fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Pemetaan Distribusi Bantuan Dropping Air, Baru 1 Kapanewon Ajukan Data

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Memasuki musim kemarau, sejumlah persiapan mulai dilakukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi krisis air yang biasa terjadi saat musim kemarau. Biasanya, masyarakat di kawasan selatan sering kali terdampak. Mereka sulit untuk mendapatkan air mengingat minimnya sumber air yang ada. Sehingga kemudian, mereka banyak bergantung dengan air hujan sebagai sumber utama mereka memenuhi kebutuhan airnya. Hingga saat ini, baru ada satu Kapanewon yang telah mengajukan data perihal potensi kekeringan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul.

Panewu Anom, Kapanewon Girisubo, Arif Yahya mengungkapkan, Girisubo merupakan daerah kering yang setiap tahunnya terdampak kekeringan. Untuk itu, masyarakat selalu membutuhkan bantuan dropping air baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Hal tersebut menjadi salah satu gantungan utama bagi masyarakat setempat yang memang tak lagi memiliki sumber air manakala musim kemarau tiba.

Berita Lainnya  Kunjungi Gunungkidul, Mentan : Tak Perlu KLB Antraks

Meski saat ini telah memasuki musim kemarau, namun ketersediaan air di Kecamatan Girisubo masih tergolong aman. Pasalnya hujan masih sesekali turun, sehingga warga masih bisa mengoptimalkan tampungan air yang dimiliki.

“Mereka (warga) masih memanfaatkan air di bak tampungan. Jadi kalau hujan diisi, sehingga ada stok air yang bia digunakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” kata Arif Yahya.

Kendati demikian, stok di bak penampungan tersebut tidaklah bisa bertahan lama. Biasanya saat tak ada hujan, stok air yang memang terbatas itu habis. Situasi semakin sulit karena pada waktu yang bersamaan pula, sumber air yang ada pun juga mengalami kekeringan sehingga masyarakat mengalami kesulitan air bersih.

Berita Lainnya  Tunggak Pajak dan Tak Berizin, 3 Papan Reklame Dibredel Satpol PP

Pada musim kemarau yang menyebabkan kesulitan air, masyarakat tentu tak bisa leluasa dalam menanfaatkan air. Jika ada bantuan, mereka harus benar-benar menghemat dalam pemanfaagannya

Saat ini, dari Kapanewon mulai melakukan pemetaan kalurahan sampai di tingkat padukuhan yang berpotensi mengalami kerawanan kekeringan. Data ini nantinya akan diajukan ke pemerintah daerah untuk tindak lanjut dalam hal ini distribusi bantuan.

“Langkah antisipasi baik mandiri maupun dengan pemerintah Kapanewon dan Kalurahan tentu dilakukan. Penyaluran air bersih jika memang sudah dibutuhkan akan segera ditindak lanjuti,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki memaparkan, koordinasi pemetaan daerah rawan kekeringan telah dilakukan. Pihaknya meminta panewu berkoordinasi dengan Kalurahan untuk mengetahui titik mana saja yang rawan kekeringan.

“Sudah ada pembahasan. Sampai beberapa hari lalu baru Kapanewon Saptosari yang menyerahkan data ke BPBD,”jelas Edy Basuki.

Tahun 2020 ini, pemerintah menyediakan anggaran sebeaar 700 juta untuk penanganan kekeringan. Anggaran tersebut melekat di BPBD sehingga desa yang mengajukan droping air ke BPBD akan ditangani menggunakan anggaran tersebut.

Berita Lainnya  Formasi Dewan Tidak Lengkap, Sekwan Tunggu Surat Resmi PAW

Di tingkat Kapanewon pun juga dapat melakukan droping air, mengingat juga ada anggaran yang telah disediakan. Tahun ini, penyaluran dari Kapanewon agak berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di mana, nantinya ada proses menggandeng pihak ketiga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih itu.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler