fbpx
Connect with us

Budaya

Menyelamatkan Dua Kesenian Tradisional Asli Gunungkidul Yang Hampir Punah

Diterbitkan

pada

BDG

Semin,(pidjar.com)–Perkembangan zaman dan tekonologi memang tak terhindarkan. Namun dengan adanya hal tersebut, juga terkandung sejumlah dampak negatif. Diantaranya adalah semakin terdesarknya kesenian-kesenian tradisional yang semakin terdesak oleh budaya barat yang datang melalui globalisasi tersebut. Desakan yang semakin gencar tersebut bahkan membuat sejumlah kesenian tradisional bisa dibilang di ambang kepunahan lantaran sudah jarang lagi ditampilkan serta semakin minimnya penggiatnya.

Untuk mengantisipasi punahnya kesenian tradisional, pemerintah terus berupaya untuk melakukan revitalisasi seni tradisional. Salah satu kesenian tradisional yang saat ini menjadi perhatian pemerintah adalah dolanan tradisional Gerit-gerit Lancung dan Goco.

Kepala UPT Taman Budaya Yogyakarta Dinas Kebudayaan DIY, Eni Lestari Rahayu mengungkapkan, selama ini pihaknya memang bertugas untuk menjaga agar seni-seni tradisional tidak punah. Tugas ini disebut Eni sangat berat mengingat perkembangan teknologi menjadi musuh yang cukup sepadan bagi jajarannya.

Berita Lainnya  Memukaunya Penampilan 3 Dalang Cilik Ini Picu Optimisme Lestarinya Seni Wayang Kulit di Bumi Gunungkidul

Menurut Eni, banyak diantara kesenian tradisional Indonesia khususnya DIY yang sudah tidak lagi banyak dikenal oleh masyarakat. Padahal di negara lain, kesenian tradisional mendapatkan sambutan yang cukup baik.

"Bahkan sampai ada yang mengaku-aku jika itu milik mereka. Ya atas hal itu program revitalisasi ini menjadi sangat strategis dan diperlukan,” ucap dia ketika ditemui dalam acara program revitalisasi dolanan tradisional di Padukuhan Sedono, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin.

Program revitalisasi sendiri juga nantinya akan dilakukan sekalian dengan mematenkan kesenian tradisional tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah polemik di kemudian hari saat ada negara lain yang mengklaim sebuah kebudayaan sebagai miliknya.

“Setelah direvitalisasi, akan kami ajukan ke Kementrian Kebudayaan untuk dipatenkan,” lanjut dia.

Dalam program revitalisasi dolanan tradisional Gerit-gerit Lancung dan Goco di Kecamatan Semin ini, UPT TBY Dinas Kebudayaan DIY menggandeng komunitas kesenian setempat. Pihaknya memilih untuk memilih kesenian ketoprak lesung sebagai media penyampaian revitalisasi. Kedua hal ini dipilih dengan tujuan agar nantinya masyarakat sebagai pelaku kesenian ini bisa semakin mengenal kebudayaan tersebut dan nantinya bisa pula berperan sebagai pelestari.

Berita Lainnya  Usung Tema Ngayomi Ngayemi, Pekan Budaya Difabel 2022 Sinergikan Desa Wisata Kebon Agung

“Kita pilih media ketoprak lesung juga agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat,” paparnya.

Koordinator Sekar Cempaka Mulya, Suroto mengungkapkan dirinya bangga bisa memainkan seni khas desanya tersebut. Sebab dia beserta kelompok seninya tersebut bisa ikut serta menjaga dan merawat seni permainan tradisional Gerit-Gerit Lancung dan Goco yang semakin langka.

“Kesenian khas ini harus tetap lestari,” tandasnya.

Ia jelaskan lebih lanjut, Gerit-gerit Lesung adalah bentuk sindiran seorang istri yang ditelantarkan suaminya yang lebih sering memilih pergi bermain keluar rumah dan menghambur-hamburkan harta benda. Sedangkan Goco merupakan dolanan yang dulunya dimainkan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas kesembuhan dari sebuah penyakit.

“Memang sudah yang jarang yang memainkan dan bahkan yang tahu,” keluh dia.

Berita Lainnya  Rumah Kuno Tempat Singgah Jendral Sudirman Dikaji Untuk Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya

Sementara itu Pengamat Seni Supadma mengatakan, masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk ikut mengelola serta melestarikan sebuah kesenian tradisional. Dengan adanya tanggung jawab bersama semacam ini, kelestarian kesenian tradisional akan lebih terjamin.

Ia paparkan, kesenian sebenarnya berkembang di masyarakat. Sehingga salah satu pihak yang memiliki peran besar dalam menjaga sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri.

“Saya sangat mengapresiasi kepedulian masyarakat Pundungsari dalam menjaga dan melestarikan kesenian,” bebernya.

Supadma berharap meski kini seni tradisional kalah bersaing dengan produk kebudayaan luar, tapi dengan masih adanya kepedulian masyarakat maka seni tersebut akan terus hidup.

"Setiap generasi mau belajar, tidak hanya sebagai penonton saja," ujarnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler