Pemerintahan
Menggali dan Memperkenalkan Potensi Desa Melalui Pembuatan Film Dokumenter
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2018/09/workshop_pembuatan_film_dokume_20180514170330.jpg)
![BDG](https://bankgunungkidul.co.id/images/iklan/bdg1082.gif)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241219_092452_0000.png)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241219_092453_0001.png)
Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dengan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, seni visual seakan menjadi tak terbatas. Siapapun, di manapun dan kapanpun bisa membuat karya seni visual seperti sekedar merekam video, hingga membuat film dokumenter. Cukup dengan perangkat telefon pintar saja, hal semacam ini bisa dengan mudah melakukannya.
Potensi ini jika dikelola secara lebih profesional tentu akan sangat berguna dalam pengembangan potensi suatu wilayah. Melalui film, warga masyarakat bisa menggali potensi sekaligus memperkenalkannya ke khalayak yang tak terbatas dengan media dunia maya.
Kasi Seni dan Film Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Purnawan Widayatno mengungkapkan, potensi seni visual, khususnya film dalam memperkenalkan potensi suatu desa seperti adat tradisi, seni tradisional, mainan tradisional, bahasa dan sastra, kuliner khas, hingga arsitektur memang saat ini sangat besar. Dengan film, maka pengenalan yang dilakukan bisa berlangsung efektif serta menjangkau banyak orang.
“Awalnya akan menarik minat orang dan kemudian menonton. Jadi secara tidak langsung khalayak bisa mengetahui potensi suatu desa dengan menyeluruh,” beber Purnawan yang ditemui saat workshop pembuatan film di Bangsal Sewokoprojo, Senin (14/05/2018) siang.
Namun yang menjadi masalah saat ini menurut Purnawan adalah masih minimnya kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing desa dalam pembuatan film dokumenter. Hal ini lantaran pembuatan film tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Semakin baik tata artistik, cerita yang berdampak pada visual yang lebih baik, maka potensi untuk semakin viral dan disaksikan lebih banyak orang akan semakin besar.
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/selamat-natal-2024_20241220_202704_0000.png)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0004-1024x389.jpg)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0002.jpg)
![](https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241220-WA0003.jpg)
Untuk itulah kemudian pihaknya menggagas kegiatan workshop pelatihan pembuatan film kepada sejumlah desa. Kegiatan ini dijelaskan Purnawan baru pertama kali diselenggarakan. Namun sejauh ini, animo masyarakat sangat besar untuk bisa membuat film dokumenter yang menggambarkan tentang desa masing-masing.
“Semoga dengan pembekalan pengetahuan yang kita berikan, nantinya mereka menjadi semakin tergerak untuk membuat kemasan film dokumenter tentang desa,” lanjut dia.
Salah seorang narasumber dalam kegiatan workshop pembuatan film, Sidik Kasianto dari Sanggar Film Gunungkidul mengatakan, pihaknya pada kesempatan ini memberikan pengetahuan dasar mengenai film, baik jenis maupun pembuatannya. Perkenalan mengenai apa itu film menjadi penting untuk menudian membuka mata para pembuatnya mengenai apa yang kemudian akan digarap. Selain itu, pada tahap selanjutnya, pihaknya memberikan pengetahuan perihal cara pembuatan film secara teknis. Termasuk diantaranya adalah menentukan ide cerita, pengambilan angle gambar, membuat daftar pengambilan gambar hingga proses editing.
“Yang pertama dan terpenting adalah menggali ide untuk kemudian ditindaklanjuti,” ungkapnya.
Saat ini, pembuatan film sudah sangat mudah. Kendala peralatan seperti yang terjadi pada jaman dahulu sudah tak perlu dialami. Hanya dengan menggunakan smart phone, proses pengambilan gambar bisa dilakukan. Hal ini lantaran dalam pembuatan film jenis dokumenter, sejauh mungkin pengambilan gambar dibuat senatural mungkin.
“Sudah banyak peralatan canggih dengan harga terjangkau. Saat ini hp sudah bisa digunakan untuk apa saja. Jadi alat bukan sebuah halangan,” beber dia.
Sementara ditemui di kesempatan yang sama, Ketua Desa Budaya Bejiharjo, Hargo Warsono yang menjadi salah satu peserta workshop pembuatan film dokumenter menyambut baik inisiatif ini. Dengan pengetahuan dasar semacam ini, tentunya pihaknya bisa mendapatkan gambaran lebih mengenai apa yang harus mereka lakukan untuk kemudian bisa menghasilkan karya dokumenter yang baik dan menarik.
Ia sendiri menyadari bahwa dengan kebiasaan masyarakat, menampilkan karya seni visual dengan bertemakan desa memang sangat penting. Melalui pengenalan semacam ini, potensi desanya menjadi lebih dikenal sehingga juga nantinya bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata.
"Saya berharap tidak berhenti disini saja tetapi ada kelanjutannya seperti lomba film dokumenter untuk lebih memotivasi desa," terangnya.
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis2 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pemerintahan1 hari yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Pendidikan3 minggu yang lalu
SMP Al Mujahidin Gunungkidul Dapat Predikat Sekolah Swasta Unggul Utama
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Bantah Pernyataan Ketua DPRD, Polres Sebut Belum Ada Laporan Masuk Terkait Video Syur Pimpinan Dewan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum2 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Persiapan Libur Nataru, Dishub Gunungkidul Lakukan Ramcek Kendaraan
-
Hukum4 minggu yang lalu
Terpidana Mati Mary Jane Dipindahkan ke Jakarta Sebelum Dipulangkan ke Filipina
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Pecat ASN yang Terlibat Kasus Korupsi