Sosial
Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi, Petani Karangmojo Mulai Merambah Kembangkan Tanaman Porang






Karangmojo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Porang merupakan salah satu tanaman jenis umbi-umbian yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sebab termasuk komoditi ekspor ke beberapa negara di benua Asia, seperti di Jepang, Tiongkok, Vietnam, dan Australia. Saat ini, tanaman itu ternyata juga mulai dikembangkan oleh para petani di Kapanewon Karangmojo.
Salah satu petani di Padukuhan Sumberejo, Kalurahan Karangmojo, Kapanewon Karangmojo, Senen (47) mengatakan bahwa pada bulan lalu, ia mulai mempelajari budidaya tanaman porang. Kemudian ia realisasikan di lahan sekitar 2,5 hektar. Beberapa pekan lalu ia mulai membuat gulan (bedengan) dan lubang tanam.
“Modal yang dikeluarkan untuk membudidayakan porang cukup besar,” kata Senen.
Menurutnya, untuk mengembangakan pporang di lahan seluas 2,5 hektarr memerlukan sekitar 330 kg benih. Dengan total lubang tanam sebanyak 108.760. untuk mendapatkan kualitas bagus, porang baru bisa dipanen dalam dua tahun setelah ditanam. Selama itu juga, Porang membutuhkan perawatan dan penanganan khusus.
“Waktunya memang lama. Jadi pada 6 bulan pertama muncul bunga sebenarnya juga bisa dijual untuk bahan obat. Beberapa bulan berikutnya bunga berubah jadi buah dan kemudian berubah menjadi porang dengan ukuran tertentu. Baru sekitar 1 tahun bisa dipanen dengan berat beragam,” jelasnya.







Berdasarkan pengetahuan yang ia miliki, satu bibit porang dapat menghasilkan 4 sampai 5 kilogram umbi yang siap dijual dengan nilai rupiah yang tinggi. Jika di daerah lain, porang basah bisa tembus pada harga Rp 18.000 per kilogramnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengungkapkan, pembudidayaan porang di Gunungkidul belumlah banyak. meskipun ada beberapa petani yang mengembangkan namun luasan lahannya tidak begitu besar dan luas.
“Kalau Porang itu perkembangannya digalakkan oleh Kementan untuk diekspor. Ekstrak porangnya yang diambil. Ada beberapa keunggulan, tapi dia memiliki ciri khas gatal,” jelas Raharjo.
Porang memang masih belum begitu populer di Gunungkidul, masyarakat di sini lebih banyak membudidayakan suweg meski nilai jualnya tidak tinggi namun dominan. Pemerintah sendiri terus mendorong masyarakat untuk mengembangkan tanaman jenis umbi-umbian untuk menopang ketahanan pangan di Gunungkidul selain juga menggenjot produksi beras.
“Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Kita upayakan produksi berbagai umbi-umbian per tahunnya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” papar Raharjo.
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Pemerintahan6 hari yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film1 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
bisnis2 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
bisnis3 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen