Budaya
Memukaunya Penampilan 3 Dalang Cilik Ini Picu Optimisme Lestarinya Seni Wayang Kulit di Bumi Gunungkidul


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Tiga orang bocah nampak tampil berbeda dengan teman-teman sebayanya pada Sabtu (13/05/2018) siang tadi. Jika ratusan kawan-kawan sekolahnya dari TK Santa Theresia I dan SD Kanisius II Wonosari mengenakan seragam sekolah biasa, Daneswara Satya Swandaru (5), Y Filius Naraya Widiasto (5) dan AM Iswara Bekti Murtiandaru (7) nampak mengenakan pakaian jawa lengkap. Bukan lantaran merayakan Hari Kartini ataupun sedang menghadiri hajatan sebagaimana bocah zaman sekarang tampil dengan pakaian Jawa, ketiganya hendak tampil mendalang.
Sama sekali tak terlihat raut muka cemas atau grogi. Mereka justru bersikap biasa sembari menunggu acara dimulai. Sesekali bahkan mereka bergelayut manja dan polos kepada orang tua masing-masing yang dengan setia menunggui putra tercintanya tersebut.
Pemandangan berbeda langsung terlihat saat pagelaran wayang kulit dalang cilik dimulai dan mereka mulai bergantian tampil. Aura berwibawa layaknya dalang kawakan langsung menyeruak. Dengan fasih, mereka memainkan wayang maupun dialog yang ada.
Danes, Filius, dan Iswara sendiri memainkan lakon Jabang Tetuko. Pagelaran wayang kulit ini merupakan salah satu dari rangkaian acara perayaan HUT TK Theresia yang ke-64.
Yoseph Harjanto (35) warga Desa Bandung, Kecamatan Playen, orangtua dari Danes mengungkapkan, putranya memang sejak beberapa tahun ini sangat menggilai dunia pewayangan. Ia merasa, sejak pertama kali melihat wayang hingga pementasannya, sang putra langsung jatuh cinta dengan salah satu kesenian tradisional tertua di Jawa tersebut. Setelah mengenal wayang, berbeda dengan dengan anak-anak sebayanya yang menggandrungi tokoh-tokoh kartun semacam Ultraman hingga Upin dan Ipin, tontonan wayang di Youtube menjadi menu wajib putranya setiap hari.
“Meski masih kecil, kalau ada pagelaran wayang, anak saya selalu merengek minta menonton. Dan herannya dia betah sekali, tak jarang dia nonton sampai selesai kalau dalangnya dirasanya bagus,” ucap dia ketika ditemui di Aula Gereja Santo Petrus Kanisius, tempat pagelaran wayang dalang cilik digelar, Sabtu siang.
Awalnya, ia mengira kesenangan Danes terhadap wayang hanya sesaat saja. Namun semakin hari, ia justru merasakan kecintaan putranya tersebut semakin kuat. Melihat kecintaan putra semata wayangnya terhadap dunia wayang tersebut, tak ada pilihan lain baginya selain mendukung putranya. Ia pun mulai menyekolahkan anaknya di Sanggar Pedhalangan Pengalasan Wiladeg pimpinan Slamet Haryadi. Tak hanya itu, di rumahnya, satu set wayang beserta seluruh peralatannya pun juga sudah siapkan.
“Memang habis banyak, tapi mau bagaimana lagi lha wong anak saya senang sekali. Toko mainan yang paling disukainya ya took yang menjual wayang. Dia bisa betah berjam-jam di situ,” ucap Yoseph.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala TK Santa Theresia I Wonosari, Sr Colleta mengatakan, pihaknya memang mengetahui mengenai adanya bakat dari sejumlah siswanya di dunia pewayangan. Untuk itu, ia pun kemudian memiliki ide untuk memasukan pagelaran wayang ini menjadi salah satu acara dalam rangkaian HUT TK yang dipimpinnya tersebut.
Tak hanya menyemarakkan acara, namun ia berharap dengan adanya pagelaran wayang kulit ini, diharapkan mampu menumbuhkan dan memupuk kecintaan anak terhadap warisan budaya yang adiluhung. Hal semacam ini menurutnya juga menjadi ajang edukasi dalam penerapan pendidikan karakter sejak dini.
“Anak-anak secara tidak langsung bisa belajar mengenai nilai-nilai positif dan muatan pendidikan moral dari tokoh-tokoh pewayangan atau lakon yang dimainkan,” beber Colleta.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Gunungkidul, CB Supriyanto yang turut hadir dalam acara mengungkapkan rasa apresiasi tingginya terhadap komitmen besar dari seluruh pihak dalam memperkenalkan seni dan budaya tradisional kepada anak-anak sejak dini. Pagelaran wayang cilik terutama ditampilkan di hadapan anak-anak seusianya semacam ini menurut SB Supriyanto sangat berdampak besar.
“Anak-anak bisa menjadi mengenal bahwa kita mempunyai budaya tradisional yang bagus. Ini menjadi modal bagus bagi kesenian wayang di Gunungkidul ini bisa tetap lestari,” urai CB Supriyanto.
Mengenai penampilan para dalang cilik sendiri menurutnya sudah sangat bagus. Ia kagum dengan kemampuan para dalang cilik tersebut meskipun masih berusia sangat muda, akan tetapi mampu membawakan alur sebuah lakon wayang dengan baik. Mereka dengan penuh kesadaran tampil dengan pakem pewayangan yang tidak melenceng dari norma dan kaidah seni. Ia berharap bahwa hal ini bisa dipertahankan sehingga nantinya para dalang cilik tersebut tumbuh menjadi dalang yang mumpuni di kemudian hari.
“Saya berharap semua pihak bisa mempertahankan hal seperti ini, sehingga ke depan dapat menyelamatkan dan mempertahankan budaya adiluhung ini dari kepunahan,” tutup dia.
-
Pemerintahan2 hari yang lalu
Kesenjangan Pendidikan di Yogya Semakin Nyata, DPRD DIY Minta Pemda Lakukan Deteksi Dini
-
Pemerintahan5 hari yang lalu
Belasan SD di Gunungkidul Tak Dapat Siswa Baru
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
Sosial2 minggu yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
event2 minggu yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
seni1 minggu yang lalu
Asmatpro Tampilkan Showcase di Jogja Fashion Trend 2025
-
Budaya2 minggu yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan2 minggu yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya
-
musik2 minggu yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Komitmen Dukung Kopi Lokal, KAI Daop 6 Yogyakarta Bagikan 750 Gelas Kopi Gratis ke Penumpang
-
event6 hari yang lalu
Lewati Rute 6 Candi, Belasan Negara Bakal Ramaikan Sleman Temple Run 2025
-
Pendidikan6 hari yang lalu
UMY Punya Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA, Siap Lahirkan Atlet Muda