Sosial
Mendengarkan Cerita Petani Ketela Pohon Yang Tak Pernah Sejahtera Karena Harga Jual Rendah






Tanjungsari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kondisi pasar masih menjadi kendala petani ketela pohon di Gunungkidul dari menjual hasil panen mereka. Meski ketersediaan komoditasnya melimpah dengan produksi panen yang tinggi, namun penjualan di pasaran sangat rendah. Saking rendahnya, hasil penjualan panen ketela tersebut idak seimbang dengan ongkos budidayanya.
Salah seorang petani ketela pohon di Kecamatan Tanjungsari, Supiyati mengatakan, sudah sejak bertahun-tahun ketela pohon yang diproduksi menjadi gaplek atau ketela kering menjadi komoditas ekspor ke Cina dan sejumlah negara di Asia Tenggara. Meski begitu, harga jual yang diterima petani tidak pernah sesuai harapan, yakni hanya Rp 1.000 per kilogram gaplek.
“Murahnya harga singkong menurut saya tidak sesuai dengan lamanya masa tanam dan tenaga yang harus kami keluarkan,” keluhnya, Minggu (08/04/2018).
Harga jual gaplek, lanjutnya, tidak selalu sama karena bergantung dengan kualitas dan kandungan air. Jika kadar airnya tinggi, tentu kualitas kurang baik sehingga menyebabkan harga gaplek semakin anjlok.
“Apalagi kalau dijual ke luar, kena potongan harga 15-20 persen dari harga yang ditentukan,” ujar Supiyati.







Menanggapi keluhan para petani ketela pohon tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu mengatakan, pemerintah terus mengupayakan agar penjualan hasil panen terutama ketela pohon yang memang menjadi salah satu komoditas utama di Gunungkidul semakin membaik. Walau demikian, Bambang menyebut bahwa upaya ini juga perlu dukungan dari para petani. Salah satunya adalah dengan membuka pandangan baru dengan meninggalkan cara lama dan konvensional dalam mengolah ketela.
“Banyak petani kita yang menjual ketela dalam bentuk gaplek. Padahal di Gunungkidul ini sudah berjalan tepung ketela yang dimodifikasi menjadi mocaf yang harganya jauh lebih tinggi,” tuturnya.
Oleh karena itu, dengan menunda jual dan mengawetkan masa simpan hasil panen ketela pohon dinilai bisa lebih bernilai jual ketimbang dijual langsung setelah panen. Menunda penjualan untuk dijadikan bahan olahan dinilai menjadi jalan alternatif untuk meningkatkan harga jual.
Misalnya, apabila dibuat tepung mokaf harga per kilogramnya sekitar Rp 16 ribu. Untuk membuat 1kg tepung mokaf dibutuhkan paling tidak 3kg ketela pohon. Berbeda jika dijual dalam bentuk gaplek yang hanya dikisaran Rp 1.000 per kilogramnya.
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
Sosial4 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum3 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Hukum3 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Tren Takbir Keliling Gunakan Sound System, Ini Strategi Pemkab, FKUB dan Polisi
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Tebing di Tanjakan Clongop Longsor, Akses Jalan Ditutul Total
-
film3 minggu yang lalu
Film horor “Singsot: Siulan Kematian”, Bawa Petaka saat Magrib