fbpx
Connect with us

Uncategorized

Lima Festival Betema Kematian yang Masih Berlangsung di Berbagai Negara

Diterbitkan

pada

BDG

Jogja,(pidjar.com)–Setiap negara pasti memiliki festival-festival unik setiap tahunnya. Mulai dari festival bertema keagamaan, Kelahiran, Pendewasaan,  Penghormataan, Kematian, dan masih banyak lagi. Bahkan ada  beberapa festival yang cenderung tak lazim dan bersifat aneh. Berikut Festival bertema kematian yang unik di dunia dilansir dari phinemo.

Day of the Dead

Day of the Dead (Hari Orang Mati) atau oleh orang meksiko biasa disebut Dia de los Muertos merupakan festival kematian yang sangatlah unik. Festival ini diadakan pada awal November setiap tahunnya. Masyarakat meksiko percaya bahwa pada tengah malam di tanggal 31 Oktober gerbang surga akan terbuka, dan roh-roh dari anak mereka akan turun dan bersatu bersama keluarga di rumah selama dua puluh empat jam. Kemudian pada tanggal 2 November, roh orang dewasa akan datang untuk ikut merayakan festival yang sudah dipersiapkan untuk mereka.

Di Festival Day of the Dead ini, masyarakat akan mengenakan kostum serta riasan wajah bertema tengkorak, penuh dengan warna warni serta riasan bunga. Mereka juga akan membuat altar yang indah dihias oleh banyak lilin, bunga, buah-buahan, kacang-kacangan, dan makanan lain.Serta mereka akan mengadakan pawai di jalanan sambil menari dan bernyanyi. Masyarakat mempercayai bahwa dengan menghormati roh leluhur mereka, mereka akan diberi kedamaian, keberkahan, dan nasib baik untuk keluarganya.

Famadihana

Berita Lainnya  KUA Tetap Boleh Laksanakan Akad Nikah, Begini Persyaratannya

Pada saat musim dingin tiba, masyarakat Madagaskar akan menggali kuburan kerabatnya yang telah meninggal dunia. Kemudian jasad yang sudah berupa tulang belulang itu akan diambil dan dibersihkan dan diganti kain pembungkusnya.  Ritual ini diadakan setiap tujuh tahun sekali.

Ketika ritual ini berlangsung, musik tradisional akan mengiringi jalannya prosesi ritual. Masyarakat mempercayai bahwa setelah kematian, roh orang yang sudah meninggal tidak langsung berkumpul bersama para leluhur mereka sebelum jasadnya benar-benar hancur. Oleh karena itu, mereka secara berkala membersihkan serta mengganti kain yang membungkus jasad-jasad tersebut. Famadihana ini bertujuan tidak lain untuk menghormati arwah kerabat yang telah meninggal dunia.

Chuseok

Festival Chuseok diadakan oleh masyarakat Korea Selatan pada hari ke-15 bulan ke-8 Kalender Lunar. Festival ini berlangsung selama tiga hari pada pertengahan musim gugur. Chuseok merupakan festival panen utama di Korea. Maka dari itu Chuseok ialah salah satu hari besar di Korea selain Seollal dan Dano. Di hari ini, masyarakat Korea akan berkumpul bersama keluarga, makan bersama dan saling berbgai cerita. Mereka juga akan melakukan doa bagi para leluhurnya untuk menyampaikan rasa syukur dengan berkah yang telah mereka dapatkan.

Festival Obon

Berita Lainnya  Wisatawan Meninggal Dunia Mendadak di Pantai Sadranan

Festival Obon atan Bon merupakan festival yang sudah dilakukan selama hampir 500 tahun di Jepang. Tujuannya untuk menghormati perjuangan dan jasa-jasa nenek moyang mereka. Festival Obon merupakan festival kematian umat Buddha, dan dilakukan selama tiga hari.

Hampir sama seperti Day of the Dead di Meksiko, festival Obon juga dilangsungkan secara meriah. Masyarakat akan mengadakan pemainan rakyat, jamuan makan, kembang api, dan tari Bon Odori sebagai tanda ucapan selamat datang menyambut kedatangan arwah leluhur.

Ada berbagai tradisi unik sehubungan dengan perayaan ini. seperti membuat kendaraan semacam kuda-kudaan dari terong dan ketimun, mendoakan setan lapar yang dinamakan upacara Segaki di kuil umat Buddha, Lampion Obon yang nantinya akan di larung di sungai untuk melepas arwah leluhur mereka.

Berita Lainnya  Lantik Pengurus KTNA, Bupati Harapkan Sektor Pertanian dan Perikanan Gunungkidul Menjadi Unggulan

Ma’nene

Setiap tiga tahun sekali, masyarakat toraja akan menggelar prosesi adat mengganti pakaian dari keluarga atau leluhur yang telah disemayamkan di pekuburan Patene, Lembang Paton, Kecamatan Sariale. Ritual ini diawali dengan keluarga berkunjung ke lokasi pekuburan, dan mengambil jasad keluarga mereka. Di Patene, leluhur yang meninggal tidak dimakamkan dengan cara yang biasa. Pada saat meninggal, jasad leluhur itu diberi pengawet sehingga akan tetap utuh ketika ritual manene diberlangsungkan.

Pada saat memasuki area pekuburan, tetua ada akan membacakan doa sebagai permohonan izin sekaligus meminta rahmat dan keberkahan bagi masyarakatnya. Setelah itu, jasad leluhur dibawa untuk dimandikan dan digantikan pakaiannya oleh anggota keluarga mereka. Tujuan diadakannya tradisi ini selain untuk meminta rahmat dan berkah bagi sawah mereka, juga untuk menyatukan anggota keluarga yang merantau dan yang dirumah. Karena setelah tradisi ini dilaksanakan, masyarakat akan menggelar acara makan bersama dan ramah tamah dengan anggota keluarga besar.

 

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler