Pemerintahan
Pemerintah Terapkan Sistem Zonasi Penerimaan Siswa Baru, Kini Hanya Bisa Sekolah Dekat Rumah
Wonosari,(pidjar.com)–Pemerintah menerapkan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) mulai tahun 2018. Sistem zonasi ini menjadi langkah awal dari pemerintah yang sedang berusaha mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas. Namun demikian, masyarakat diminta untuk tidak khawatir. Pasalnya, pemerintah mengklaim bahwa seluruh sekolah negeri mempunyai kualitas yang sama baik.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rosyid. Sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru yang diatur dalam Permendikbud No. 17/2017 itu disebut sebagai sistem untuk menghapus perspektif favoritisme sekolah di masyarakat.
"Peraturan ini hanya untuk SMP, SMA/SMK negeri. Untuk swasta masih diberikan kebebasan," kata Bahron ketika ditemui diruangannya, Selasa (27/03/2018).
Dijelaskan Bahron, bahwa dengan penerapan sistem zonasi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat. Domisili calon peserta didik sendiri dilihat berdasarkan kartu keluarga yang telah diterbitkan paling lambat enam bulan sebelum PPDB.
"Jadi nanti dilihat berdasarkan jarak antara rumah dengan sekolah," terang Bahron.
Namun demikian, sistem zonasi tersebut masih menyisakan 10 persen dari total jumlah peserta didik. Adapun dari 10 persen itu dibagi 5 persen untuk jalur prestasi dan 5 persennya lagi untuk peserta didik yang mengalami perpindahan domisili.
"Jadi masih ada peluang bagi yang pengen di sekolah tertentu. Namun mereka harus bersaing memperebutkan 5 persen kuota itu," terang Bahron
Lebih lanjut dikatakan Bahron, dengan peraturan tersebut diharapkan dapat mengurangi mobilitas peserta didik. Sehingga mereka dapat pergi ke sekolah terdekat dan menekan resiko-resiko yang dapat terjadi.
"Sebenarnya ini sangat menguntungkan. Kita ambil contoh, semisal rumahnya dekat dengan sekolahan A, tapi karena dia tidak diterima harus pergi ke sekolahan C yang jaraknya lebih jauh," terang dia.
Selama Ini Sekolah Favorit Muncul Karena Input Siswanya Sudah Pilihan
Diakui Bahron, dengan munculnya ketentuan ini banyak masyarakat yang takut anaknya tidak bisa bersekolah di sekolah favorit. Padahal, menurut Bahron sebenarnya tidak ada sekolah favorit. Selama ini sekolah tersebut menjadi unggulan karena input siswanya sudah baik.
"Selama ini kan terkelompok-kelompok. Siswa yang nilainya bagus jadi satu. Yang kurang juga jadi satu. Input siswa lebih berpengaruh dari pada kwalitas guru di sekolah tersebut," terang Bahron.
Dengan sistem zonasi, nantinya siswa lebih merata. Sehingga mendorong tiap sekolah untuk berinovasi dan lebih kreatif agar dapat menunjukkan kualitas sekolah itu sendiri.
"Kita lihat nanti, apakah yang saat ini sekolah favorit masih dianggap favorit lagi kalau input siswanya sudah sama," pungkas Bahron.
-
Politik2 hari yang lalu
Sutradara TV Swasta Masuk Deretan Nama Bursa Pilkada Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Mandat PAN Turun, Mahmud Ardi Widanta Kembali Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Peristiwa6 hari yang lalu
Kecelakaan Hebat di Jalan Baron, Dua Orang Tak Sadarkan Diri
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Pariwisata1 minggu yang lalu
Drini Park, Destinasi Wisata Anyar Yang Suguhkan Keindahan Kawasan Pesisir Selatan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Lantik 5 Pejabat Pimpinan dan Rotasi Puluhan Pegawai
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mesum di Sekolah, Dua Guru SD Dipecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Dua Kendaraan Terlibat Kecelakaan di Jalan Jogja-Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tenggelam di Sungai Oya, Pelajar Ditemukan Meninggal Dunia
-
Sosial2 minggu yang lalu
Jamaah Masjid Aolia Gunungkidul Lebaran Hari Ini
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Sunaryanta Gelar Pertemuan dengan Petinggi Gerindra, Bahas Pilkada ?
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puncak Arus Mudik Diperkirakan 9 April, Sejumlah Jalur Alternatif Disiapkan