fbpx
Connect with us

Sosial

Mengenal dr Budi, Jenderal Asli Gunungkidul Yang Jadi Anggota Tim Dokter Kepresidenan

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Sepertinya tidak banyak yang tahu tentang Mayjen TNI dr. A. Budi Sulistya, Sp.THT.KL.,M.A.R.S. Nama salah seorang putra terbaik Gunungkidul ini memang kurang populer di kalangan masyarakat. Padahal perwira tinggi TNI berbintang dua kelahiran asli Gunungkidul ini mengemban sejumlah jabatan penting. Mayjen dr Budi saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat (PUSKESAD) dan juga merupakan salah satu anggota tim dokter Kepresidenan Republik Indonesia. Dialah yang memimpin rumah sakit-rumah sakit TNI di seluruh Indonesia serta menjamin kesehatan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

Mayjen Budi Sulistya sendiri lahir di Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan. Budi kecil lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia pendidikan. Orang tuanya ada yang menjadi guru Sekolah Dasar (SD) dan Penilik Sekolah.

Saat ditemui pidjar.com di kantornya di Jakarta, Budi Sulistya sedikit bercerita tentang perjalannya semasa kecil hingga sampai di titik sekarang ini. Waktu SD, dia merupakan siswa di SD Pampang yang berada tak jauh dari rumahnya. Setelah lulus, ia melanjutkan sekolahnya di SMP 1 Wonosari. Saat menempuh pendidikan di sekolah yang berlokasi cukup jauh dari rumahnya, ada sedikit pengalaman yang sampai sekarang tak pernah ia lupakan.

“Waktu SMP itu naik sepeda setiap harinya, pernah saya memanggul sepeda saat musim hujan karena jalannya kan becek sekali, sampai di jalan raya baru saya kayuh sepeda itu ke sekolah,” kata Budi Sulistya.

Budi sendiri terus menunjukkan potensinya neski harus bersaing dengan anak-anak kota. Selama pendidikan di SMP, ia selalu mendapatkan juara umum. Dengan prestasinya itu, ia bahkan sempat ditawari untuk masuk SMA 1 Wonosari tanpa tes. Namun pria 6 bersaudara itu lebih memilih jalur lain yang membuatnya tertantang. Ia mencoba mengikuti tes di SMA 3 Yogyakarta, dan akhirnya bisa masuk ke salah satu sekolah terbaik di DIY ini.

Berita Lainnya  Dagangan Dipermasalahkan Warga, Dua Penjual Bubuk Abate Diamankan

Tak hanya sekedar lolos, Budi bahkan menduduki peringkat kedua mengalahkan ratusan siswa lainnya. Prestasi moncer terus ditorehkannya hingga mendapatkan beasiswa dari alumni SMA tersebut.

“Selain sebagai guru dan penilik, orang tua saya selalu mengusahakan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Beliau sampai harus bertani dan berternak di rumah karena memang jaman dahulu guru itu gajinya ndak banyak,” terang dia. 

Setelah kelulusan tiba, Budi mengalami kebimbangan. Hal ini lantaran, sempat terbersit keinginannya bisa meneruskan studi di AKABRI. Namun, saat itu ia mendapatkan pengumuman bisa masuk di Fakultas Kedokteran UGM.

Layaknya mahasiswa lain, hari-hari ia jalani dengan perkuliahan dan praktikum. Sampai suatu ketika, ia diajak kawan-kawan sesama mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM untuk mengikuti pendaftaran program pendidikan perwira Angkatan Darat. Budi sendiri berhasil lolos seleksi dan mendapatkan beasiswa ABRI.

“Sempat cuti dari perkuliahan karena harus ikut pendidikan militer dan akhirnya lulus perwira pada tahun 1989. Saya kembali ke bangku perkuliahan untuk menyelesaikan gelar dokter dan lulus tahun 1992,” imbuhnya.

Karier anyar pun ia mulai setelah lulus. Pada tahun 1993, ia langsung ditugaskan di Jakarta. Dari situ kemampuannya terus diasah, berbagai jabatan telah ia emban atas kepercayaan pimpinan. Berkat prestasinya, Budi bahkan kemudian mendapatkan tugas melanjutkan studi kemudian mengambil sub spesialis bidang Tumor untuk THT. Ia pernah bertugas di Kodam Jaya penempatan Yonif,  batalion pengaman ibukota dan merangkap Brigade Infanteri 1 pengamanan ibukota.

Berita Lainnya  Macet Panjang di Jalan Jogja-Wonosari, Waktu Tempuh Capai 3 Jam

Kemampuan Budi sendiri dibuktikan dengan sejumlah jabatan strategis yang sempat ia emban. Mulai dari menjadi dokter pribadi KASAD Jenderal Wiranto, Panglima TNI Letjen Sugiyoni, jabatan strategis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto selama beberapa tahun, hingga kemudian dipercaya menjadi dokter kepresidenan dari masa Susilo Bambang Yudiyono hingga Presiden Joko Widodo.

“Menjadi dokter kepresidenan merupakan tugas yang luar biasa. Kita harus siap menjamin kesehatan presiden dan Wakil Presiden serta keluarga. Tak hanya kalau sakit saja, tapi kita juga melakukan langkah antisipasi. Misalnya setiap ada kunjungan di luar negeri, kita harus survei sejumlah rumah sakit sebagai alternatif apabila ada kemungkinan Presiden atau Wakil Presiden sakit,” tambahnya.

“Mengecek keamanan makanan, memilah dan memilih makanan yang perlu atau tidaknya disajikan. Dokter kepresidenan juga harus memiliki ilmu intelijen medik, sebagai upaya preventif,” papar Budi Sulistya.

Salah satu yang paling berkesan adalah saat Ani Yudhoyono mengalami sakit dan dirawat di Singapura. Saat itu, ia dipanggil oleh Presiden Joko Widodo yang memerintahkan tim dokter kepresidenan membantu pengobatan. Selain itu, ia bersama tim juga diberikan tugas untuk menanyakan kemungkinan Ani Yudhoyono bisa dirawat di Indonesia.

Berita Lainnya  Menengok Kegiatan Belajar Mengajar Jarak Jauh di SLB Wonosari

“Saat itu saya yang berangkat ke Singapura. Berselang sehari kedatangan kami untuk menanyakan kemungkinan ibu Ani Yudhoyono bisa dirawat di Indonesia, ibu Ani kemudian dinyatakan meninggal dunia,” sambung dia.

Disinggung mengenai Gunungkidul sekarang dan dulu menurutnya ada perubahan yang signifikan. Dulu Gunungkidul gersang, sekarang justru subur banyak potensi yang dapat digali. Mulai dari pertanian, wisata dan lainnya. Budi sendiri sangat mengagumi keindahan pantai-pantai di Gunungkidul.

“Penting sekali dikembangkan untuk kemakmuran masyarakatnya. Potensi yang ada bisa menjadikan Gunungkidul daerah tujuan wisata. Budaya dan sejarahnya yang juga banyak,” tambahnya.

“Di Panggang ditemukan candi, ada Masjid dengan kiblat ke selatan jika digali sejarahnya pasti akan bagus sekali. Orang sana (Panggang) sebagian keturuan Majapahit juga. Banyak rute gerilya Pangsar Jendral Sudirman di sana,” ujar Budi.

Program-program pengembangan sekarang menurutnya sangat bagus, inovatif dan kreatif. Jika dulu mayoritas orang memiliki mimpi untuk menjadi pegawai sekarang mindsetnya berubah, banyak profesi yang didambakan dengan era revolusi 4.0 ini.

Banyak teknologi yang dapat dikembangkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan. Tingkat urbanisasi sekarang juga rendah, masyarakat mulai sadar dengan mengembangkan pariwisata dan potensi yang potensial. Pembuatan perizinan yang terpadu membuat semuanya sadar akan pentingnya izin.

“Infrastruktur sejak beberapa tahun ini cukup bagus. JJLS itu urgent patut dilakukan pembangunan sejera untuk menopang mobilitas dan arus wisatawan,” tutupnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler