Connect with us

Budaya

Menyelamatkan Dua Kesenian Tradisional Asli Gunungkidul Yang Hampir Punah

Diterbitkan

pada

BDG

Semin,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Perkembangan zaman dan tekonologi memang tak terhindarkan. Namun dengan adanya hal tersebut, juga terkandung sejumlah dampak negatif. Diantaranya adalah semakin terdesarknya kesenian-kesenian tradisional yang semakin terdesak oleh budaya barat yang datang melalui globalisasi tersebut. Desakan yang semakin gencar tersebut bahkan membuat sejumlah kesenian tradisional bisa dibilang di ambang kepunahan lantaran sudah jarang lagi ditampilkan serta semakin minimnya penggiatnya.

Untuk mengantisipasi punahnya kesenian tradisional, pemerintah terus berupaya untuk melakukan revitalisasi seni tradisional. Salah satu kesenian tradisional yang saat ini menjadi perhatian pemerintah adalah dolanan tradisional Gerit-gerit Lancung dan Goco.

Kepala UPT Taman Budaya Yogyakarta Dinas Kebudayaan DIY, Eni Lestari Rahayu mengungkapkan, selama ini pihaknya memang bertugas untuk menjaga agar seni-seni tradisional tidak punah. Tugas ini disebut Eni sangat berat mengingat perkembangan teknologi menjadi musuh yang cukup sepadan bagi jajarannya.

Berita Lainnya  Disbud Bersama Kodim 0730 Cari Jejak Petilasan Jendral Sudirman di Gunungkidul

Menurut Eni, banyak diantara kesenian tradisional Indonesia khususnya DIY yang sudah tidak lagi banyak dikenal oleh masyarakat. Padahal di negara lain, kesenian tradisional mendapatkan sambutan yang cukup baik.

"Bahkan sampai ada yang mengaku-aku jika itu milik mereka. Ya atas hal itu program revitalisasi ini menjadi sangat strategis dan diperlukan,” ucap dia ketika ditemui dalam acara program revitalisasi dolanan tradisional di Padukuhan Sedono, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin.

Program revitalisasi sendiri juga nantinya akan dilakukan sekalian dengan mematenkan kesenian tradisional tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah polemik di kemudian hari saat ada negara lain yang mengklaim sebuah kebudayaan sebagai miliknya.

“Setelah direvitalisasi, akan kami ajukan ke Kementrian Kebudayaan untuk dipatenkan,” lanjut dia.

Dalam program revitalisasi dolanan tradisional Gerit-gerit Lancung dan Goco di Kecamatan Semin ini, UPT TBY Dinas Kebudayaan DIY menggandeng komunitas kesenian setempat. Pihaknya memilih untuk memilih kesenian ketoprak lesung sebagai media penyampaian revitalisasi. Kedua hal ini dipilih dengan tujuan agar nantinya masyarakat sebagai pelaku kesenian ini bisa semakin mengenal kebudayaan tersebut dan nantinya bisa pula berperan sebagai pelestari.

Berita Lainnya  Penggunaan Pakaian Adat DIY Berubah dari Kamis Pahing Menjadi Kamis Pon

“Kita pilih media ketoprak lesung juga agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat,” paparnya.

Koordinator Sekar Cempaka Mulya, Suroto mengungkapkan dirinya bangga bisa memainkan seni khas desanya tersebut. Sebab dia beserta kelompok seninya tersebut bisa ikut serta menjaga dan merawat seni permainan tradisional Gerit-Gerit Lancung dan Goco yang semakin langka.

“Kesenian khas ini harus tetap lestari,” tandasnya.

Ia jelaskan lebih lanjut, Gerit-gerit Lesung adalah bentuk sindiran seorang istri yang ditelantarkan suaminya yang lebih sering memilih pergi bermain keluar rumah dan menghambur-hamburkan harta benda. Sedangkan Goco merupakan dolanan yang dulunya dimainkan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas kesembuhan dari sebuah penyakit.

“Memang sudah yang jarang yang memainkan dan bahkan yang tahu,” keluh dia.

Berita Lainnya  Pesta nama ke-104 Yayasan Kanisius  Yogyakarta Helat Gelar Budaya

Sementara itu Pengamat Seni Supadma mengatakan, masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk ikut mengelola serta melestarikan sebuah kesenian tradisional. Dengan adanya tanggung jawab bersama semacam ini, kelestarian kesenian tradisional akan lebih terjamin.

Ia paparkan, kesenian sebenarnya berkembang di masyarakat. Sehingga salah satu pihak yang memiliki peran besar dalam menjaga sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri.

“Saya sangat mengapresiasi kepedulian masyarakat Pundungsari dalam menjaga dan melestarikan kesenian,” bebernya.

Supadma berharap meski kini seni tradisional kalah bersaing dengan produk kebudayaan luar, tapi dengan masih adanya kepedulian masyarakat maka seni tersebut akan terus hidup.

"Setiap generasi mau belajar, tidak hanya sebagai penonton saja," ujarnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

bisnis2 hari yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis2 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis2 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Pariwisata2 bulan yang lalu

Kementerian BUMN dan Sejumlah Perusahaannya Bagikan Bantuan TJSL ke Warga DIY

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– Kementerian BUMN bersama perusahaan yang berada di bawah naungan BUMN, salah satunya PT Kereta Api Indonesia (Persero)...

Pariwisata3 bulan yang lalu

Okupansi Hotel di Gunungkidul Hampir 100 Persen 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Momen libur natal dan tahun baru 2025 menjadi hal positif bagi Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) okupansi hotel sangat...

Berita Terpopuler