fbpx
Connect with us

Sosial

Pecahkan Rekor Nasional, Atlet Difabel Asal Semanu Sabet Medali Emas Peparnas Papua

Diterbitkan

pada

BDG

Papua,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Gunungkidul patut berbangga dengan capaian atlet-atlet berprestasinya. Setelah beberapa waktu silam sejumlah atlet Gunungkidul menyumbang medali dalam gelaran PON Papua 2020, kali ini giliran para atlet difabel Gunungkidul yang unjuk gigi. Sutiayah (38) warga Padukuhan Pokdadap, Kalurahan Dadapayu, Kapanewon Semanu berhasil menyabet medali emas dalam ajang Peparnas XVI Papua. Tak hanya sekedar meraih medali emas saja, Sutiayah bahkan juga berhasil memecahkan rekor nasional untuk nomor angkat berat kelas 50 kilogram.

Kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Sutiayah mengungkapkan rasa syukur dan terimakasihnya atas capaian yang berhasil diraih kepada keluarga, pelatih, dan warga yang memberi dukungan kepada dirinya untuk mengikuti kompetisi di tingkat nasional ini. Peparnas Papua 2021 ini merupakan kali pertamanya mengikuti kompetisi tingkat nasional. Meski baru pertama kali tampil, namun tak tampak rasa grogi yang dia rasakan. Alhasil, berkat keseriusannya untuk berlatih, ia akhirnya berhasil meraih hasil maksimal. Hasil yang ia peroleh sendiri tidak main-main lantaran menjadi rekor nasional dan sekaligus meraih medali emas untuk cabang olahraga angkat berat.

Berita Lainnya  Jelang Masa Panen Jagung dan Padi Sebulan Mendatang, Serangan Hama Mengintai Ladang Petani

“Puji syukur saya mendapatkan medali emas dan menjadi pemecah rekor di angkat berat kelas 50kg. Di mana saya berhasil mengangkat beban seberat 85 kg tadi pagi,” ucap Sutiayah, saat dihubungi melalui sambungan telfon, Selasa (09/11/2021) petang.

Ia menceritakan bagaimana ketatnya pertandingan pagi tadi. Dalam kesempatan pertama kali tampil ini, memang ia harus bersaing dengan banyak atlet-atlet terbaik dari seluruh penjuru Indonesia yang tentunya memiliki jam terbang yang lebih tinggi darinya. Namun ibu satu anak ini berhasil menyelesaikan sejumlah angkatan dengan maksimal. Tanpa disadari, angkatan Sutiayah bahkan cukup jauh meninggalkan para pesaingnya.

“Saya berhasil mengangkat 85 kg, kemudian yang juara 2 dari Jambi dengan beban 76 kg dan juara 3 dari Kalimantan Timur dengan beban 55 kg,” imbuh dia.

Sutiayah mengatakan bahwa lawan paling berat adalah dari Sumatera Selatan dan dari beberapa daerah lainnya. Ia menunjukkan semangatnya yang luar biasa untuk bisa meraih medali emas dan akhirnya terbukti bahwa dirinya mampu.

Berita Lainnya  Jalin Kerjasama, UGM dan Ponpes Al Hikmah Antisipasi Penyakit Menular dan Bullying

“Yang selalu saya ingat adalah bagaimana perjuangan selama ini dan semboyan Ora Wutuh Nanging Ampuh. Inilah yang menjadi semangat saya untuk berusaha maksimal,” ucap dia.

Sutiayah sendiri merupakan tuna daksa yang baru 3 tahun terakhir ini menekuni cabang olahraga angkat berat. Prestasinya di tingkat Kabupaten dan Provinsi memang sudah berhasil ia sabet. Sedangkan untuk tingkat nasional ini merupakan yang pertama kali bagi dirinya.

Di balik prestasi yang ia dapat, ada perjuangan yang luar biasa. Di mana ia harus menaikkan berat badannya sekitar 7 kg untuk bisa mengikuti angkat berat kelas 50 kg. Mulanya, Sutiayah aktif di kelas 41 kg, kemudian, ia ingin menaikkan kelasnya di 50 kg lantaran masih jarang ada yang ikut di kelas tersebut sehingga persaingan yang harus dihadapi tentunya lebih ringan.

Perjuangannya dimulai sejak beberapa waktu lalu. Latihan demi latihan terus ia tekuni bersama pelatih dan atlet lainnya. Kemudian ia harus berusaha menaikkan berat badannya yang tadinya hanya 40 kg sekarang menjadi 48,89 kg.

Berita Lainnya  Sediakan Beras Premium Berharga Murah Dalam Operasi Pasar Bulog, Pemdes Diminta Segera Ajukan Permohonan

“Untuk menaikkan berat badan dan menjaganya untuk stabil ini yang harus ekstra. Jadi makan harus gizi seimbang ada takarannya. Kebetulan pelatih saya bisa menghitung kebutuhan gizi seseorang, jadi selama ini saya dibantu oleh beliau,” imbuh dia.

Selama ini dirinya termotivasi dengan beberapa atlet nasional dan internasional yang memiliki prestasi di luar sana dengan kemampuan mereka. Dengan prestasi yang ia dapat, harapannya bisa membanggakan keluarga dan warga Gunungkidul. Kemudian bisa merubah perekonomiannya menjadi lebih mapan. Di samping itu, dengan mengikuti ajang Peparnas Papua ini tentunya juga memberi pengalaman yang luar biasa bagi dirinya.

“Harapannya untuk teman-teman lain juga semangat berlatih untuk mengejar prestasi. Jangan takut, kita buktikan bahwa kita juga bisa. Terlebih olahraga bagi difabel ini juga sudah diakui oleh pemerintah,” tutup ibu satu orang anak tersebut.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler