah biasanya habis hanya dalam waktu dua minggu saja. Sehingga dua minggu berikutnya menggubakan cara pembelajaran luar jaringan.

Kami titipkan latihan soal pada LKS untuk diberikan kepada siswa,” tukas Widi.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler