Sosial
Lingkungan Penuh Asap Rokok Jadi Penyebab Utama Tingginya Angka Stunting di Bejiharjo
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2019/02/bayi-stunting-ilustrasi.jpg)
![BDG](https://bankgunungkidul.co.id/images/iklan/bdg1082.gif)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241219_092452_0000.png)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241219_092453_0001.png)
Karangmojo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Bupati Gunungkidul, Badingah melaunching program pencegahan stunting yang bertajuk Ceting Bumia Kebaske Rok di Balai Padukuhan Grogol III, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Selasa (17/12/2019) siang kemarin. Program ini merupakan rintisan masyarakat Desa Bejiharjo sebagai wujud upaya pencegahan stunting anak sejak dari dalam kandungan.
Bidan Desa Bejiharjo Wilayah UPT Puskesmas Karangmojo II, Rismintarti Sulastinah memaparkan, penyebab utama stunting ialah ibu hamil yang mengalami kekurangan darah atau anemia. Selain itu, stunting juga disebabkan oleh kebiasaan hidup tidak sehat keluarga, seperti misalnya merokok di dekat ibu hamil.
Desa Bejiharjo sendiri mulai mencetuskan program pencegahan stunting mengingat hingga November tahun 2019 ini, ibu hamil yang mengalami anemia mencapai 17,44% dari total ibu hamil wilayah UPT Puskesmas Karangmojo II. Sedangkan anak lahir stunting di Bejiharjo hingga November 2019 mencapai 11,6% dari seluruh bayi lahir wilayah UPT Puskesmas Karangmojo II.
“Di Desa Bejiharjo, masih 54,86% keluarga yang anggotanya merokok. Jumlah ini diambil dari 5.118 Kepala Keluarga di 20 Padukuhan,” ujar Rismin.
Menurutnya jika dilihat dari jumlah tersebut, cenderung paling tinggi di wilayah kerja UPT Puskesmas Karangmojo II dari jumlah perokok.
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241220_202704_0000.png)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0004-1024x389.jpg)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0002.jpg)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0003.jpg)
“Tahun 2019 ini di Bejiharjo ada 19,35 bayi stunting, maka kami membuat gerakan Ceting Bumia Kebaske Rok yang artinya Pencegahan Stunting Pada Bayi Baru Lahir Dengan Menurunan Anemia Ibu Hamil dan Gerakan Bebas Asarp Rokok,” imbuh Rismin.
Program ini, dilakukan dengan cara pemberian ceklis untuk tablet penambah darah khususnya untuk ibu hamil, gerakan kelas ibu hamil bersamaan dengan Posyandu, mengajak keluarga sebagai patner ibu hamil dan juga pemberian bibit kelor pada masyarakat yang hamil. Seperti yang diketahui, pohon kelor merupakan pohon segudang manfaat yang salah satunya ialah penambah darah.
“Kami juga membentuk kader peduli ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi dengan resiko tinggi sebagai upaya meminimalisir stunting,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Badingah dalam sambutannya menyebut bahwa sumbangsih kader pencegah sangat penting. Badingah sendiri meminta para kader Posyandu terus bekerja keras untuk menekan angka stunting di Desa Bejiharjo yang termasuk salah satu desa terpadat di Gunungkidul.
“Para kader tentu menjadi mitra yang dapat diandalkan oleh pemerintah daerah dalam memenuhi tanggungjawab untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup setiap warga masyarakat,” ujar Badingah.
Tanpa keterlibatan para Kader Posyandu maupun kader-kader kesehatan lainnya, menurutnya pemerintah akan menghadapi banyak kendala untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat secara merata dan berkeadilan. Selama ini, stunting bukan hanya persoalan kekurangan gizi kronis, tapi ini berkaitan dengan reproduksi kemiskinan yang terus terpelihara. Akibat stunting sendiri menciptakan menciptakan problem neurologis, kemampuan intelektual yang rendah dan ketrampilan yang minim sehingga berdampak kompleks pada mata rantai kemiskinan.
“Stunting bukan hanya persoalan individu, tapi juga menyangkut eksistensi sebuah bangsa. Indonesia yang akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030 akan sia-sia apabila masih banyak balita gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis. Maka dari itu, generasi muda yang sehat jiwa dan raga tentu bermula dari balita yang sehat, mengalami pertumbuhan fisik, inteligensia dan mental yang optimal,” tandasnya.
Dalam membentuk generasi penerus yang sehat jiwa dan raga, menurutnya harus dimulai sejak bayi dalam kandungan. Salah satunya dengan menjaga kebugaran dan kesehatan ibu hamil, tidak mengalami anemia dan terjamin bebas asap rokok.
“Maka dari itu, saya sangat menyambut positif Gerakan Pencegahan Stunting bayi baru lahir dengan penurunan anemia ibu hamil dan Gerakan Bebas asap rokok,” pungkasnya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Pemerintahan1 hari yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Olahraga2 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pendidikan4 minggu yang lalu
SMP Al Mujahidin Gunungkidul Dapat Predikat Sekolah Swasta Unggul Utama
-
Pemerintahan3 hari yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum4 hari yang lalu
Curi 5 Potong Kayu, Warga Panggang Terancam 5 Tahun Penjara
-
Pendidikan6 hari yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025